Thursday 12 December 2013

Namamu Yang Tertulis di Belakang Namaku (Bapak)

Bapak...
Mungkin kau takkan pernah membaca tulisan ini atau mungkin juga bisa saja kau dapat membacanya suatu hari, entah siapa yang akan menunjukkannya padamu namun...apa yang ku tulis disini adalah perasaan paling murni yang saya miliki kepada manusia yang "berlebel" Laki-laki. Salah satu hal yang paling saya syukuri di dunia ini adalah karena saya dapat terlahir dari air yang berasal dari tulang sumsummu yang kemudian kau titipkan didalam rahim kokoh ibu...hingga dengannya jika suatu hari nanti saya mati maka namamu-lah yang akan tertulis di belakang namaku...(Nanin Maryani Binti Yayat Hidayat)...dan ketika suatu hari nanti Allah memanggil satu persatu nama seluruh umat manusia di Alam Kebangkitan, tetap namamu-lah yang akan tercantum di belakang namaku... dan namamu-lah tertulis diatas kitab Laufulmahfuz jauh sebelum kelahirankku terjadi...Sebelum, Sekarang dan Nanti...tetaplah namamu yang tertulis dibelakang namaku...

Banggakah kau dengan tertulisnya namamu di belakang namaku?? hanya kau yang bisa menjawabnya...namun yang ingin saya ungkapkan adalah bahwa betapa bangganya saya karena namamu-lah yang tertulis di belakang namaku, alasannya mudah...karena kau adalah Ayah terbaik didunia...dan  diluar itu...Kau pula laki-laki paling baik yang pernah ada. Bukan tanpa alasan bahwa setiap anak memandang ayahnya adalah ayah paling baik didunia, akupun begitu, ada banyak alasan yang tak bisa dituturkan satu persatu karena ikatan Psikologis antara orang tua-anak hanya dapat dirasakan bagi mereka yang menyadari perasaan itu, karena tak jarang ada orang tua yang menyia-nyiakan anaknya ataupun anak yang menyia-nyiakan orang tuanya...(Naudzubillah)

Sewaktu kecil dulu, mungkin tak banyak kebersamaan yang kita lewati karena bapak sekali sibuk dengan urusan dinasnya diluar kota... namun hingga kapanpun juga takkan saya lupa ketika dihari ulang tahun yang ke 6  kau membawa kami (saya dan kakak kembaran) berjalan-jalan ke sebuah tempat indah yang kini hanya bisa hadir  dalam mimpi...tempat itu begitu hijau, sejuk dan dipagi hari yang berkabut...

Bapak adalah sosok yang tak banyak bicara pada anak-anaknya, tak banyak mengeluh, tak banyak menyuruh dan tak banyak menggurui..., terkadang saya merasa iri melihat bapak yang bisa tertawa terbahak dan bercakap akrab dengan orang lain dibandingkan dengan ku, namun itulah kemudian yang menjadi kunci bagaimana kemudian kami menjadi lebih "taat" pada bapak dibanding pada mamah. Sedari kecil ketika kami melakukan kesalahan maka bapak tak pernah langsung memarahi kami, dia akan mengingatkan kami melalui mamah, tak tega (mungkin). Bapak yang memang dibesarkan dikeluarga yang taat agama maka diwariskan pula nuansa itu pada anak-anaknya, hingga mimpinya adalah salah satu diantara kami ada yang mahir dalam melakukan Qiro'ah, namun sayang saya tidak dapat mewujudkan mimpinya itu..., mimpi bapak pula ingin mendapatkan keturunan laki-laki, hingga adik bungsu kami terlahir ternyata perempuan juga..., akh...mungkin sebenarnya ada banyak mimpi bapak yang belum dapat kami terjemahkan...namun dari semua mimpinya untuk kami hanya satu yang paling penting yaitu kami bahagia dunia akhirat.

Belakangan ini ketika saya telah dewasa, saya baru menyadari satu hal, bahwa bapak ternyata mudah sekali terenyuh..., pantas saja tak jarang bapak berpura-pura tampak antusias ketika melihat pedagang yang terlihat sepi sama sekali tanpa pembeli, atau melihat orang tua renta berdagang susah payah menjajakan dagangannya atau pedagang yang menawarkan barang dagangannya ke rumah dan bercerita bahwa dia telah berjalan sangat jauh namun tak kunjung mendapatkan hasil....maka bapak akan membeli barang itu (bahkan memborong) meskipun sebenarnya bapak tak membutuhkannya, dan kemudian ia bagikan itu pada tetangga, teman atau siapa saja yang membutuhkan. Hal inilah yang sering kali di protes mamah..yah maklum namanya juga perempuan yang lebih berfikir efesiensi dan skala prioritas... atau tak jarang pula bapak memberikan pekerjaan apapun itu pada mereka yang sangat membutuhkan pekerjaan...ya meskipun bukan sebuah pekerjaan yang bagus hanya seperti meminta membersihkan halaman, atau membetulkan letak genteng yang bocor apapun itu, namun setelahnya bapak memberikan "tanda terima kasih" untuk sekedar membuat dapur mengepul barang 2 atau 3 hari...dan tak jarang pula hal ini diprotes oleh ibuku...(sekali lagi saya memakluminya).

