Tuesday, 25 August 2020

Renaisans : Ketika Eropa Terlahir kembali !

Renainsans berasal dari bahasa Prancis yaitu Re dan Sance yang artinya adalah lahirnya kembali kebudayaan Yunani-Romawi. Terlahir kembalinya Eropa tidak terlepas dari kondisi Eropa yang saat itu tengah mengalami zaman kegelapan (Dark Age) atau disebut juga dengan Abad Pertengahan dimana pada zaman itu dokrinasi gereja sangat besar sehingga segala aspek kehidupan diatur oleh gereja dan bagi yang bertentangan dengan pandangan gereja maka tidak sungkan-sungkan akan dihukum mati. Doktrinasi gereja selalu mengaitkan bahwa kehidupan manusia sudah ditentukan oleh Tuhan dimana tujuan akhir dari hidup manusia adalah semata-mata keselamatan akhirat sedangkan dunia hanya harus diterima apa adanya dengan begitu saja. Pandangan tentang manusia hanya “wayang” Tuhan kemudian berubah ketika Eropa memasuki masa Renainsans yaitu bahwa manusia adalah makhluk yang bebas dan merdeka, bisa melakukan segala sesuatu yang diinginkannya. Adapun kesengsaraan, penderitaan dan kemalangan bisa diubah ketika manusia melakukan perbaikan dengan usaha-usaha sehingga nasib dan kebahagian manusia ditentukan oleh manusia itu sendiri.

Memasuki masa Renaisans Eropa melalui perjalanan yang panjang dan berliku, namun dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan di Eropa yang didapat dari dunia islam maka ancaman-ancaman yang diberikan oleh gereja tidak melunturkan semangat cendikiawan Eropa agar bisa keluar dari masa yang gelap gulita. Beberapa kondisi yang dihadapi Eropa sebelum memasuki masa renaisans adalah sebagai berikut :

1.       Gereja berusaha mengembalikan kembali pengaruhnya agar masyarakat Eropa bisa kembali dibawah “pengaruh”nya.

2.    Berusaha mengembalikan masyarakat pada sistem feodal dimana pada masa menjelang renaisans kekuasaan dan pengaruh para penguasa pada saat itu tergeser oleh lapisan masyarakat baru yaitu para pedagang yang kaya raya karena berhasil melakukan perdagangan dengan dunia Timur (Asia).

3.       Para tokoh renainsans banyak yang harus kehilangan nyawa akibat hukuman mati yang dilakukan oleh gereja seperti Copernicus yang meyakini bahwa pusat alam semesta adalah Matahari dan planet-planet termasuk dengan bumi juga memutari matahari, hal ini bertentangan dengan keyakinan Gereja bahwa pusat alam semesta adalah Bumi dan planet-planet juga matahari-lah yang mengitari bumi. Tokoh renaisans lainnya yang harus kehilangan nyawa karena hukuman mati gereja adalah Galileo Galilei yang mengemukakan bahwa bumi ini berbentuk bulat bukan datar seperti yang diyakini oleh Gereja.

Inti dari kebangkitan Eropa dengan Renaisans-nya yaitu tentang humanisme ( faham yang menjungjung tinggi harkat dan martabat manusia) dan Rasionalisme (faham yang mengedepankan kebenaran berdasarkan logika dan fakta), adapun tokoh-tokoh renaisans yang paling terkenal adalah :

1.      Leonardo Da Vinci : seorang seniman, arsitek, ilmuan, penulis, dan filsuf asal Italia.

2.       Niccolo Machiavelli seorang diplomat, ahli politik dan filsuf dengan karyanya yang terkenal yaitu II Pricipe (sang Pangeran).

3.       Michaelangelo adalah seorang seniman dan pematung terkenal

4.       Galileo Galilei seorang ahli Astronomi modern.

5.       William Shakespeare seorang pujangga, dramawan dan penulis.

Ada banyak lagi tokoh-tokoh pencerah dari masa Renaisans yang membawa Eropa dari abad kegelapan pada masa kebangkitan yang membuat Eropa menjadi penguasa peradaban saat ini, namun satu hal yang pasti bahwa masa renaisans adalah jawaban dan bentuk perlawanan dari bangsa Eropa atas keterpurukan yang selama ini menyelimbuti mereka beberapa abad lamanya akibat kungkungan Doktrinasi Gereja yang saat itu menentang berkembangnya ilmu pengetahuan.



