Wednesday, 25 June 2014

Pendidikan Kita; Antara Harapan dan Realita

Pendidikan Kita; Antara Harapan dan Realita

17 April 2013 pukul 16:58
 
Saat angka buta aksara membuat mata terpana
Saat program sekolah dan kuliah tak bisa murah
Saat pendidikan gratis hanya sebuah mimpi sinis
Saat tunjangan daerah bagi guru, tak bisa diburu
Saat standarisasi gaji guru swasta hanya opini belaka
Saat kualifikasi dan kualitas guru tak beranjak maju
Saat bangunan-bangunan sekolah tetap terlantarkan
Saat komersialisasi perguruan tinggi seolah harga mati

Saat bantuan dan uang yang ada, entah kemana
Saat anggaran pendidikan lenyap, entah oleh siapa
Saat guliran subsidi tidak membuahkan hasil
Saat penjarahan anggaran masih dilakukan dan meresahkan
Saat pengelolaan menjadi barang bajakan
Saat pertanggungjawaban menjadi barang lelangan
Saat korupsi sudah menjadi menu sarapan

Saat ujian sudah sangat merepotkan dengan kasus-kasus yang melelahkan
Saat ujian menjadi alasan untuk melakukan kecurangan demi mengejar target dari pimpinan dan prestise atasan
Saat ujian telah memangkas setiap cita dan harapan dengan kegagalan yang menakutkan tanpa ada peluang perbaikan
Saat ujian tak lagi peduli dengan 3 tahun perjuangan, kerena yang dilihat angka-angka sebagian pelajaran
Saat ujian sudah tidak memberikan ruang keadilan

*Sebuah catatan pendidikan: Untuk orang2 yang berjuang & berkarya nyata di gelanggang jihad pendidikan; yang jauh dari keramaian; kebisingan; pemberitaan; tanpa banyak berkoar-koar dan berkata-kata. Tetap semangat dan bergerak walaupun menjadi PAHLAWAN DALAM SENYAP; karena Allah, Rasul dan orang2 beriman yang akan melihat pekerjaan kita.

Allah...Sempurnakan kebahagiannya...

Allah...Sempurnakan kebahagiannya...

18 April 2013 pukul 20:44
Rindu Banget sama saudara kembarku Nanan Maryanah...

Rasanya baru Kemarin ketika zaman SMA dulu kami berdua harus berboncengan dengan sepeda kumbang ala film korea "Princess Hours" yang kami banggakan...
Rasanya baru kemarin ketika kami ditakdirkan kembali berada di Universitas dan Jurusan yang sama (padahal melalui jalur masuk yang berbeda) setelah mengenyam pendidikan sedari TK-SD-SMP-SMA yang sama pula
Teringat ketika kami harus saling bergantian menggunakan komputer jadul Pentium 3yang sering sekali rusak, loading dan low memory untuk menyelesaikan beratus ratus halaman skripsi agar kami dapat segera lulus tepat waktu
Teringat pula selama bertahun2 menjadi anak koxan kami harus berbagi tempat tidur yang sempit agar dapat terlelap nyenyak setiap malamnya
Semuanya....nampak seperti sebuah lukisan Indah yang cat warnanya belum pula sempat kering....

Dialah yang meyakinkanku bahwa semuanya akan baik2 saja ketika diriku dilanda kecemasan dan keraguan dalam menghadapi detik2 pernikahan...
Dialah yang membantuku membersihkan lantai disaat ketubanku pecah ketika aku dan yang lainnya pontang panting mempersiapkan kelahiran
Dia pun ada disampingku yang dengan tangisannya malah turut menguatkanku ktika  tengah menahan rasa sakit saat melahirkan
Ketika aku tidak tahu menahu siapa yang mencucikan baju bekas persalinanku ,ternyata dialah yang dengan sukarela melakukannya...
Dialah yang dengan senang hati meminjamkan gaun batiknya yang indah untukku pakai saat wisuda lalu, bahkan..dialah yang dengan antusiasnya memberikan baju2 kesayangannya untukku pakai disaat  diriku kesulitan memakai baju karena sama sekali tak mempersiapkan baju khusus untuk ibu hamil dan menyusui

Aku ingin melakukan itu padanya..seperti apa yang telah ia lakukan padaku,
Aku ingin membalas semua kebaikan yang telah ia berikan padaku...
Namun apa aku bisa atau Allah akan memberikan "waktu" itu padaku...
itulah mengapa aku merasa sedih....
Ya Allah....
Bila aku tak bisa menemaninya disaat2 penting hidupnya nanti, disaat ia akan mempertaruhkan nyawanya, dan  disaat beribu kesakitan melanda seorang ibu yang hendak berjuang untuk melahirkan anaknya  maka...Jaga dan lindungi dia untuk orang2 yang menyayanginya...
Mudahkan segala urusan dan hajatnya...
Ringankan dan lancarkan Persalinannya...
Sehatkan kedua-duanya dan Sempurnakan kebahagiannya seperti ia yang selalu menyempurnakan kebahagiaanku...

Membangun Karakter dan Spirit Kebangsaan melalui Industri Kuliner.

Membangun Karakter dan Spirit Kebangsaan melalui Industri Kuliner.