Baru pula ketika saya mengutarakan keinginan untuk menikah di tengah-tengah masa skripsi, bapak menjadi tampak risau dan cemas atas nasib putrinya ini, sehingga akhirnya keluarlah kata-kata yang mungkin mengganjal fikirannya selama itu "Kenali dulu apa dia laki-laki yang baik..." dan yang kemudian terdengar ditelingaku adalah.."Bapak takut kamu tidak bahagia, bapak takut kamu disakiti.., bapak takut dia bukan laki-laki yang baik,..." dan segala hal yang membuatnya cemas yaitu "Kebahagiaanku". Dan apa yang bisa saya ucapkan untuk menghapus air matanya ketika lelaki itu datang melamarku dan dengan deraian air mata ia merestuiku menikah, dan bagaimana saya tak turut mengis ketika suara loadspeaker begitu jelas memperdengarkan tangisan ayah dalam rangkaian ijab-kobul?? Akh...Bapak, begitu lembutnya ternyata hati mu...selama ini kau lebih sering terlihat menangis karena kecemasanmu akan kebahagiaan kami anak-anak mu...., mungkin jika saya dapat gambarkan dalam sebuah kalimat maka bapak akan berhenti menangis jika ia mendapat jaminan dari sang Khalik bahwa kami semua akan baik-baik saja, kami semua akan bahagia selamanya dan kami semua tak akan sakit sedikitpun selamanya...

Entah malaikat apa yang membisikkan angin kabar padaku ketika tiba-tiba saya merasa ada sesuatu yang terjadi padamu. dan benar saja...di tanah perantuan ini, di tempat yang jauh darimu, saya kemudian tahu ketika tiba-tiba ingin menelepon mamah dan menanyakan kabarmu dan ternyata bapak terkena Serangan Jantung..., perjalanan jauh dari daerah paling ujung barat pulau Jawa hingga kota kembang saya tempuh, tiba pada tengah malam yang gelap dan sunyi, sedih harus melihatmu terbaring lemah dengan banyak selang ditubuh, ku sentuh lembut tanganmu menahan tangis yang serasa mencekik leher..."Pak..terasa sakitkah??" Yah hanya sebait kalimat sederhana itu yang mampu saya ucapkan... dan ternyata bapak malah berkata "Li.., kok bekas cacarnya masih jelas...??" tanyanya lemah pada suami (yang memang baru saja sembuh dari cacar). Hmm...Ya Allah kenapa bapak masih memusingkan "bekas cacar" dibanding kondisinya yang tidak dapat dikatakan baik. Meskipun hari-hari yang "menyakitkan" itu terlalui, kini setelah bapak kembali sehat namun semenjak hari itu juga semua tidak sebaik sebelumnya, bapak harus lebih berhati-hati, kini dia menjadi lebih rentan, dan ia harus tetap bergelut dengan kesibukkannya bekerja..., sayang saya tidak bisa selalu bersamanya, hanya doa seorang anak yang ku kirim kepada Allah untuk kesehatan dan kebahagiaanya, selalu ku lantunkan disetiap doa-doa ba'da shalatku...sepertia dia yang tak henti-hentinya selalu mendoakan kami anak-anaknya.

Rencana tetaplah rencana, saya hanya manusia dan Allah kembalilah yang memutuskan..."Ya Allah... sempatkanlah untukku sebuah waktu disuatu hari nanti Bapak dan Mamah kurawat dan ku jaga dengan kedua tangan ku..., seperti ketika mereka merawat dan mengasihi saya di waktu kecil dulu..." meski bukan materi berlimpah yang dapat ku berikan atau harapan-harapan membanggakan yang mungkin tersimpan jauh dilubuh hati bapak dan mamah, namun saya selalu ingin menunjukkan bahwa betapa saya ingin membahagiakan mereka, betapa saya menyayangi dan betapa saya mencintai mereka dan betapa bangganya saya bahwa suatu hari, apa yang akan tertulis diatas batu niasanku dan nama yang akan diucapkan Allah untuk membangkitkanku dialam barzah nanti akan ada nama mu yang tersemat dibelakang namaku..."Nanin Maryani Binti Yayat Hidayat"


اَللّهُمَّ اغْفِرْلِيْ وَلِوَالِدَيَّ وَارْحَمْهُمَاكَمَارَبَّيَانِيْ صَغِيْرَا.
“Alloohummaghfirlii waliwaalidayya war hamhumaa kama rabbayaanii shagiiraa”.
Artinya :
 “Wahai Tuhanku, ampunilah aku dan Ibu Bapakku, sayangilah mereka seperti mereka menyayangiku diwaktu kecil”.

Kamis, 12 Desember 2013 (121213)

Monday 25 November 2013

Rasa Manis Yang Sempat Terlupakan



Minggu 29 september 2013


Setelah Aisha terlelap tidur, maka saya memiki waktu yang lumayan senggang untuk mulai membuka laptop. sekedar browsing, bertukar kabar atau bercakap-cakap dengan teman lewat dunia maya. Kebetulan malam itu saya sedang bercakap-cakap (baca “Chatting”) di Facebook dengan seorang teman semasa kuliah dulu yang cukup lama tak berterdengar kabarnya, setelah bertukar kabar ternyata dia bilang sebentar lagi ia akan segera melepas masa gadisnya, aku ikut senang mengetahui berita bahagia ini, mengingat sejauh yang ku ketahui ia telah menjalani hidup yang tak mudah hingga bangku kuliah terpaksa ia tinggalkan.
”Akhirnya mimpimu kesampaian juga ya...”