Karya lukis Michaelangelo di Kapel Sistina 

Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Langit-langit_Kapel_Sistina


Lukisan Monalisa yang dipenuhi dengan misteri tak terpecahkan hingga saat ini karya Leonardo Da Vinci

sumber : https://www.ideapers.com/2019/03/10-Karya-Seni-Terkenal-Leonardo-da-Vinci.html

Tuesday, 18 August 2020

Kemilau Cahaya Peradaban Islam Yang Menerangi Gelapnya Zaman Kegelapan di Eropa


Dalam bukunya Prof. Ahmad Suhelmi yang berjudul “Pemikiran Politik Barat” dikatakan bahwa sesungguhnya Eropa “berhutang” pada Peradaban Islam, dimana karena dunia islam yang saat itu mencapai puncak peradabannya sedangkan pada saat yang bersamaan Eropa justru tengah mengalami “Abad Kegelapan” justru dunia islam menjadi “jembatan” atau menterjemahkan kembali “peradaban Yunani – Romawi” yang ditinggalkan oleh Eropa sehingga karena berhasilnya peradaban Islam mentransformasikan kembali warisan peradaban Yunani – Romawi yang berharga dan diperkaya dengan kekayaan Khazanah keilmuan islam  yang kemudian 3 unsur penting peradaban ini (Yunani-Romawi-Islam) membawa Eropa dari zaman gelap pada zaman yang terang benderang. Cara bagaimana Eropa dapat tercerahkan adalah dengan penerjemahan buku-buku Arab oleh para pelajar Eropa yang menimba ilmu di spanyol yang kemudian diterjemahkan dalam bahasa Spanyol lalu diterjemahkan kembali ke bahasa latin, dari situlah kemudian buku-buku islam yang “mencerahkan” tersebut dipelajari disekolah-sekolah Eropa.

Penerjemahan buku-buku Yunani-Romawi, Hindu bahkan Persia dilakukan pada zaman khalifah Al-Mansyur dari kekhalifahan Abbasiyah, dimana menurutnya buku-bukur tersebut adalah harta karun, namun masalahnya adalah tidak satupun buku-buku tersebut bertulisan arab, sehingga ia kemudian memerintahkan para ilmuan dan penerjemah untuk menyalin buku-buku tersebut kedalam tulisan arab dan memilah mana buku-buku yang sesuai dengan semangat keislaman tujuannya agar buku-buku tersebut dapat dipelajari seantero arab dan bayangkan saja ternyata butuh waktu 100 tahun untuk buku-buku tersebut selesai diterjemahkan dan ditulis kembali dalam bahasa Arab! Dimulailah babak baru dimana Bagdad sebagai pusat peradaban ilmu dan pengetahuan memiliki segala sesuatu dari mulai bangunan-bangunan indah, perpustakaan, sekolah-Universitas, pemandian umum, dan Rumah Sakit pokoknya segala “bahan” pembentuk peradaban maka Baghdad (islam) memilikinya!


Gambaran kota Bagdad pada zaman Dinasti Abbasiyah

sumber : https://ibtimes.id/sistem-pertanian-modern-pada-zaman-dinasti-abbasiyah/


Kota Bagdad pada zaman Dinasti Abbasiyah yang berbentuk Bulat disebut juga dengan Kota Lingkar

sumber : https://republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-digest/17/10/24/oybiuh313-baghdad-simbol-kemajuan-sejarah-desain-perkotaan