7 Februari 2014 pukul 18:06
 
Saya adalah salah satu dari penggemar film drama korea, meskipun tak jarang bercerita tentang kisah cinta seperti drama-drama film pada umumnya namun alasan yang membuat saya tertarik adalah plot cerita yang kadang tak terduga namun dikemas dengan simple dan terkesan ga alay atau norak seperti (maaf) film-film sinetron indonesia yang ribet, norak dan tak jarang pesan moral yang dimaksud tak tersampaikan dengan baik.
Awalnya hanya point-point itu yang membuat saya menjadi penggandrung drama korea, namun lama-lama saya kemudian menyadari hal lain dari film negeri gingseng ini yaitu tradisi "menyantap" hidangan negeri sendiri mulai dari kuliner kaki lima hingga restoran bintang lima. Tak peduli filmnya berkisah tentang apa, berlatar tempat dimana atau siapa artis yang membintanginya karena hampir disetiap episode dari drama ini selalu memperlihatkan tayangan makan-makan. Saya yang awalnya biasa-biasa saja lama-lama jadi tertarik juga (ngiler malah) dengan kuliner khas korea, mulai dari toppoki (kue beras pedas), Kimbab, Kimchi, Bulgogi, sup rumput laut dan ada banyak lagi.
Entah apa yang membuat hidangan itu terlihat istimewa, padahal ketika saya searching di internet tentang bahan, bumbu dan cara pembuatan makanan-makanan itu tidak telalu rumit dan terkesan biasa saja bila dibandingkan dan dengan kulinar asli Indonesia yang sarat bumbu dan kaya akan bahan wajib lainnya, wajar saja, saya sebagai ibu rumah tangga harus mampu menguasai  4 hingga 5 macam bumbu untuk 1 macam masakan (indonesia) saja.
Saya yakin Kesuksesan Korea Selatan dalam mempromosikan aneka kuliner-nya tidak terlepas dari Visi untuk Membangun Spirit karakter kebangsaan (Nations Caracter Building) yang selalu mereka banggakan.
Lihat saja bagaimana para artis dan aktris korea terlihat begitu menikmati hidangan khas negeri mereka meskipun mereka hanya menyantap jajanan kaki lima, berbeda dengan film-film produksi negeri kita, lihat saja bagaimana sering kali kita menemukan adegan seorang anak atau suami yang ngamuk gara-gara ibu atau isterinya menyajikan tempe atau tahu diatas meja makan, bahkan tak jarang mereka berkata "Ibu, saya bosan tiap hari makan dengan tempe lagi! tahu lagi! bosaaaaaaan..." Protes mereka yang kemudian disusul dengan adegan melempar piring ke laintai hingga membuat hidangan-hidangan "malang" itu kotor dan berantakan. Belum lagi adegan-adegan mengerikan lainnya yang menyangkut makanan indonesia yang secara langsung dinistakan oleh masyarakatnya sendiri, seperti seseorang yang nekat mencampurkan racun ke dalam makanan yang akan dihidangkan. Pertanyaannya bagaimana orang diluar sana akan tertarik dengan kuliner indonesia sedangkan kita menggambarkan makanan itu dengan hinaan, cacian dan racun.
Oh tuhan...sedih saya menerima realita seperti ini...terlihat SEPELE namun inilah yang kemudian yang sedikit demi sedikit akan mengikis kebangaan kita akan kuliner khan indonesia. Coba saja bayangkan bagaimana akan tertariknya mereka (read-orang asing) dengan kuliner khas indonesia seandainya saja dalam film-film sinetron maupun film jalur "bioskop" karya anak negeri bersedia menampilkan beberapa menit saja adegan santapan lezat khas indonesia terserah mau mulai dari sekedar bakwan yang sangat mudah pengolahannya juga banyak dijual dipedagang-pedangang kaki lima kita hingga masakan Rendang (ataupun lainnya) yang membutuhkan tingkat kesabaran dan kerumitan memasak tingkat tinggi. Padahal kita tahu bahwa Rendang, Nasi Goreng dan Sate adalah termasuk makanan-makan terFavorite didunia. juga kreasi fermentasi Tempe yang bahkan Jepang tertarik menukar resepnya dengan fermentasi Yakult atau hidangan Laksa yang Asli Riau kini telah menjadi milik negeri Singapure! dan ada banyak lagi "harta karun" Kuliner negeri kita yang jauh lebih menarik.