“Mimpi apa?” Tanya ku bingung

Waktu kuliah kan kamu sering bilang “duhh lucu deh ya klo duduk di kursi kuliah pas lagi hamil hehe”... Jawabnya...
Untuk sejenak saya tertegun...mimpi itu mungkin sudah lama hilang dari ingatan dan... ketika memori itu terbuka kembali, indah sekali rasanya...,memang beberapa tahun ini ada banyak hal yang terjadi begitu cepat dalam hidupku..., menikah masa kuliah, kehamilan saat penyusunan skripsi, dan perantauan bersama keluarga kecilku ke Banten. intinya adalah bergelut hidup sebagai seorang isteri dan ibu...menyenangkan namun dapat dikatan melelahkan juga...sehingga cerita-cerita manis dulu banyak yang terlupakan begitu saja, dan saya bersyukur...kini melalui teman lama saya dapat menjalajahi kembali lorong waktu yang sempat hilang itu...

3 tahun silam...

Minggu, 10 Januari 2010

Hari pernikahan ku...

Saya memutuskan menikah di usia yang cukup muda yaitu pada umur 20 tahun, mungkin saya termasuk dari beberapa orang teman (sebagian kecil) yang memutuskan menikah pada masa kuliah, tepatnya semester 7 pada saat itu di sebuah Universitas pendidikan negeri di kota Bandung..., no problem toh tak ada masalah dengan semua itu karena yang saya pilih adalah jalan menuju kebaikan artinya menggenapkan separuh dien, tentu saya mengawalinya pun dengan kebaikan pula, bukan dengan embel-embel "MBA".
Tak lama setelah ta'aruf (perkenalan) yang disaksikan oleh kakak perempuanku, maka 2 minggu kemudian berlanjut pada tahap khitbah (Lamaran) dan berselang 2 minggu kemudian saya pun naik ke pelaminan...tepatnya hari minggu, 10 Januari 2010 yang diselenggarakan dengan pesta syukuran yang sederhana.
Tentu saja saya yakin tuhan tidak menjadikan hidup makhluknya seperti tengah melempar sebuah dadu...hanya serba kebetulan, Tuhan menjadikan segala sesuatu dengan terencana, sangat apik dan cermat, itulah mengapa selalu ada hikmah dibalik setiap peristiwa...
Saya menerima pinangan dari seorang pemuda yang memang sebelumnya saya sudah kenal cukup baik, dia adalah kakak tingkatku di jurusan, kami pun beberapa kali terlibat dalam kepanitian berbagai acara, namun itu tidak dapat dijadikan sebagai alasan bahwa saya dan dia terlibat cinlok, orang-orang yang tak mengenal kami mungkin manilai seperti itu, namun bagi yang mengenal kami dengan baik, mendapat berita kami akan melangsungkan pernikahan...maka alangkah terkejutnya mereka..., mereka bilang tak terduga kerena memang semua berjalan seperti biasa dan tak ada apa-apa...
Beberapa hal yang ku rasakan cukup berat saat itu adalah pertama, saya harus melangkahi dua kakak perempuan saya yang masih lajang, kedua komitmeku (lebih tepatnya Janji) pada kedua orang tua bahwa meskipun telah menikah namun tidak menjadikannya sebagai alasan untuk tidak lulus tepat pada waktunya...dan disini semua cerita bermula...

"Menikah adalah menggenapkan setengah dien, jika yang setengah itu penuh dengan kebaikan maka ia akan membawamu ke syurga..." (Nanan Maryanah)

Selasa, 23 Maret 2010

Dalam tulisan ini saya tidak akan terlalu panjang mengulas tentang pasangan saya dan kehidupan kami berdua secara detail, mungkin nanti saja saya bahas di tulisan yang lain secara khusus, dalam tulisan ini saya akan lebih banyak mengisahkan tentang proses dimana saya berjuang untuk menepati sebuah janji kepada orang tua, suami, bayi mungilku dan terutama untuk Dzat yang menciptakanku...Allah Swt.