Pada zaman kegelapan kebiasaan mandi orang-orang muslim dianggap sebagai ritual setan, tak ayal bagaimana ketika penaklukan Cordova, Andalusia dan Granada oleh kerajaan kristen Spanyol maka pemandian-pemandian umum dikota – kota pusat peradaban Islam dihancurkan dan dilarang untuk digunakan. Menurut Larry Gonic dalam buku Komik Peradaban dikisahkan ketika di Vatikan Paus Urbanus menyerukan Perang Salib ke Yarusalem  maka ribuan orang yang berkumpul berteriak “Deus Le Volt “ (Tuhan Menghendaki) hampir menyebabkan hadirin lainnya pingsan akibat Bau mulut “...Kita semua tahu betapa meriahnya acara itu...sembrat warna-warni, kibaran bendera..tetapi, bagaimana dengan baunya? Pastilah Dahsyat, karena bangsa Frank pada saat itu jarang mandi! Paus berseru kepada kerumunan manusia berbau busuk itu agar berperang ke Yarusalem...Tigapuluh ribu mulut bergigi keropos berteriak menjawab...dan dua hadirin dari Byzantium nyaris pingsan, mungkin karena tidak tahan dengan baunya...” (Gonic, Hal 204).

Keindahan Kota Granada yang termasyur dengan Istana Al-hambra

sumber : 

https://www.femina.co.id/travel/menelusuri-jejak-kejayaan-islam-andalusia-di-cordoba-dan-granada

sumber : https://khazanah.republika.co.id/berita/px6q3o313/cordoba-keajaiban-dunia-di-era-peradaban-islam

Kisah lain ketika perang salib terjadi adalah bagaimana perbedaan yang sangat mencolok dari penanganan dokter-dokter muslim dan dokter-dokter Eropa, ketika seorang pasien bangsa Frank (Eropa) yang terluka dikakinya, dan diobati oleh dokter muslim ia dengan telaten membersihkan, mengobati dan membalut lukanya dengan hati-hati, namun kemudian tak lama datanglah dokter bangsa Frank yang mengambil alih pengobatan lalu tak disangka dia langsung mengamputasi kaki si prajurit tersebut dengan menggunakan Kapak dan dengan sekali dua kali ayunan terpotonglah kakinya dan seketika itu juga si Pasien (prajurit) langsung mati, hal ini membuat dokter muslim terbengong-bengong tak tahu harus berkata apa.

Sentuhan pertama secara langsung bangsa Eropa dengan peradaban Islam adalah ketika para pedagang Eropa melakukan perdagangan dengan bagsa Asia Barat (Arab) dimana mereka sering mengunjungi kota-kota Islam yang menakjubkan dan sangat Indah, keunggulan orang-orang Islam ini digambarkan dengan kota kota Indah yang dilengkapi taman-taman yang dihiasi dnegan sungai-sungai bagai gambaran syurga, perpustakaan, rumah sakit, sekolah-sekolah modern dan kekaguman ini mendorong bangsa Eropa menimba ilmu dari peradaban Muslim.Peradaban Eropa yang sempat tidur kemudian seakan digelitik untuk kembali bangkit dan menyusul ketertinggalan, dan sedikit demi sedikit abad kegelapan sirna berganti dengan semangat Renaisans (semangat kebangkitan) menuju zaman Aufklarung (Pencerahan). Kekaguman lain bangsa Eropa pada peradaban islam adalah ketika Khalifah Al-Mansyur dari Baghdad mengirim Kaisar Jerman Charlemagne berupa, Jam, Catur, dan seekor Gajah, terkagum-kagum karena belum pernah melihat benda-benda semacam itu bahkan Kaisar ingin agar kelak jika dia mati maka kain kafannya ingin dibordir dengan gambar gajah.

Secara tidal langsung kemajuan ilmu pengetahuan di Eropa mendorong terjadinya penjelajahan samudera, karena selain dari terputusnya perdagangan di Laut tengah akibat jatuhnya Konstantinopel ketangan Umat Islam maka semangat untuk menemukan tanah baru tidak mungkin terjadi apabila bangsa Eropa belum siap/mampu secara teknologi untuk melakukan penjelajahan Samudera. Karena ilmu pengetahuan tidak terlepas adri ilmu perlayaran dan perkapalan seperti penggunaan kompas, peta, pembuatan kapal dan sistem navigasi serta astronomi.

