"Jika dia bukan saudaramu dalam Iman maka dia adalah saudara dalam kemanusiaan" (Ali Bin Abu Thalib)
Mesir merupakan negara yang pertama kali mengakui kemerdekaan
Indonesia yaitu pada 22 Maret 1946
dengan cara mengirim utusan ke Yogyakarta (pada saat itu ibu kota
Indonesia berpindah dari Jakarta ke Yogyakarta akibat dari Perjanjian Renville),
utusan tersebut bernama Mohammad Abdul Mun’in yang ditemani oleh Muriel Pearson
(nama samaran dari Ketut Tantri) seorang wanita berwarga kenegaraan Amerika Serikat yang
memihak perjuangan Indonesia sejak zaman Revolusi, mereka berdua nekad menembus
blokade Belanda demi memberikan langsung surat resmi pengakuan Mesir terhadap kedaulatan
Indonesia kepada Presiden Soekarno, maka secara de jure Mesir resmi
mengakui Indonesia pada 10 Juni 1947 dengan membuka Kedutaan Indonesia pertama
di luar negeri.
Foto : Tokoh Pengakuan Mesir atas kemerdekaan Indonesia Mohamad Abdul Mun'in
sumber : https://en.wikipedia.org/wiki/Muhammad_Abdel_Moneim
Mesir yang pada saat itu dipimpin oleh Raja Faruq didorong untuk mengakui kemerdekaan Indonesia oleh partai Ikhwanul Muslimin dengan tokoh pendirinya yaitu Hassan AL-Banna, yang memiliki kedekatan dengan tokoh-tokoh Indonesia ditambah lagi banyaknya para pelajar Indonesia yang berkuliah di Kairo-Mesir. Tokoh-tokoh Indonesia yang dekat dengan tokoh Mesir adalah KH. Agus Salim, M. Natsir dan Sutan Syahrir, hal ini diperkuat dengan adanya kesamaan agama antara Indonesia dan Mesir sehingga membuat ikatan emosional kedua Negara ini menjadi lebih kuat yang dipandang sebagai ikatan persaudaraan Islam yang tidak akan pernah terputus.
Namun ada kisah menarik dibalik pengakuan Mesir terhadap
kemerdekaan Indonesia dimana pada saat itu Mesir tengah berjuang pula membantu
Palestina lepas dari Cengkaram Zionisme Yahudi, perlu kita ketahui bahwa Mesir
merupakan negara tetangga terdekat Palestina, dalam perjuangan tersebut
Mesir mengajukan permasalahan Palestina pada PBB dan mendapat dukungan dari
berbagai negara salah satunya dari Belanda. Kisah Dilematis terjadi ketika tepat sebelum penandatangan
hubungan diplomatis persahabatan antara Indonesia dan Mesir (10 Juni 1946) hendak dilaksanakan
datanglah Duta Besar Belanda kepada Perdana Menteri Mesir, Nokrashi Pasha dan
mengancam bahwa apabila Mesir meneruskan pengakuannya terhadap Indonesia maka
Belanda akan menarik dukungan dari Mesir atas masalah Palestina di PBB. Tentu
saja hal ini merupakan pilihan yang sangat sulit, secara langsung Mesir
harus memilih antara Kemerdekaan Palestina atau Kemerdekaan Indonesia, namun
ternyata ada pertimbangan lain dari Mesir hingga tidak menuruti
keinginan Belanda, dimana Mesir tidak mau mengorbankan salah satu saudara negara
muslimnya, maka pengakuan kemerdekaan Indonesia tidak berhenti sekaligus
perjuangan Palestina di PBB pun tetap diteruskan terlepas dari adanya dukungan dari
Belanda atau tidak. Pasca pengakuan Mesir terhadap kemerdekaan Indonesia
diserukanlah kepada Liga Arab agar seluruh anggotanya ikut menyusul mengahui
kedaulatan Indonesia.
Peta Mesir (Egypt) dan Palestina
sumber : http://www.satuharapan.com/read-detail/read/gaza-kehabisan-bahan-bakar-dan-obat-obatan
Eksistensi Negara Indonesia tidak akan ada dalam peta dunia
saat ini apabila tidak mendapat dukungan dari negara lain, dan Mesir sebagai Negara
yang pertama kali mengakui kemerdekaan Indonesia memberikan “sumbangan” sangat
besar yang tak ternilai dengan apapun. Ini merupakan pembelajaran
bahwa keberanian untuk peduli terhadap nasib sesama manusia tidak bisa tersekat oleh masalah ruang (jauhnya jarak) atau perbedaan negara, karena peduli atau tidak
adalah pilihan, namun pilihan untuk peduli adalah pilihan yang terbaik meskipun pasti selalu ada resiko atau konsekuensi dari keberanian atas pilihan kita untuk memilih peduli. Mungkin saja saat ini negara lain yang tengah kesulitan, kita bisa saja
berpura-pura acuh tak acuh dengan alasan bahwa masih banyak permasalahan di Indonesia yang harus diselesaikan namun apabila suatu saat Indonesia tengah menghadapi kesulitan tentu kita akan
lebih mudah keluar dari krisis apabila ada bantuan dan kepedulian dari
bangsa-bangsa lain.
Penandatanganan Perjanjian persahabatan Indonesia - Mesir (pembukaan Kedutaan) di Kairo, Mesir pada 10 Juni 1947 oleh KH. Agus Salim dan Nokrasi Pasha
sumber :https://republika.co.id/berita/po33e9385/h-agus-salim-kisah-awal-pengakuan-kedaulatan-ri-oleh-mesir
"Dilahirkan sebagai manusia sudah ketentuan dari-Nya, tetapi menjaga rasa kemanusiaan kita adalah PILIHAN. Tetaplah berbuat baik, Tetaplah menjadi manusia!" (an Know/No Name)
Keluarga tidak ditentukan dengan hubungan darah tetapi dengan taqwa
ReplyDelete