Pada pagi hari sebelum berangkat ke kantor saya dan suami menyempatkan diri untuk memeriksakan diri ke seorang dokter kandungan di sebuah klinik yang menjadi mitra kantor suami. daerah ledeng - Jl. Pahlawan Cicaheum bukan jarah yang cukup jauh sebenarnya namun entah pada saat itu kami merasa melewati sebuah jalan yang teramat panjang tak berujung, hanya diam dan asyik dengan pikiran masing-masing, membuat waktu semakin lama berlalu.
"Oh...ini ni ketemu juga...ni sudah ada kantong kehamilannya..." Ujar si dokter antusias, Shinta namanya, masih gadis pula...
tak ada suara diantara kami berdua...hening...  
"Umurnya...kira-kira satu bulan bu....selamat ya..."
masih hening...
"Tu berarti isteri saya benar hamil ya dok..." tanya suamiku terlihat bodoh
"iya umurnya kurang lebih satu bulan...tapi...disini janinnya belum terlihat jelas...jadi bisa juga kurang dari satu bulan, biar lebih jelasnya dua mingguan lagi anda boleh kesini lagi untuk memastikan..."
Dokter segara memberikan barbagai macam resep vitamin dan juga obat anti mual, mungkin saja nanti diperlukan walaupun pada saat itu saya tidak merasakan apapun..., Namun keanehan terjadi ketika perjalanan pulang...baru saja keluar dari klinik tiba-tiba langsung merasa mual..., ditambah lagi saya dan suami mengambil rute yang berbeda karena ia harus langsung berangkat menuju kantor...dan suara pesan masuk di hp berbunyi..." ini adalah hadiah dan amanah dari Alloh...kita jaga bersama-sama..." ternyata itu pesan dari suami, mungkin ia merasakan bahwa sebenarnya saya merasa "syok" pada saat itu sehingga lebih banyak diam...

Rabu, 7 April 2010

Dengan penuh semangat hari itu saya memenuhi janji untuk Bimbingan Skripsi dengan Dosen Pembimbing 1, saya fikir saya punya kabar bagus untuknya dengan kehamilan saya, walau tegang namun saya berusaha senatural mungkin dalam menyampaikan kabar itu, karena di jurusan kami beliau terkenal memiliki sikap yang "dingin"...

"Bu...saya punya kabar gembira bu..." ujar saya di akhir waktu bimbingan
"kapar apa??" tanyanya datar
"Alhamdulillah bu, saya sedang hamil satu bulan.." jawabku sumringah...
dan dia hanya terdiam memandangku tajam
"Akh...pake hamil segala...nanti skripsinya malah susah selesei.." katanya langsung menyambar telingaku, saya hanya terdiam dan tersenyum ketir.

Yah...tak bisa disalahkan, bagaimanapun itu adalah ungkapan yang sebenarnya juga ada jauh tersimpan dalam benakku yang paling dalam, belum lagi faktanya tidak sedikit rekan-rekan yang memilih berkeluarga disaat kuliah malah membuatnya mundur dalam menyelesaikan kuliah dan jika selamat atau lulus pun maka akan menghabiskan waktu yang cukup lama.
Apa yang menjadi celotehan Dosen Pembimbingku harus ku jadikan cambuk, bahwa saya tidak sama seperti yang lainnya, walaupun saya sudah menikah, dan sekarang tengah mengandung namun bukan dapat dijadikan alasan untuk tidak lulus tepat pada waktunya dan dengan nilai yang dapat ku banggakan, saya tau saya bisa, saya kuat dan ini adalah komitmen saya...

Mei 2010

Hampir 3 minggu sudah saya menjalani program PLP atau lebih mudahnya kerja lapangan yang memang diwajibkan bagi  mahasiswa yang berada ditingkat akhir, bersyukur karena berkesempatan PLP di SMPN 5 Bandung, sekolah yang terkenal cukup bergengsi..., sebenarnya tak ada cerita khusus selama ini, seperti biasa saya masih menjalani skripsi, kehidupan saya sebagai seorang isteri (kebetulan dari awal menikah memang sudah menutuskan untuk hidup mandiri dan mengontrak sebuah rumah dekat kampus), dan yang terpenting adalah masa kehamilan yang cukup berat karena rasa mual, karena inilah beberapa episode dalam masa PLP ini membuat saya akan selalu mengenangnya...

Pagi itu saya berangkat seperti biasa, alhamdulillah jadwal mengajar saya tidak terlalu padat, hanya hari jumat dan sisanya jadwal piket sekolah, karena mual pada masa kehamilan selalu terasa hebat pada pagi hari maka tidak jarang sesampainya disekolah saya bukan langsung masuk ke kelas, tapi mampir ke kamar mandi dulu...dan yang jadi masalah hari itu adalah saya sudah menahan rasa mual sejak dalam angkot (mungkin lain kali saya harus nekad bw kantong kresek saja), sesampainya disekolah saya langsung berlari menuju kamar mandi dan Ups! jaraknya cukup jauh, saya kurang beruntung hari itu karena tidak bisa menahanya hingga didalam kamar mandi, baru juga sampai pintu rasa mual itu semakin hebat sehingga mengotori jilbab dan baju..., dalam keadaan bingung dan hampir putus asa saya menangis di kamar mandi..."ternyata beginilah rasanya jadi seorang ibu...".

Waktu hampir menunjukkan saatnya masuk kelas, setelah beres membersihkan jilbab dan baju, maka saya saya menghampiri salah satu rekan PLP, Teh Iis namanya setelah mengobrol sebentar maka dengan penuh pengertian dia meminjamkan jaket yang tengah dikenakannya.