Sebagai generasi muda islam maka selayaknya kita belajar dari kebangkitan bangsa Eropa, karena kita sudah “tertidur’ terlalu lama, kebangkitan kembali peradaban dan ilmu pengetahuan yang pernah dikuasai oleh dunia Islam tidak mungkin terjadi apabila generasi muda yang hanya hidup tanpa semangat belajar dan beribadah, karena hakikat dari adanya peradaban islam adalah karena umat islam memegang teguh ajaran islam dengan semangat belajar dan memperbaiki diri sedangkan kemunduran islam-pun pastinya tidak terlepas dari bagaimana saat ini ajaran islam sudah mulai ditingggalkan oleh penganutnya terlebih semangat Belajar dan semangat beribadah yang mulai padam dari jiwa-jiwa generasi muda islam.

Monday, 17 August 2020

197 Tahun Nusantara dibawah Cengkraman Perusahaan Dagang : VOC

Kedatangan Bangsa Eropa ke Nusantara awalnya didorong perburuan rempah-rempah yang berharga, setelah menemukan Nusantara (Hindia Timur) sebagai pusat penghasil rempah-rempah terutama daerah Maluku timbullah hasrat untuk berkuasa, salah satunya dengan jalan memonopoli perdagangan, negara-negara Eropa yang berdagang di Nusantara terdiri dari berbagai kongsi-kongsi (perusahaan) dagang mandiri, sehingga membuat persaingan menjadi sangat ketat karena mereka bukan hanya harus bersaing dengan kongsi dagang dari negera lain namun juga dari konsi dagang yang berasal dari negara yang sama, maka bertujuan untuk menghindari persaingan sesama kongsi dagang bangsa sendiri dan memperkuat persaingan dengan kongsi dagang bangsa lainnya dibentuklah persatuan Kongsi dagang negara-negara tersebut dibawah satu bendera seperti Inggris yang membentuk EIC (East India Company) yang berpusat di Kalkuta-India dan VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie)  yang berpusat di Batavia (sekarang Jakarta).

VOC berdiri pada tanggal 20 Maret 1602 sebagai gabungan kongsi/perusahaan dagang bangsa Belanda, yang dipimpin oleh Heeren XVII  atau Dewan Tujuh Belas alias Tuan pemilik saham yang berasal dari 17 Provinsi yang ada di Belanda. Saking istimewanya Perusahaan ini bahkan bisa dikatakan bahwa dia seumpama “negara didalam negara”, mengapa? Karena hak istimewa yang dimiliki oleh VOC sama seperti hak yang dimiliki oleh sebuah negara. Hak istimewa yang dimiliki VOC disebut dengan Hak Octroi yaitu sebagai berikut :

1.       Monopoli Perdagangan

2.       Membentuk angkatan perang dan tentara sendiri

3.       Melakukan peperangan tanpa harus persetujuan Kerajaan Belanda

4.       Melakukan perjanjian dengan raja-raja setempat

5.       Mencetak mata uang sendiri

6.       Mengangkat pegawai sendiri

7.       Memerintah tanah jajahan

Mengapa kerajaan Belanda memberikan hak istimewa tersebut padahal bisa saja kerajaan Belanda mengambil alih pengelolaan VOC? Karena dengan pengelolaan diberikan pada pihak swasta maka orientasi keuntungan akan tetap menjadi prioritas dan secara tidak langsung ini memberikan keuntungan kepada pihak kerajaan. Bayangkan bagaimana kemudian pengelolaan VOC ini dilakukan oleh Heeren XVII langsung dari Amsterdam ke Hindia Timur? Hal ini sangat rumit dan jauh maka kemudian diangkatlah Jenderal Gubernur yang berkantor di Batavia  (gedung kantornya sekarang adalah Museum Fatahillah Jakarta) dalam mengurusi VOC dimana Jenderal Gubernur ini bertanggung jawab langsung kepada anggota Heeren XVII. Posisi Batavia yang strategis dan berada ditengah-tengah/pusat Hindia Timur menjadikan VOC mudah dalam melakukan ekspansi penguasaan atas perdagangan diberbagai daerah.