Membangun Spirit Kebangkitan Bangsa melalui Industri Hiburan

Membangun Spirit Kebangkitan Bangsa melalui Industri Hiburan

9 Februari 2014 pukul 20:42
Pernah menonton Film "My Boss My Hero", GTO, Good Doctor, Bread love and Dream, The Faith Doctor, The Queen Of Seon Deok, atau My Doughter Seo Young? itu beberapa dari sekian banyak film yang berkesan dan tak bosan saya tonton. Walau hanya berangkat dari tema tentang sebuah Profesi dari mulai tukang Roti hingga Dokter "dibedah" disini, atau kisah legenda mengenai raja-raja dan kaisar yang kemas dengan tak mengiring penuh mitos tak masuk akal namun dikemas dengan begitu menarik menjadi dan sajian film sejarah yang tak bosan untuk disaksikan, juga film tentang perjuangan seorang guru "membangkitkan" semangat para muridnya yang dianggap terbelakang dan tak mungkin menjadi berhasil menjadi "mungkin" jadi orang yang berhasil???. Sayang itu bukanlah film produksi negeri ini, karena ternyata perjalanan dunia hiburan Indonesia yang dianggap tengah bangkit tetap belum sampai pada tahap membangun spirit kebangsaan (terutama sinetron yang setiap hari ditanyangkan pada masyarakat), meskipun saya tetap bangga bahwa ada beberapa produksi film bermutu yang juga pernah lahir dari "rahim" negeri ini seperti Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, 99 Cahaya dilangit Eropa dll.
Berangkat pada masa Orde Lama, setelah Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden tahun 1959 karena Indonesia yang memang tengah mesra-mesranya dengan Blok Unisoviet hingga pernah tercetus sebuah poros koalisi "Jakarta-Moscow-Peking", melahirkan berbagai butir kebijakan mengenai masa depan negeri ini, termasuk campur tangan pemerintah di dunia Entertaiment yang melarang berbagai hiburan berbau barat, maklum saja pada saat itu dunia seakan-akan tengah ditarik ke dalam pusaran "perang dingin" antara dua raksasa dunia yaitu Amerika dan Unisoviet. makanya tak heran apabila pada saat itu Artis senior Titiek Puspa pernah di tegur oleh Soekarno karena memenuhi permintaan untuk menyanyikan lagu barat, dan bagaimana kemudian Band Legendaris Indonesia Koes Plus pernah masuk dalam lebel hitam karena berani menggunakan alat-alat musik barat dalam pengiring lagu-lagunya seperti Drum, Gitar, Piano/Bass/Keyboard dll, makanya zaman Orde Lama ini cukup saja menyertakan Rebana, Gendang, Kosidah dan alat-alat musik tradisional lainnya untuk meramaikan berbagai acara termasuk hiburan bagi Presiden sendiri. Itu Zaman Soekarno..., Beda lagi dengan Zaman Soeharto yang juga tak luput memberikan aturan ketat dalam dunia hiburan di Indonesia, namun tidak se-ekstrim sebelumnya, pada masa Orde baru ini pemerintah mengeluarkan aturan melarang adanya musik-musik cengeng karena dikhawatirkan akan mengganggu proses pembangunan bangsa terutama moral masyrakat. maklum Presiden Soeharto yang juga dikenal sebagai bapak pembangunan, memang benar-benar memperhatikan hal sekecil apapun demi menjaga stabilitas pembangunan, makanya tak heran jika Betharia Sonata pernah kena "sentilan" karena lagu-lagunya yang terkesan cengeng dan Bang Iwan Fals yang bahkan pernah di"kurung" akibat nyanyiannya yang dianggap berbahaya. Namun dibalik keotoriteran Orde Baru ini saya cukup memuji peran pemerintah dalam mengandalikan hiburan bagi masyaraktnya sehingga jarang sekali kita mendengar berita tentang anak sekolah yang buduh diri karena putus cinta akibat hiburan cengeng yang diperdendangkan, atau kebringasan perilaku Bulying dan geng-geng karena sajian kekerasan dalam film-fillm yang ditayangkan.
Masih segar rasanya dalam ingatan bagaimana anak-anak sekolah tak bosan berdiri didepan kelas kelas untuk melafalkan butir-butir Pancasila maupun deretan nama-nama menteri setiap periodenya hingga doktrin-doktrin penting kenegaraan itu tertanam kuat diluar kepala mereka. dan masih segar pula diingatan bagaimana gencarnya nyanyian-nyanyian yang berisikan semangat gotong royong dan kebanggaan akan identitas kebangsaan seperti lagu, Naik Kereta Api, Cangkul dan lagu "badminton dimana-mana" karena atlet-atlet Bulu tangkis (Badminton) kita yang selalu mendominasi setiap kemenangan begitu diganrungi masyarakat.
Lahirnya masa Reformasi 1998 yang dirasa membawa angin segar termasuk kebebasan berkarya bagi putra-putri bangsa. namun menurut saya kebebasan yang awalnya dipandang mulia ini lama-lama menjadi sebuah kebebasan yang kebablasan, bagaimana tidak? sedih rasanya ketika telinga ini sudah lama sekali tak mendengar anak-anak menyanyi lagu-lagu untuk seusianya dan lebih menyukai lagu-lagu dewasa, atau film-film sinetron yang episodenya panjang-panjang dan memperlihatkan kemewahan yang berlebihan sehingga membuat jurang pemisah antara si miskin dan si kaya semakin dalam, belum lagi pesan moral yang tak tersampaikan dengan baik, guru jadi bahan ledekan dan kekurang ajaran murid-muridnya, orang tua yang "terjajah" oleh tingkah polah anaknya, persaingan dalam berebut pacar sudah seperti persaingan dalam hukum rimba hingga seringkali saya katakan bahwa si malang menjadi seperti orang yang paling malang didunia dan di jahat seperti lebih jahat dari syetan sekalipun.
Iri rasanya dengan kemajuan film-film bangsa lain yang lebih berbobot dan bermutu, Film Dorama (Jepang) yang terkenal dengan pesan-pesan kerja keras, giat belajar, inovasi teknologi hingga peran guru dalam mendongkrak prestasi belajar para muridnya. Mimpi besar tergambarkan dalam dunia Hiburan mereka seperti Mimpi Jepang untuk menjadi peserta Piala Dunia (Sepak Bola) tergambar dalam film karton "Capten Tsubasa" hingga 20 tahun kemudian mimpi itu benar2 terwujud! Jepang masuk manjadi salah satu laga Sepak Bola yang disegani di dunia, atau Film "Astro Boy" yang mendoktrin anak-anak Jepang tentang cita-cita teknologi robot Jepang dimasa depan. Adapula Film Drama Korea yang tengah melejit saat ini, meski tetap tentang dunia cinta namun pesan-pesan moral yang cukup berharga seperti perjuangan hidup, menghormati orang yang tua dan kebanggaan-kebanggaan negeri Gingseng seperti Kuliner, Fashion, Music dan Keindahan alam selalu tayang dalam setiap adegan filmnya, lihat bagaimana mereka begitu memuja keindahan Pulau Jeju, padahal menurut saya ada banyak keindahan alam negeri kita yang jauh lebih indah namun masih "tersembunyi" dibalik kesibukan masyarakatnya yang seakan ternina bobokan oleh sajian hiburan yang alay dan tak bermakna.
Menurut saya, tak ada salahnya apabila saat ini pemerintah turun tangan dalam memberikan "perlindungan" kepada masyarakat sebagai konsumen bebas berbagai tayangan media publik demi mengatasi krisis moral masyarakat kita dari berbagai aspek termasuk yang dapat dijadi "ujung tombak" dalam mengasah informasi, moral, karakter dan pola pikir masyarakatnya. mungkin tidak harus kemudian menjadi membelenggu kebebasan berkarya namun adanya aturan yang jelas tentang karakter hiburan yang nantinya menjadi konsumsi publik (masyarakat). kerena pentingnya media publik ini maka karena kehadiran sebuah media bisa membuat yang salah menjadi benar atau yang benar menjadi salah artinya kedepannya media publik ini haruslah menjadi media yang sehat dan bersifat edukasi bagi masyarakat demi terciptanya mental dan pola fikir masyarakat yang kuat (tidak cengeng/lebay), sehat dan berkarakter.

