Wednesday 25 June 2014

Membangun Karakter dan Spirit Kebangsaan melalui Industri Kuliner.

Membangun Karakter dan Spirit Kebangsaan melalui Industri Kuliner.

7 Februari 2014 pukul 18:06
 
Saya adalah salah satu dari penggemar film drama korea, meskipun tak jarang bercerita tentang kisah cinta seperti drama-drama film pada umumnya namun alasan yang membuat saya tertarik adalah plot cerita yang kadang tak terduga namun dikemas dengan simple dan terkesan ga alay atau norak seperti (maaf) film-film sinetron indonesia yang ribet, norak dan tak jarang pesan moral yang dimaksud tak tersampaikan dengan baik.
Awalnya hanya point-point itu yang membuat saya menjadi penggandrung drama korea, namun lama-lama saya kemudian menyadari hal lain dari film negeri gingseng ini yaitu tradisi "menyantap" hidangan negeri sendiri mulai dari kuliner kaki lima hingga restoran bintang lima. Tak peduli filmnya berkisah tentang apa, berlatar tempat dimana atau siapa artis yang membintanginya karena hampir disetiap episode dari drama ini selalu memperlihatkan tayangan makan-makan. Saya yang awalnya biasa-biasa saja lama-lama jadi tertarik juga (ngiler malah) dengan kuliner khas korea, mulai dari toppoki (kue beras pedas), Kimbab, Kimchi, Bulgogi, sup rumput laut dan ada banyak lagi.
Entah apa yang membuat hidangan itu terlihat istimewa, padahal ketika saya searching di internet tentang bahan, bumbu dan cara pembuatan makanan-makanan itu tidak telalu rumit dan terkesan biasa saja bila dibandingkan dan dengan kulinar asli Indonesia yang sarat bumbu dan kaya akan bahan wajib lainnya, wajar saja, saya sebagai ibu rumah tangga harus mampu menguasai  4 hingga 5 macam bumbu untuk 1 macam masakan (indonesia) saja.
Saya yakin Kesuksesan Korea Selatan dalam mempromosikan aneka kuliner-nya tidak terlepas dari Visi untuk Membangun Spirit karakter kebangsaan (Nations Caracter Building) yang selalu mereka banggakan.
Lihat saja bagaimana para artis dan aktris korea terlihat begitu menikmati hidangan khas negeri mereka meskipun mereka hanya menyantap jajanan kaki lima, berbeda dengan film-film produksi negeri kita, lihat saja bagaimana sering kali kita menemukan adegan seorang anak atau suami yang ngamuk gara-gara ibu atau isterinya menyajikan tempe atau tahu diatas meja makan, bahkan tak jarang mereka berkata "Ibu, saya bosan tiap hari makan dengan tempe lagi! tahu lagi! bosaaaaaaan..." Protes mereka yang kemudian disusul dengan adegan melempar piring ke laintai hingga membuat hidangan-hidangan "malang" itu kotor dan berantakan. Belum lagi adegan-adegan mengerikan lainnya yang menyangkut makanan indonesia yang secara langsung dinistakan oleh masyarakatnya sendiri, seperti seseorang yang nekat mencampurkan racun ke dalam makanan yang akan dihidangkan. Pertanyaannya bagaimana orang diluar sana akan tertarik dengan kuliner indonesia sedangkan kita menggambarkan makanan itu dengan hinaan, cacian dan racun.
Oh tuhan...sedih saya menerima realita seperti ini...terlihat SEPELE namun inilah yang kemudian yang sedikit demi sedikit akan mengikis kebangaan kita akan kuliner khan indonesia. Coba saja bayangkan bagaimana akan tertariknya mereka (read-orang asing) dengan kuliner khas indonesia seandainya saja dalam film-film sinetron maupun film jalur "bioskop" karya anak negeri bersedia menampilkan beberapa menit saja adegan santapan lezat khas indonesia terserah mau mulai dari sekedar bakwan yang sangat mudah pengolahannya juga banyak dijual dipedagang-pedangang kaki lima kita hingga masakan Rendang (ataupun lainnya) yang membutuhkan tingkat kesabaran dan kerumitan memasak tingkat tinggi. Padahal kita tahu bahwa Rendang, Nasi Goreng dan Sate adalah termasuk makanan-makan terFavorite didunia. juga kreasi fermentasi Tempe yang bahkan Jepang tertarik menukar resepnya dengan fermentasi Yakult atau hidangan Laksa yang Asli Riau kini telah menjadi milik negeri Singapure! dan ada banyak lagi "harta karun" Kuliner negeri kita yang jauh lebih menarik.

No comments:

Post a Comment

Berakhirnya masa Pemerintahan Orde Baru

Soeharto mengundurkan diri pada tanggal 21 Mei 1998 Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Soeharto#/media/Berkas:Jenderal_TNI_Soeharto.png ...