Tahukah kalian bahwa Nusantara
secara tidak langsung pernah berada dibawah kekuasan Prancis dan Inggris? Mengapa
dikatakan “tidak langsung” karena setelah VOC dinyatakan bangkrut pada 31
Desember 1799 dan kekuasan atas nusantara diambil alih oleh pemerintah Belanda,
tidak lama berselang terjadi peristiwa penting di Eropa yang kemudian membuat
gaduh seluruh daratan eropa hingga mampu menjatuhkan kekuasan Raja-raja Eropa
yang berabad-abad berkuasa (Monarki Absolut) berganti dengan sistem
pemerintahan Republik peristiwa tersebut adalah Revolusi Prancis 1789-1799.
Seperti juga negara-negara Eropa
lainnya, Belanda termasuk salah satu negara yang terkena pengaruh dari Revolusi
Prancis, dimana kemudian Belanda jatuh ketangan Prancis hingga Raja Belanda
yaitu Raja Willem V (Willem Van Orange)
melarikan diri ke Inggris, dan Napoleon
(tokoh revolusi Prancis sekaligus penguasa Prancis pasca Revolusi Prancis)
mengutus adiknya yaitu Louis Napoleon
untuk memerintah di Belanda dibawah kekuasaan Prancis. Dengan jatuhnya Belanda
ke tangan Prancis maka otomatis tanah jajahan Belanda termasuk Nusantara jatuh
pula ketangan Prancis. Louis Napoleon kemudian menunjuk seorang pemuda Belanda
yang menjadi simpatisan fanatik Revolusi Prancis yaitu Herman Willem Deandles (1808-1811) untuk memerintah di Nusantara,
tugas Deandleas sederhana saja yaitu mempertahankan Nusantara (terutama Jawa)
dari serangan Inggris yang telah bersengkongkol dengan Belanda untu
mengembalikann kekuasaan Raja-Raja Eropa beserta tanah-tanah jajahannya. Sebutan
masa dimana Nusantara berada dibawah kekuasaan “Prancis” disebut dnegan Republik
Bataaf.
Jika kalian sering melewati Jalan Cadas Pangeran sebagai jalan arteri utama yang menghubungkan kota Sumedang dengan daerah daerah Priangan, maka saat itu kalian sedang “melewati” jalan karya Deandleas. Mengapa disebut dengan Cadas, karena jalan tersebut dibuat dengan cara memangkas Gunung batu yang sangat keras sehingga rakyat jelata yang pada saat itu dikerahkan untuk membuat jalan tersebut banyak yang menjadi korban hingga kemudian Deandleas menurunkan Pasukan khusus yang bernama Pasukan Zeni untuk menaklukan kerasnya gunung batu tersebut. Itu kita baru membahas tentang satu tempat yang menunjukan contoh karya program deandleas, maka jika kita membicarakan tentang seluruh Jalan karya Deandleas maka kita akan membicarakan tentang 1.100 KM yang disebut jalan Deandleas atau Jalan raya Pos (De Groote Postweg). Jalan ini terbentang sepanjang ujung barat pulau Jawa yaitu Anyer (Banten) hingga ujung Timur Jawa yaitu Panarukan.
Mengapa Deadleas begitu bertekad
mewujudkan jalan ‘terpanjang’ yang dibuat selama zaman kolonialisme? Hal ini
tidak terlepas dari program Deandleas pada bidang keamanan dan pertahanan, Karena tujuan dari dibuatnya jalan tersebut
adalah agar mempermudah mobilisasi pasukan Deandleas jikalau pasukan Inggris
menyerang Jawa.
Takdir bahwa akhirnya Inggris
mampu mengalahkan Perancis jauh di Eropa sana ternyata kemudian berdampak pula
pada nasib Nusantara karena setelah Perancis kalah dari inggris, maka
dimulailah kekuasaan Inggris di Nusantara dengan Thomas stamford Raffles (1811-1816) sebagai kepanjanganan Inggris
di Nusantara. Sebenarnya dapat dikatakan Raffles ingin “memberikan yang terbaik”
bagi rakyat Nusantara setelah mengalami
perjalanan yang melelahkan dan meyakitkan akibat kerja rodi membangun jalan
raya Pos, adapun Program-program Visioner Raffles adalah sebgaai berikut :
a. Pengahapusan
kerja rodi dan pajak wajib dianti dnegan penanaman bebas oleh rakyat
b. Dihapuskannya pejabat lokal seperti bupati sebagai pihak yang memungkut langsung pajak kepada
rakyat.
c. Diberlakukannya sistem sewa tanah bagi rakyat yang menggapa tanah negara
namun kemudian
niat baik Raffles tidak berbanding lurus dengan kenyataan di lapangan, dimana
karena dihapuskannya keterlibatan penguasa daerah sebagai “perantara”
pemerintah kolonial, membuat program Raffles tidak dapat berjalan dengan baik,
karena bagaimanapun dapat dikatakan bahwa penduduk lokal akan lebih taat dan
manut apabila diperintah langsung oleh pejabat pribumi daripada oleh orang
asing meskipun niat Raffles adalah ingin memutus sistem Feodalisme masyarakat
yang dibedakan berdasarkan tingkat strata sosial. Raflles selain seorang
Gubernur Jendral di Nusantara diapun adalah seorang pecinta Ilmu pengetahuan,
karena terpesona oleh keindahan Nusantara apalagi Jawa maka Raffles kemudia
membuat sebuah buku yang berjudul "The History Of Java" dan Raffles
pun adalah tokoh yang menemukan secara ilmiah tentang keberadaan Bunga Raksasa
yang ia temukan di hutan Bengkulu yang kemudian diberi nama ilmiah
"Rafflesia Arnoldi" atau Bunga Bangkai Raksasa. Dapat dikatakan secara
umum Raffles gagal memberikan keuntungan yang berarti kepada inggris selama
mengusai tanah Nusantara. Maka pada tahun 1814 terjadi Konvensi London yang
isinya adalah Inggris mengembalikan tanah jajahan Hindia belanda kepada
Belanda. Sejak itulah “benar-benar” dimulai pemerintahan Kolonial Belanda di
Nusantara...