"Untuk menutupi jilbab dan kerudung yang basah..." ucapnya lembut
"Makasih banget yah teh..." seruku gembira...
"Bu...Udah masuk?? ditunggu dikelas yah bentar lagi..." muncul sebuah sms dari guru pamongku, bergegas saya mendatanginya di ruang guru dan menceritakan yang terjadi pada pagi itu, untunglah beliau sangat baik dan pengertian,.."Tak apa, namanya juga perempuan...wajar..."
"Bu...maaf, mungkin ibu punya parfum?? saya khawatir anak anak terganggu dengan ini..." seruku seranya merapihkan jaket yang ku pakai
"Oh ada...yuk ikut ibu ke parkiran, ada di dalam mobil..." jawabnya
bagai seorang ibu kepada anaknya, ia membantuku merapihkan baju dan menyemprotkan parfum ke tubuhku, terharu sekali rasanya...dan tiba-tiba saya merasa rindu sekali pada mama...

 Juni 2010

Ada kesan lain yang menarik ketika di akhir-akhir masa PLP, yaitu ketika tiba-tiba supir angkot menurunkan semua penumpang dijalan tanpa sebab, bukannya mengalihkan para pemumpang ke mobil lain tapi dia malah langsung nyelonong pergi, padahal saat itu baru sampai Jl. Riau cukup jauh jika ingin tiba di Jl. Sumatera. tapi....karena pada saat itu adalah pagi yang sejuk dan saya tidak merasa mual-mual lagi maka saya melanjutkan perjalanan ke SMPN 5 Bdg dengan berjalan kaki tentunya dengan hati Cerah dan Riang Gembira.Ssaya berjanji pada diriku sendiri bahwa dihari-hari selanjutnya saya harus menjalani hari dengan ceria dan penuh senyuman.... Mantap!

Juli 2010


Beberapa hari lalu suami pergi ke Singapure selama 3hari 2malam , alhamdulillah karena prestasi kerjanya sangat bagus sehingga pimpinan kantor memberikan tiket gratis untuk berwisata ke Singapura, sayangnya saya tidak bisa turut serta karena tiket memang diperuntukkan untuk satu orang. mengingat usia kehamilan dan kondisiku yang tidak terlalu stabil, maka saya dan suami memutuskan untuk kembali ke rumah orang tua, sambil menunggu hari kelahiran, saya tetap menjalankan aktifitas seperti biasa, Pulang pergi PLP, mengerjakan skripsi atau Bimbingan dengan para Dosen Pembimbing.

Karena jarak antara rumah dan kampus cukup jauh kurang lebih 2 jam yaitu 1 jam menggunakan 
kereta Api jalur Cicalengka-St.Bandung dan 1 jam untuk naik mobil Stasiun Hall-Lembang, maka tidak jarang saya sering kali main "kejar-kejaran" dengan kereta Api.

Sore itu jam menunjukkan puku 17.29 Pas jadwal kereta Patas terakhir berangkat pada pukul 17.30, setelah cepat-cepat membeli tiket (dan bersyukur tidak antri) cepat-cepat saya berlari menuju jalur 3 dimana kereta berada, dan benar saja ternyata kereta mulai melaju perlahan-lahan, saya berjuang lari sekuat mungkin yang saya bisa. Anda yang tahu jarak antara Jalur Rel 3 dan Gate Stasiun Bandung pasti tahu seberapa jauh saya harus berlari, dan tak peduli ada berapa jalur kereta yang saya lewati itu aman atau tidak dari kereta yang akan masuk, saya tetap tidak peduli dan melaju kencang, nekat memang namun jika saya tidak naik kereta patas terakhir itu maka saya baru bisa naik kereta lagi nanti pada pukul 20.00 malam dan sampai dirumah pada pukul 22.00 malam!

"Pak...Stop pak....Stop....!!!!!!!" Teriakku melambaikan tangan menarik perhatian semua orang dan ternyata memang banar, para pengunjung stasiun yang tengah duduk duduk, ada pula yang tengah menunggu kereta tujuannya masuk langsung berteriak...
"Neng...Jangan dikejar neng...Jangan...!!!!!!!!" Seru seorang ibu paruh baya
"Aduh Neng....Jangan...!!!!!!!" teriak juga yang lain spontan membuat para pengunjung yang lain ikut berdiri bahkan melonjak-lonjak seram  meneriakiku.

Dan...saya tetap mengejar kereta itu sambil memegangi perut bagian bawah...ternyata tidak sia-sia, kereta itu akhirnya perlahan-lahan melambatkan lajunya walaupun tidak benar-benar berhenti dan entah kekuatan dari mana, seperti seseorang yang tengah dikejar anjing maka pagar tinggipun niscaya bisa dilewati, begitu pula denganku yang seketika itu meraih pegangan seorang bapak-bapak diambang pintu kereta dan saya meloncat naik ke dalam kereta padahal jarak tanah dan pintu kereta cukup tinggi, Tak lupa berterima kasih pada bapak tersebut saya langsung masuk kedalam kereta dan...ternyata semua oarang didalam gerbong itu mamandang padaku...entah apa yang mungkin terlintas dibenak mereka ketika melihat seorang wanita hamil 6 bulan berlari-lari mengejar kereta, karena ketika tanpa saya sadari melihat keluar gerbong sayapun berujar "GILLLLAAA"