Edukasi Politik untuk Publik

Edukasi Politik untuk Publik

1 Maret 2014 pukul 21:46
 
Mungkin tak banyak yang tahu bahwa ketika Khalifah Ali terluka parah akibat perseteruan politik dengan Muawiyah kala itu, tak dinyana ternyata Muawiyah segera datang menjenguk, mereka berdua kemudian berbicara dari hati ke hati, mentabayunkan permasalahan yang telah berkembang begitu parah, mereka saling memohon maaf, menyingkirkan prasangka yang akan memperburuk kondisi dan menimbulkan kekotoran penyakit hati, hingga kemudian Ali wafat dan Muawiyah pun menangis karena telah perginya sahabat terbaik yang sama-sama dididik langsung oleh Rosululloh sekaligun pemimpin yang tangguh namun bijaksana.
Atau peristiwa "pemecatan" tiba-tiba yang dilakukan oleh Khalifah Umar Bin khattab kepada Panglima perang Islam yang tak pernah terkalahkan, Khalid Ibn Walid ra ketika musuh dari Romawi sudah sangat siap untuk menyerang, namun dengan ketenangan hati dan keikhlasan berjuang berita itu sama sekali tak membuat Khalid goyah atau marah, sehingga dapat menurunkan mental para tentara, Khalid tetap berperang dengan gagah berani hingga ia memenangkan perang yang Monumental tersebuat, Perang Yarkmuk. Setelah menghadap Khalifah barulah Khalid tahu bahwa, Umar tetap sangat mencintainya sebagai saudara dan amat berterima kasih atas semua jasa, namun alasan Khalifah melakukan pemecatan itu tidak lain agar sosok Khalid yang begitu hebat tidak menjadi sebuah pengkultusan dan menggeserkan sosok Rosululloh. Khalid menerima apapun keputusan Khalifah (sebagai pemimpinnya) tanpa marasa sakit hati atau mendendam hingga kemudian dia meninggal karena tua bukan di medan perang (seperti yang ia cita-citakan) namun diatas kasur yang hangat.
Begitu pula dengan Mohammad Natsir dan DN. Aidit, dua tokoh besar di Indonesia yang memiliki ideologi sangat bersembarangan, dua lawan politik panas dalam setiap sidang konstituante, namun tetap bisa duduk bersama sambil minum secangkir teh, menyingkirkan dan melepaskan segala formalitas mereka dalam urusan perpolitikan, berbincang bahkan saling menanyakan kabar keluarga masing-masing dengan tulus bukan sekedar basa-basi,...
Akh, mungkin sosok-sosok Negarawan yang seperti itu takkan pernah ada lagi, jikapun ada pastilah amat langka, mereka adalah negarawan-negarawan yang matang, yang siap mendidik dan mencerdaskan rakyatnya dengan pola komunikasi dan etika politik yang elegan dan santun, terlepas dari se-kontroversial apa sosok dan pemikiran yang menjadi haluannya. namun saya, sebagai rakyat...rindu akan pemimpin yang menyayangi rakyatnya seperti seorang ibu menyanyangi anaknya...seperti yang Rosululloh katakan :

"Sebaik-baiknya pemimpin kalian, adalah yang mencintai kalian, dan kalianpun mencintai mereka. Yang kalian mendoakan mereka, dan merekapun mendoakan kalian. Dan seburuk-buruknya pemimpin adalah yang kalian benci dan mereka pun membenci kalian. yang melaknat kalian, dan kalian pun melaknat mereka."

Kadang saya merasa prihatin  apabila menyaksikan para pemimpin yang seharusnya menyingkirkan semua pertikaian yang wajar (pasti) adanya namun yang ada adalah mereka malah mempertontonkan itu semua, entah settingan untuk menaikkan elektabilitas semata atau memang mereka adalah pribadi-pribadi yang seperti itu. Tak bisakah mereka layaknya seorang ibu dan ayah yang meskipun tengah menghadapi kerumitan hubungan atau pertengakaran sekalipun namun masih sanggup "berpura-pura" harmonis didepan anak-anaknya, bukan bermaksud menipu, namun semua itu demi mendidik dan menjaga Psikologis si buah hati.
Mungkin masih kuat diingatan kita, pada pemilu 2004 lalu, ketika kemenangan presiden diraih oleh sosok yang tergambarkan "teraniaya" , dan ketika Presiden terpilih tersebut hendak dilantik namun tanpa kehadiran Presiden sebelumnya yang juga menjadi Pimpinan salah satu Partai Politik karena "panasnya" hubungan dua pribadi tersebut. ini seperti memberikan pola pendidikan politik yang kurang baik pada masyarakat, rakyat kita seperti diajarkan untuk bersikap sedikit mendendam dan tinggi gengsi, padahal alangkah lebih indahnya apabila rakyat kemudian menyaksikan para pemimpin tersebut mau legowo dan nrimo, mengesampingkan semua permasalahan dan persaingan, ketika rakyat sudah memilih dan siapa telah dipilih maka saat itulah para pemimpin tersebut berjalan beriringan, mengedepankan kepentingan rakyat bukan politik atau bahkan partai, seperti yang dituturkan oleh Prof. DR. dr HM Syamsulhadi, SP KJ, selaku Rektor UNS Surakarta dalam wawancara di majalah Tarbawi Edisi 98 " Ya, demikianlah. Dalam acara buka bersama yang bersamaan dengan pelantikan SBY itu, Megawati berbicara didepann kader-kadernya. Mega bertanya, apakah saudara-saudara siap untuk merebut kembali, dijawab siap. Rakyat dibegitukan ikut saja. kok begitu, tapi itu haknya Megawati. Umpama Megawati datang, apalagi berjabat tangan sama SBY, wah itu manuver Megawati yang paling baik. Sebenarnya sikap Megawati itu bisa mendidik rakyat untuk bersikap legowo. Kemudian seharusnya dia bilang mari kita introspeksi, agar pemilu yang akan datang kekalahan tak terulang lagi. Tapi yang terjadi justru sebaliknya." (Tarbawi, 25-26 :2004).
Apalagi meskipun pemilihan Presiden berhasil dimenangkan oleh SBY namun ternyata untuk kemenangan di Parlemen, kubu Mega-lah yang menang (atau mendominasi).

Kemudian baru-baru ini, pada awal tahun 2014, di tahun mulai panasnya perpolitikan indonesia, terjadilah kasus Slek-nya Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini dan Wakil-nya Wisnu yang meskipun sama-sama berasal dari partai politik yang sama namun tetap mempertontonkan "dinginnya" hubungan pasangan pemimpin tersebut, yah terlepas dari segala prestasi Risma sebagai Walikota namun kerancuan hubungan dari keduanya menunjukkan bahwa mereka belum menjadi pemimpin yang matang dan dewasa.
Saya sebagai rakyat lelah, terus menerus menyaksikan ketidakdewasaan dari para pemimpin dan elit politik yang selama ini terjadi, yang tanpa mereka sadari "sakitnya" para elit itu dapat menular pada rakyat. rakyat kini menjadi cendrung arogan, dan bukan lagi merasa skeptis tapi sudah naik hingga pada level apatis bahkan paranoid yang merupakan sebuah gangguan kejiwaan yang tergolong berat dan sulit untuk disembuhkan.
Semoga pengharapan dari seorang rakyat yang mungkin tak mengerti apalagi paham tentang "Politik berbangsa dan bernegara" ini dapat sedikit memberikan ruang kesejukkan diantara panas dan hampanya atmosfer keteladan demi melahirkan sosok pemimpin yang dirindukan dapat lahir dari rahim suci ibu pertiwi.

Selayaknya Pemimpin negeri ini bisa meneladani sebagaimana yang telah dilakukan oleh dua Umar..."Semoga Kelak ada diantara keturunan kami yang sanggup membanjiri muka bumi ini dengan keadilan dan kesejahteraan " (Doa Umar Ibn Khattab). Wallohualam.

Mereka Yang Tetap Memilih Hidup Sederhana...


Ilustrasi (jefflockert.com)

Sosok sosok tangguh nan teduh senantiasa menjadi inspirasi sepanjang masa, nama-nama mereka tertulis indah dengan tinta emas sejarah, terpahat membekas dalam kalbu bagi mereka yang mengenalnya, kisah hidup nan kepahlawanan dan suri tauladan menjadi legenda tak termakan zaman, dan merekalah para arsitek  yang tak sekedar melahirkan ide brilliant namun pula karya terpajang nyata dalam etalase peradaban dunia, kekayarayaan kesempatan dan harta menjadikan mereka justru semakin sederhana dan bersahaja, sosok pemimpin yang dirindukan sepanjang masa...
Rasulullah...sang penguasa peradaban islam pemilik hampir seluruh jazirah arab, tempat berbagai kafilah kaya raya bernaung dibawah perlindungannya, sang pembawa risalah pemersatu seluruh suku dan kekuatan militansi militer hingga tertaklukkannya Byzantium, Persia dan Konstantinopel berawal karena satu sosok ini..., namun tak ditemukan adanya istana mewah nan megah, tak tersaji makanan nikmat menumpuk mubadzir dihadapan tempatnya makan, tak ada ranjang dan kasur nan empuk ditempat peristirahatannya, ataupun baju-gaun-perhiasan mewah yang dikenakan baik olehnya sendiri ataupun isteri-isterinya...penguasa bangsa yang berjuta ton barel Emas Hitamnya (read: Minyak bumi) melimpah ruah yang kini menjadi rebutan negara-negara adikuasa, ternyata wafat hanya meninggalkan sebuah periuk. 

Ada amanah tak terucap, bahwa Sederhana itu tanda sebuah kesempurnaan...


Umar Ibn Khattab, Amirul mu'minin yang termahsyur karena telah memanjiri bumi ini dengan Keadilan dan Kesejahteraan, ternyata berhasil mengecoh masyarakat Palestina terutama para pendeta Yarusalem ternganga heran dan berdecak kagum, karena ia datang memasuki daerah yang berhasil dibebaskan kaum Muslimin itu hanya dengan berjalan kaki sembari menenteng unta yang justru dinaiki si pelayan, hingga yang mereka sambut bukanlah Umar sang Khilafah/AMirul Mu'minin namun si pelayan, karena mereka menyangka si pelayan adalah Umar, dapat dibayangkan berarti disini tak ada perbedaan yang mencolok antara Amirul mu'minin dan si pelayan terutama dari segi penampilan. kisah lain tentang Umar, ketika Hurmuzan seorang Panglima besar dari Persia (Wilayah yang baru saja ditaklukkan kaum Muslimin) datang ke Madinah mencari Umar Bin Khattab lengkap dengan Pengawalan super ketat selevel Pajabat tinggi sebuah Imperium besar kala itu, ternyata menemukan Umar tengah tidur dilantai sebuah mesjid tanpa ada pengawal yang menjaganya satu pun, Bayangkan pada saat itu Umar yang telah menjadi penguasa seluruh Jazirah arab sekaligus "Kaisar" Imperium Persia namun Umar pun mencontohkan tanpa perlu berkata bahwa Sederhana itu lebih indah...

Itu adalah kisah-kisah legendaris dari para kekasih Allah, Jauh terlampau Ribuan tahun jaraknya dari masa ini, namun setiap zaman tak lupa senantiasa melahirkan tokoh-tokoh mengagumkan namun dicintai karena keteladanan, bukan mimpi atau kisah dalam dongeng sebelum anak-anak tidur. Hingga kini dari milliaran jumlah umat manusia dibumi, zaman tetap tak lupa melahirkan tokoh-tokoh cemerlang dari rahim peradaban, kejayaan dan kehancuran perputar-bergilir memberikan tongkat estafet kepahlawanan pada seluruh bangsa di dunia, tak perlu jauh terpaut waktu dan jarak, Bumi Pertiwi ini pernah melahirkan sosok-sosok fenomenal itu, meski mungkin tak sefamiliar legenda-legenda pahlawan yang lainnya...