Agustus 2010

Masih Ingat dengan Dosen Pembimbing ku yang "dingin" itu?, yah seperti biasa setiap hari rabu maka giliran para mahasiswa yang berkepentingan menyelesaikan skripsi mengantri berjejer di depan kantor jurusan, bukan antrian satu dua orang kadang 15 sampai 20 orang dan hampir sebagian besar adalah rekan-rekan satu dosen pembimbing denganku. Sedari pagi kami datang menunggu giliran, hingga hari beranjak siang, namun namaku belum pula dipanggil, mau pergi keluar enggan rasanya, takut pas pergi pas namaku dipanggil, alhasil perut lapar pun tak dirasa apalagi bulan itu adalah bulan Ramadhan. Kami baru leluasa mengerjakan shalat Dzuhur atau Ashar ketika dosen pembimbing keluar untuk mengerjalan shalat juga. beberapa diantara kami bubar, ada yang shalat (termasuk saya) dan ada beberapa juga yang pergi mencari makanan atau sekedar cemilan. Hari kembali beranjang sore, satu persatu teman-temanku ada yang dipanggil dan ada yang keluar, ada yang bermuka masam, ada yang tampak kecewa, kesal tapi ada pula yang sumringah! dan kini tinggal beberapa orang yang duduk mengantri di depan kantor jurusan,  dan lama berselang hanya tinggal aku seorang! dan waktu telah menunjukkan pukul 17.30!!! Tapi tak apa...saya tetap senang akhirnya namaku dipanggil juga...

"Aduh...kamu bisa bayangkan ga gimana pusingnya ibu dari pagi sampe mau magrib gini terus bergulat dengan skripsi kalian..."Ujarnya dan saya tahu beliau sebenarnya bukan mengeluh begitu saja, terbayang memang betapa lelahnya beliau harus bergelut dengan "tulisan-tulisan" aneh kami, saya mengerti dan kadang sayapun merasa iba padanya karena bagaimanapun dia adalah manusia bisa dan seorang wanita pada umumnya.
"Ekh kamu ntar pulang kmana??" Tanya beliau
"Ke Cicalengka bu, ke rumah ortu" Jawabku datar
"APA!!!???" hentaknya nampak keget sekali
"Memangnya...kenapa bu??" Tanya ku Bingung
"Ibu kira kamu masih tinggal di Cidadap?? itukan masih dekat kampus kamu pulang malam pun tak apa, terus kamu gimana dong ssekarang???" Tanyanya tampak khawatir

"Hmm...ga apa-apa bu..saya bisa pulang naik kereta..." jawabku agak sungkan (padahal dalam hati saya pun merasa enggan jika harus pulang hingga larut malam).
"Kenapa dari pagi kamu ga bilang ke ibu kalo kamu udah pindah rumah, tau kayak gitu ibu duluin kamu,..ibu jadi merasa bersalah...." tuturnya lembut dan saya hanya tersenyum (tersenyum penuh kegetiran) "Kamu pulang aja ya ma ibu...kebetulan khan ibu naik anggot jurusan Cicaheum jadi kita searah...trus nanti kamu bisa meneruskan naik bus" Sambungnya
"Oh terima kasih bu..biar naik kereta aja..."jawabku ramah
"Ya udah gini aja, karena ini udah mau magrib mending sekarang kamu pulang, biar besok jam 7 pagi kamu bimbingan ma ibunya aja..." tuturnya, Yah saya pun beranjak pulang dan bisa dikatakan tanpa membawa hasil apa-apa, namun kali ini saya menyadari sesuatu yang cukup penting bahwa Dosen Pembimbing saya yang terkenal "dingin" itu tetaplah seorang manusia, dia seorang wanita dan yang utama dia pun adalah seorang ibu...

Rabu, 1 September 2010

"Gimana skripsinya??? udah beres belum?? kalau sampai ga beres rasanya mama menyesal udah ngijinin kamu nikah..." (mama)
"Gimana skripsinya dah beres? dah sampai mana?" (Tanya suami tiap kali pulang kerja)

Yah itulah dua diantara sekian banyak pertanyaan tentang nasib "skripsi" dari orang-orang disekelilingku..., dan hari ini dengan izin Allah akhirnya saya mampu membuktikan bahwa saya mampu menepati komitmen dan janji bahwa saya bisa lulus tepat waktu, Tepat 4 tahun!!!
Tentunya saya tidak melupakan peran teman-teman yang sering kali membantu dalam beberapa hal, dan juga Dosen Pembimbing II yang memberikan motivasi bahwa jadikan perjuangan ini sebagai langkah awal untuk pendidikan si kecil sedari dalam kandungan, begitu juga wejangan dari dosen Pembimbing 1 pada saat bimbingan terakhir kami "maaf...jika selama ini ibu banyak salah, suka marahin atau apapun itu, Yah inilah saya, dan itu bukan ke kamu aja, ke mahasiswa bimbingan ibu juga sama, intinya apa yang kamu rasakan selama ini karena ibu maka itu tidak setitik kuku apa yang nanti kau rasakan di masyarakat kelak..."