KH. Agus Salim, Salah Seorang Founding Father bangsa Indonesia lahir seakan ditakdirkan menjadi seorang diplomat Ulung di meja-meja Perundingan dalam rangka merebut dan mempertahankan Republik Indonesia, ternyata tak ada hasrat mengeruk keuntungan demi Kekayaan dan Kenyamanan hidup dari bangsa yang baru saja terlahir ini, karena ternyata beliau seumur hidupnya hanya mampu mengontak rumah kecil dalam sebuah gang sempit dan tak mewah,
atau kisah tentang Founding Father yang lainnya, Mohammad Hatta yang juga Seorang Ekonom cerdas yang berhasil melahirkan Teori Ekonomi Kerakyatan (hingga diberi gelar Bapak Koperasi Indonesia), seorang filsuf dan Bapak Wakil Presiden Pertama Indonesia, seumur hidupnya hanya mampu bermimpi untuk memiliki sepasang sepatu idaman merk BALLY, dan ketika masa pensiunnya beliau pernah tak mampu membayar tagihan listrik

Itu adalah kisah-kisah fenomenal dari para Founding Father, yang telah mampu membuktikan bahwa demi bangsa ini pengorbanan harta bahkan nyawa tak jadi alasan untuk menyurutkan keberanian dan menjadi seorang pengecut yang hanya mampu menonton dan berdiam diri, tak pula menjadi serakah dan tamak meski kesempatan itu seluas-luasnya mereka miliki. Mereka telah memilih jalan Kepahlawan hingga mereka layak menjadi diantara orang-orang yang namanya tertulis indah dalam tinta sejarah namun adakah orang-orang saat ini yang pantas disandingkan dengan mereka?...

Kelakar Presiden Abdurahman Wahid (Gus Dur) mengenai "hanya ada 2 Polisi Jujur dan anti suap di negeri ini, yaitu Polisi Tidur dan Polisi Hoegeng...". Hoegeng Iman Santoso (Alm) seorang perwira Polisi yang juga memilih jalan indah namun tak mudah, sebagai penegak keadilan ia seakan menggugat dengan kesederhanaan, Jabatan sebagai perwira tinggi justru membuatnya menolak fasilitas-fasilitas yang dianggapnya berlebihan, hingga tak jarang ia tak memiliki beras atau sekedar ongkos untuk menaiki bajaj. bahkan hingga jabatannya sebagai Dirjen Imigrasi malah membuatnya meminta sang isteri untuk menutup toko bunga yang telah menjadi sumber penghidupannya yang lain, "khawatir nanti semua orang yang berhubungan dengan imigrasi akan membeli bunga ditokonya, tak adil untuk pedagang-pedagang bunga yang lainnya, khawatir gulung tikar..." alasan yang sederhana namun cukup membuatnya pantas disejajarkan dengan para pencari syurga yang dirindukan....

Ada Pula kisah Inspiratif tentang kebersahajaan dari sosok DR. Uka Tjandrasamita, Mantan Tentara Pelajar dan Pelopor Arkeolog Islam Indonesia yang berhasil "menghidupkan" kembali Kerajaan Islam Banten yang pernah menjadi Kota Muslim Metropolitan saat itu. berhasil melahirkan ribuan karya Arkeologi Islam dan menjadi "suhu" bagi para peneliti (baik dalam maupun luar negeri)  yang haus ilmu tak membuatnya hidup serba mewah, meski kariernya pernah ditapaki hingga Kepala Direktorat Sejarah dan Pubakala tetap lebih senang naik angkot atau Bis umum ke Jakarta bahkan berjalan kakipun pernah dilakoni meski rumahnya berada di dasa Cemplang-Bogor.

Sosok Hidayat Nurwahid  pun kesohor karena kesederhanaan dan kesahajaannya, tetap betah dengan rumah yang sangat sederhana dan tetap merasa nyaman dan aman meski tanpa pengawal pribadi layaknya pejabat tinggi lainnya. Sosok sang isteri Kastian Indriawati (alm) yang tak terlihat seperti isteri-isteri pejabat lainnya, tanpa pakainan mewah, tak ada perhiasan berlebihan bahkan tanpa Make Up atau sekedar Lipstick, bahkan dalam acara-acara kenegaran beliau merasa lebih nyaman apabila duduk berbaur dengan peserta lainnya dan banyak yang tak pernah menyangka jika beliau adalah isteri Ketua MPR-RI.

Adapun contoh lainnya yaitu Pak Mashadi. mantan anggota DPR-RI pernah menjadi sorotan publik dan media, meski namanya tetap tidak terllau familiar, namun bagi yang mengetahuinya ia terlihat sangat berbeda dengan anggota-anggota DPR yang kebanyakan datang dengan kostum mahal dan mobil mewah ala kaum jetset, namun beliau datang dengan menggunakan sendal jepit, baju seadanya namun tetap bersih dan rapi juga masih sangat senang menggunakan kareta menuju gedung parlemen, sikapnya ini pernah membuatnya seakan dikucilkan dan dipandang aneh, namun diam diam dikagumi.

Masih banyak sejarah dan kisah Inspiratif tentang kesedehanaan dan kesahajaan, namun tentunya tak cukup jika hanya sekedar ditulis dan dibaca begitu saja, mungkin kita belum sampai pada tahap atau level para tokoh ini, hingga terlintas pada pikiran kita bagaimana mereka (tokoh) ini bisa hidup dengan cara seperti itu, tapi itulah Kuncinya, mereka sudah memilih pencarian diri hingga bukan sekedar sebagai ulama dunia, namun juga ulama akhirat. Yah itulah mungkin bedanya saya dan mereka, kita dan mereka. Saya tetap kadang masih merasa kurang meski telah merasa kenyang dan memiliki tempat bernaung yang layak, tetap ada godaan-godaan duniawi lainnya yang ingin dimiliki, namun tokoh-tokoh itu justru sebaliknya, Mereka berhasil memiliki dunia dalam genggaman tangannya tapi tidak dihatinya.