Persiapan Sidang telah dilakukan sedari pagi hari, teman-teman yang siap mengikuti sidang pun telah berkumpul lengkap dengan setelan kebaya bagi para mahasiswi dan jas lengkap dengan dasi bagi para mahasiswa. untung sekali walau  kehamilanku sudah berusia 7 bulan namun belum terlalu besar dan masih cukup untuk memakai gaun brukat indah bekas pernikahanku. Dihadiri Suami dan kehadiran beberapa orang terdekat yang turut menyemangati, maka sidang Skripsi pun dimulai, satu persatu kami mulai "menghadap" Penguji 1, Penguji 2 dan akhirnya Penguji 3.
Saya ingat ketika akan menghadap penguji 1 saya dan salah seorang kakak tingkat yang kebetulan mendapat penguji yang sama berkata "kamu aja duluan deh...saya nerveus banget nih..." ujarnya, saya tidak masalah dengan itu malah saya dengan senang hati menjadi orang pertama yang diuji, karena semakin cepat semakin baik, semua ini bukan untuk dihindari atau diulur lebih lama, rasa nerveus dapat teratasi justru ketika kita tegas mengambil langkah untuk menyelesaikannya.

Alhamdulillah, meskipun saat itu adalah bulan Ramadhan namun tidak menyulutkan kami untuk tetap bersemangat menyelesaikan tahap akhir menuju gelar sarjana. Pada sore hari ujian sidang baru berakhir dan kami tinggal menunggu pengumuman nilai yang akan diumumkan hari itu juga. 

Harap-harap cemas...

Pengumuman tiba...
Dan setelah kami semua dikumpulkan di sebuah ruangan maka pihak jurusan kemudian mengumumkan hasil sidang (Yudisium), kebetulan Dosen Pembimbingku yang mengumumkannya namun sebelum itu seperti biasa ada beberapa "wejangan" yang disampaikan .
satu persatu nama-nama kami disebutkan begitu pula dengan nilai dan apakah harus direvisi atau tidak...semua nama yang telah disebutkan selalu disertai Kata "Revisi"...tinggal beberapa orang yang lagi yang tertinggal, dan namaku kemudian disebutkan..."Nanin Maryani, Nilai A tanpa Revisi..."
"A" dan "TANPA REVISI"...
Dua kata yang tak seberapa panjang itu seakan sebuah mata air yang menyejukkan ditengah-tengah hari-hari yang selama ini kulalui dengan penuh perjuangan. ini adalah hadiah terindah yang bisa ku berikan untuk kedua orang tuaku, suamiku dan terutama calon bayiku yang selama ini senantiasa menemaniku tanpa mengeluh sekitpun baik dalam  suka dan duka ...I Love you All..

Oktober 2010

Setelah melewati ujian sidang, kini waktu yang kulalui menjadi lebih senggang, karena tidak perlu revisi jadi saya menjadi jarang sekali ke kampus kecuali sesekali ketika ada keperluan ataupun memantau perampungan ijazah. kini usia kehamilanku sudah 8 bulan, kadang kala saya pun mengisi waktu dengan ngajar karena mengganti guru yang berhalangan hadir di tempat bimbel. dan yang lebih utama lagi tak ada waktu untuk saya berleha-leha karena ujian CPNS segera menanti...

15 - 16 November 2010

9 bulan sudah usia kehamilanku, dan dokter bilang prediksi kelahiran adalah jika tidak sekarang ya besok tanggal 16, namun samppai hari ini belum ada tanda-tanda khusus si jabang bayi akan lahir, maka saya dan suami memutuskan untuk merampungkan saja pengajuan persyaratan lamaran CPNS. karenanya hari ini suami sengaja izin tidak masuk kerja, jadi saya dan suami berkesempatan unutk membereskan persyaratan CPNS seperti yang telah direncakan dari awal. Setelah sekian lama kami pikirkan dan diskusikan, suami memutuskan untuk tidak melanjutkan kontrak di kantor yang sekarang, karena jam kerja yang berat dan panjang sehingga ia merasa tidak memiliki waktu untukku dan terutama untuk bayi kami nanti, jadi kami mencoba peruntungan diranah lain, termasuk saya yang alhamdulillah Ijazah suadh rampung dan bisa digunakan untuk persyaratan.

Bukan rahasia umum lagi jika persyaratan CPNS itu banyak n ribet banget, ada Kartu kuning, SKCK, surat keterangan sehat, dan masih banyak lagi. mending jika ngajuan lamaran dilakukan pada 1 instansi, saya dan suami memilih stategi untuk menyebarkan lamaran ke berbagai daerah, termasuk Cilegon-Banten. agar peluang lolos lebih besar.
Sedari Pagi pukul 08.00 hingga beres 16.00 sore kami berdua berusaha membabad habis PR pada hari itu, hingga semua berakhir di Kantor Pos yang antiannya Panjaaaanggg sekali. sesempainya dirumah saya sempatkan beristirahat setelah seharian bolak-balik jalan sana-sini, dan saya pun sempat menunggui toko sederhana milik kakak laki-lakiku yang berada didepan rumah, hingga saat magrib tiba...