Memang tak ada yang salah ketika kita mampu hidup "berlebih", namun tidak ada salahnya juga untuk tetap hidup sederhana...Sederhana itu indah...Sederhana itu nikmat... 

"Bukan Kefakiran yang membuat aku khawatir akan keadaan umat ini, akan tetapi hidup penuh kemewahan yang justru akan membuat umat ini lalai " (Umar Ibn Khattab)

"Setiap Pembaharu dimanapun dimuka Bumi ini, hampir pasti dicaci dan dimaki, bahkan dimusuhi akan tetapi ajaibnya diam-diam diikuti" (Syafi'i Ma'arif)

 "Hampir tiba masa di mana kalian diperebutkan sebagaimana sekumpulan pemangsa yang memperebutkan makanannya. Seorang sahabat bertanya: Apakah saat itu jumlah kami sedikit, ya Rasulallah? Rasulullah bersabda: Tidak. Bahkan saat itu jumlah kalian sangat banyak, tetapi seperti buih di lautan karena kalian tertimpa penyakit wahn. Sahabat bertanya: Apakah penyakit wahnitu, ya Rasulallah? Beliau menjawab: Penyakit wahnitu adalah cinta dunia dan takut mati. (HR Abu Daud).


Semoga Allah berkenan menganugrahkan Indonesia Pemimpin yang senatiasa mencintai rakyatnya dan memberikan suri tauladan hingga kamipun mencintainya...aamiin..

Link Pengumpulan Tugas :

SMA Cheko :  https://forms.gle/Z5LjxQMQj4GmsL4C8

Thursday, 12 December 2013

Namamu Yang Tertulis di Belakang Namaku (Bapak)

Bapak...
Mungkin kau takkan pernah membaca tulisan ini atau mungkin juga bisa saja kau dapat membacanya suatu hari, entah siapa yang akan menunjukkannya padamu namun...apa yang ku tulis disini adalah perasaan paling murni yang saya miliki kepada manusia yang "berlebel" Laki-laki. Salah satu hal yang paling saya syukuri di dunia ini adalah karena saya dapat terlahir dari air yang berasal dari tulang sumsummu yang kemudian kau titipkan didalam rahim kokoh ibu...hingga dengannya jika suatu hari nanti saya mati maka namamu-lah yang akan tertulis di belakang namaku...(Nanin Maryani Binti Yayat Hidayat)...dan ketika suatu hari nanti Allah memanggil satu persatu nama seluruh umat manusia di Alam Kebangkitan, tetap namamu-lah yang akan tercantum di belakang namaku... dan namamu-lah tertulis diatas kitab Laufulmahfuz jauh sebelum kelahirankku terjadi...Sebelum, Sekarang dan Nanti...tetaplah namamu yang tertulis dibelakang namaku...

Banggakah kau dengan tertulisnya namamu di belakang namaku?? hanya kau yang bisa menjawabnya...namun yang ingin saya ungkapkan adalah bahwa betapa bangganya saya karena namamu-lah yang tertulis di belakang namaku, alasannya mudah...karena kau adalah Ayah terbaik didunia...dan  diluar itu...Kau pula laki-laki paling baik yang pernah ada. Bukan tanpa alasan bahwa setiap anak memandang ayahnya adalah ayah paling baik didunia, akupun begitu, ada banyak alasan yang tak bisa dituturkan satu persatu karena ikatan Psikologis antara orang tua-anak hanya dapat dirasakan bagi mereka yang menyadari perasaan itu, karena tak jarang ada orang tua yang menyia-nyiakan anaknya ataupun anak yang menyia-nyiakan orang tuanya...(Naudzubillah)

Sewaktu kecil dulu, mungkin tak banyak kebersamaan yang kita lewati karena bapak sekali sibuk dengan urusan dinasnya diluar kota... namun hingga kapanpun juga takkan saya lupa ketika dihari ulang tahun yang ke 6  kau membawa kami (saya dan kakak kembaran) berjalan-jalan ke sebuah tempat indah yang kini hanya bisa hadir  dalam mimpi...tempat itu begitu hijau, sejuk dan dipagi hari yang berkabut...

Bapak adalah sosok yang tak banyak bicara pada anak-anaknya, tak banyak mengeluh, tak banyak menyuruh dan tak banyak menggurui..., terkadang saya merasa iri melihat bapak yang bisa tertawa terbahak dan bercakap akrab dengan orang lain dibandingkan dengan ku, namun itulah kemudian yang menjadi kunci bagaimana kemudian kami menjadi lebih "taat" pada bapak dibanding pada mamah. Sedari kecil ketika kami melakukan kesalahan maka bapak tak pernah langsung memarahi kami, dia akan mengingatkan kami melalui mamah, tak tega (mungkin). Bapak yang memang dibesarkan dikeluarga yang taat agama maka diwariskan pula nuansa itu pada anak-anaknya, hingga mimpinya adalah salah satu diantara kami ada yang mahir dalam melakukan Qiro'ah, namun sayang saya tidak dapat mewujudkan mimpinya itu..., mimpi bapak pula ingin mendapatkan keturunan laki-laki, hingga adik bungsu kami terlahir ternyata perempuan juga..., akh...mungkin sebenarnya ada banyak mimpi bapak yang belum dapat kami terjemahkan...namun dari semua mimpinya untuk kami hanya satu yang paling penting yaitu kami bahagia dunia akhirat.

Belakangan ini ketika saya telah dewasa, saya baru menyadari satu hal, bahwa bapak ternyata mudah sekali terenyuh..., pantas saja tak jarang bapak berpura-pura tampak antusias ketika melihat pedagang yang terlihat sepi sama sekali tanpa pembeli, atau melihat orang tua renta berdagang susah payah menjajakan dagangannya atau pedagang yang menawarkan barang dagangannya ke rumah dan bercerita bahwa dia telah berjalan sangat jauh namun tak kunjung mendapatkan hasil....maka bapak akan membeli barang itu (bahkan memborong) meskipun sebenarnya bapak tak membutuhkannya, dan kemudian ia bagikan itu pada tetangga, teman atau siapa saja yang membutuhkan. Hal inilah yang sering kali di protes mamah..yah maklum namanya juga perempuan yang lebih berfikir efesiensi dan skala prioritas... atau tak jarang pula bapak memberikan pekerjaan apapun itu pada mereka yang sangat membutuhkan pekerjaan...ya meskipun bukan sebuah pekerjaan yang bagus hanya seperti meminta membersihkan halaman, atau membetulkan letak genteng yang bocor apapun itu, namun setelahnya bapak memberikan "tanda terima kasih" untuk sekedar membuat dapur mengepul barang 2 atau 3 hari...dan tak jarang pula hal ini diprotes oleh ibuku...(sekali lagi saya memakluminya).

Baru pula ketika saya mengutarakan keinginan untuk menikah di tengah-tengah masa skripsi, bapak menjadi tampak risau dan cemas atas nasib putrinya ini, sehingga akhirnya keluarlah kata-kata yang mungkin mengganjal fikirannya selama itu "Kenali dulu apa dia laki-laki yang baik..." dan yang kemudian terdengar ditelingaku adalah.."Bapak takut kamu tidak bahagia, bapak takut kamu disakiti.., bapak takut dia bukan laki-laki yang baik,..." dan segala hal yang membuatnya cemas yaitu "Kebahagiaanku". Dan apa yang bisa saya ucapkan untuk menghapus air matanya ketika lelaki itu datang melamarku dan dengan deraian air mata ia merestuiku menikah, dan bagaimana saya tak turut mengis ketika suara loadspeaker begitu jelas memperdengarkan tangisan ayah dalam rangkaian ijab-kobul?? Akh...Bapak, begitu lembutnya ternyata hati mu...selama ini kau lebih sering terlihat menangis karena kecemasanmu akan kebahagiaan kami anak-anak mu...., mungkin jika saya dapat gambarkan dalam sebuah kalimat maka bapak akan berhenti menangis jika ia mendapat jaminan dari sang Khalik bahwa kami semua akan baik-baik saja, kami semua akan bahagia selamanya dan kami semua tak akan sakit sedikitpun selamanya...

Entah malaikat apa yang membisikkan angin kabar padaku ketika tiba-tiba saya merasa ada sesuatu yang terjadi padamu. dan benar saja...di tanah perantuan ini, di tempat yang jauh darimu, saya kemudian tahu ketika tiba-tiba ingin menelepon mamah dan menanyakan kabarmu dan ternyata bapak terkena Serangan Jantung..., perjalanan jauh dari daerah paling ujung barat pulau Jawa hingga kota kembang saya tempuh, tiba pada tengah malam yang gelap dan sunyi, sedih harus melihatmu terbaring lemah dengan banyak selang ditubuh, ku sentuh lembut tanganmu menahan tangis yang serasa mencekik leher..."Pak..terasa sakitkah??" Yah hanya sebait kalimat sederhana itu yang mampu saya ucapkan... dan ternyata bapak malah berkata "Li.., kok bekas cacarnya masih jelas...??" tanyanya lemah pada suami (yang memang baru saja sembuh dari cacar). Hmm...Ya Allah kenapa bapak masih memusingkan "bekas cacar" dibanding kondisinya yang tidak dapat dikatakan baik. Meskipun hari-hari yang "menyakitkan" itu terlalui, kini setelah bapak kembali sehat namun semenjak hari itu juga semua tidak sebaik sebelumnya, bapak harus lebih berhati-hati, kini dia menjadi lebih rentan, dan ia harus tetap bergelut dengan kesibukkannya bekerja..., sayang saya tidak bisa selalu bersamanya, hanya doa seorang anak yang ku kirim kepada Allah untuk kesehatan dan kebahagiaanya, selalu ku lantunkan disetiap doa-doa ba'da shalatku...sepertia dia yang tak henti-hentinya selalu mendoakan kami anak-anaknya.

Rencana tetaplah rencana, saya hanya manusia dan Allah kembalilah yang memutuskan..."Ya Allah... sempatkanlah untukku sebuah waktu disuatu hari nanti Bapak dan Mamah kurawat dan ku jaga dengan kedua tangan ku..., seperti ketika mereka merawat dan mengasihi saya di waktu kecil dulu..." meski bukan materi berlimpah yang dapat ku berikan atau harapan-harapan membanggakan yang mungkin tersimpan jauh dilubuh hati bapak dan mamah, namun saya selalu ingin menunjukkan bahwa betapa saya ingin membahagiakan mereka, betapa saya menyayangi dan betapa saya mencintai mereka dan betapa bangganya saya bahwa suatu hari, apa yang akan tertulis diatas batu niasanku dan nama yang akan diucapkan Allah untuk membangkitkanku dialam barzah nanti akan ada nama mu yang tersemat dibelakang namaku..."Nanin Maryani Binti Yayat Hidayat"


اَللّهُمَّ اغْفِرْلِيْ وَلِوَالِدَيَّ وَارْحَمْهُمَاكَمَارَبَّيَانِيْ صَغِيْرَا.
“Alloohummaghfirlii waliwaalidayya war hamhumaa kama rabbayaanii shagiiraa”.
Artinya :
 “Wahai Tuhanku, ampunilah aku dan Ibu Bapakku, sayangilah mereka seperti mereka menyayangiku diwaktu kecil”.

Kamis, 12 Desember 2013 (121213)

Berakhirnya masa Pemerintahan Orde Baru

Soeharto mengundurkan diri pada tanggal 21 Mei 1998 Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Soeharto#/media/Berkas:Jenderal_TNI_Soeharto.png ...