"Mah...kok rasanya nanin g enak badan gini yah???" keluhku..
"kcapean kali..., sini mama pijitin..." tawar mama
merasa lebih baik stelah dipijit tak lama kemudian...air ketubanku pecah...,berusaha untuk tak panik, namun lama-lama semakin banyak keluar akhirnya saya dibawa ke bidan terdekat...
"Oh..ini udah pembukaan 1 bu..." ucap si Bidan..."nanti tunggu sampai jam 3 malam jika tak ada perkembangan kita rujuk aja ker rumah sakit" sambungnya.
sepanjang malam itu saya terus merasa kesakitan, menangis saja tak bisa apalagi untuk teriak, hanya bisa meringis...ada ibu dan suami disampingku..., baju bayi pun sudah digelarkan untuk menyambutnya lahir ke alam dunia...namun hingga pukul 4 pagi benar-benar tak ada berkembangan berarti, padahal suadah coba jalan-jalan ringan semalaman...(padahal saya baru tahu sekarang jiak untuk kasus pecah ketuban harus berbaring tidak dianjurkan untuk berjalan-jalan). akhirnya karena pembukaan hanya tetap pada angka 1 maka bidan pun tek sanggup dan merujuk k RSUD.
Saat itu waktu menunjukkan pukul 06.00 pagi, bidan sempat membelikan bubur, namun rasanya tak ada selera makan, perjalanan menuju RSUD bersama mama dan suami berakhir sia-sia,...
"Maaf bu ini pecah ketubannya sudah lebih dari 12 jam jadi kami tak sanggup"...ucap dokter jaga UGD "Saya sarankan untuk rujuk saja ke Al-Islam atau Hermina.." sambungnya.
hening...kami semua terdiam...
dan meluncurlah kami menuju rumah sakit Hermina Arcamanik...tepat pukul 07.00 ada banyak titik kemacetan yang harus kami lalui, karena jam segitu kan jam-jam berangkat kerja, belum lagi harus melewati pasar Cileunyi yang menambah panjang kemacetan.
Pukul 09.00 pagi kami baru tiba di RS. Hermina Arcamanik, setelah masuk ke ruangan sayapun segera diobservasi.
"Bu..kita usahan dulu untuk normal ya bu..., tapi ibu baru pembukaan 1,5 jadi harus diinduksi.."
"Diinduksi ya suster?? katanya induksi itu sakit banget ya??" tanyaku tambah gugup
"ga apa-apa bu...kasian si bayi dalam perut sebenarnya lebih menderita..." jawab suster... hmmm..saya pikir jalannya tak akan serumit ini, namun saya sudah sejauh ini berjuang dan saya tidak boleh meyerah...
Tak lama setelah suster mensuntikkan induksi dalam tabung infus, maka reaksi hebat pun mulai saya rasakan, rasa sakit yang pasti setiap ibu melaluinya..., saya berusaha menegarkan diri, satu persatu orang-orang terdekatku datang menyemangatiku..., ada ibu-bapak mertua, ada adik dan kakak perempuanku juga ada saudara-kerabat yang lain. perjuangan menahan rasa sakit itu saya lalui hingga pukul 15.00 sore hari, setelah kemudian suster berkata bahwa air ketubanku sudah berwarna hijau, artinya sudah tercampur kuman dan bakteri, tidak baik baik bayi karena dapat mengalami keracunan, belum lagi hingga sore itu saya masih berjalan pada pembukaan 3 saja.
setelah berunding dan mempertimbangkan segala aspek akhirnya pilihan Cesar pun dilakukan, saya masih ingat dengan lorong dingin dan hampa yang saya lalui sebelum masuk ruang operasi, dan ketika pembiusan selesai, saya mesih benar-benar sadar dengan tindakan yang dilakukan dokter padaku..., saya merasa benar ketika perut bawah ini disayat dengan pisau dingin itu (hanya saja saya tidak merasakan rasa sakit) dan masih terasa sekali ketika bayi itu diangkat dari rahimku...
tepat pada pukul 16.30 terdengar suara bayi menangis keras dan saya tak ingat apa-apa lagi...Gelap!!!

16 Desember 2010
 
Hari ini begitu banyak limpahan kebahagiakan yang diberikan Allah kepada saya hari ini karena...Pertama, Bayi mungilku... "Aisha Mumtaz Syahida" Perempuan Gambaran Surga yang Sempurna...Genap 1 bulan usianya, dia belum bisa melakukan banyak hal selain tidup, menangis dan tersenyum...menurutku dia Cantik dan menggemaskan. Kedua tepat pada hari ini adalah hari prosesi wisuda. ada bayi mungilku, suami, mamah, kakak perempuan, ibu - bapak mertua...kami semua berkumpul, berbahagia merayakan hari dimana saya bisa membuktikan bahwa saya mampu membuktika apa yang telah saya janjikan. Ketiga suami lolos ujian PNS di kota Cilegon, sebuah kesempatan berkarya untuk bangsa di dunia Pendidikan. Jika ini adalah sebuah film maka inilah happy andingnya-..." Meski mungkin suatu saat akan terlupa, namun perasaan manis seperti ini sampai kapanpun akan tetap manis jika suatu saat nanti teringat kembali"

Senin, 25 November 2013

 



Berakhirnya masa Pemerintahan Orde Baru

Soeharto mengundurkan diri pada tanggal 21 Mei 1998 Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Soeharto#/media/Berkas:Jenderal_TNI_Soeharto.png ...