Kantor Gubernur Jenderal VOC di Batavia sekarang menjadi Museum Fatahillah - Jakarta

sumber : https://www.anekatrip.com/museum-fatahillah/

Jenderal Gubernur VOC petama yaitu Pieter Both (1602-1614) merupakan peletak dasar VOC sebagai sebuah kongsi dagang Belanda didaerah Hindia Timur, selanjutnya selain Pieter Both ada Gubernur Jenderal VOC yang termasyur cerdas namun licik, kejam dan ambisius juga sebagai peletak dasar dari terjadinya Kolonialisme dan Imperialisme di Nusantara yaitu Jan Piterzoon Coen (J.P Coen) dimana atas keberhasilannya menaklukkan kerajaan-kerajaan di Nusantara dan memberikan keuntungan besar bagi VOC maka JP. Coen bahkan diangkat hingga dua kali sebagai Gubernur Jenderal VOC. Keberhasilan JP.Coen diantaranya seperti mengalahkan dan mengusir Portugis, menaklukan kerajaan-kerajaan di Nusantara seperti Banten, Mataram Islam, Kerajaan Makassar, ternate, Kalimantan Selatan, Banda , Ambon bahkan Papua.


Gambar Gubernur Jenderal VOC J.P Coen

sumber :https://en.wikipedia.org/wiki/Jan_Pieterszoon_Coen

Kelicikan VOC dalam menjaga harga rempah-rempah tidak jatuh dan tetap berharga adalah dengan sistem pelayaran Hongi, apa itu pelayaran Hongi?  yaitu  sistem pengawasan yang dilakukan kapal-kapal VOC dalam menjaga kestabilan harga rempah-rempah yaitu dengan cara membakar pohon-pohon cengkih atau pala disaat stock rempah-rempah sangat melimpah, karena dengan melimpahnya rempah-rempah otomatis akan membuat harga jatuh dan ini yang tidak diinginkan oleh VOC. Sistem pelayaran Hongi ini mengakibatkan kesengsaraan bagi rakyat terutama rakyat Maluku sebagai pusat penghasil rempah-rempah karena kerja keras mereka dalam memelihara perkebunan rempah-rempah harus musnah karena penghancuran yang dilakukan oleh pihak VOC padahal saat itu seharusnya mereka panen raya dan untung besar.

Awal kehancuran VOC mulai terjadi pada abad ke 18 setelah mengalami kejayaan dari abad 17 hingga awal 18, hal ini bermula dari perubahan mengenai pengelolaan VOC yang asalnya dilakukan oleh swasta (Heeren XVII) kemudian berpindah pada Raja Willem IV, maka pengelolaan profesional yang dilakukan oleh swasta dimana sebelumnya orientasi keuntungan adalah prioritas kemudian sedikit demi sedikit bergeser menjadi sistem feodal kekuasaan yang berakhir pada korupsi dan menumpuk kekayaan serta keuntungan pribadi para penjabat VOC.  Karena korupsi yang merajalela  keuntungan yang dihasilkan VOC semakin menurun sedangkan ongkos belanja semakin meningkat salah satunya adalah akibat perang Jawa (perang Diponogoro) yang melelahkan serta menguras habis anggaran keuangan VOC akibatnya VOC gulung tikar dan resmi dibubarkan pada 31 Desember 1799. Segala urusan terhadap daerah koloni Belanda termasuk di Nusantara kemudian dikelola oleh pemerintah Kerajaan Belanda. Maka dimulailah era baru dimana Nusantara (Hindia Timur) dikuasai langsung oleh Pemerintah Kerajaan Belanda dan Nusantara (Hindia Timur) kemudian lebih dikenal dengan sebutan Hindia Belanda.

Faktor-faktor lain yang mengakibatkan dari mudahnya kerajaan-kerajaan Nusantara jatuh ketangan para penjajah adalah selain karena terpengaruh dengan politik devide et Impera (politik adu domba) adalah karena banyaknya penjabat pribumi yang juga “mengamankan” pengaruh dan kekuasaannya masing-masing degan cara menjilat pada pihak asing, karena mereka sadar saat itu posisi VOC sangat kuat sedangkan kita semakin lemah, maka tidak ada pilihan lain selain “manut dan menurut” ketimbang diperangi dan dihancurkan. Perlu kita ketahui bersama kekayaan VOC ketika masa kejayaannya yaitu bahkan mampu menjadikan Belanda sebagai negara yang kaya raya di Eropa (dimasa sebelumnya Belanda justru dibawah penjajahan Spanyol) dan membangun Infrastruktur-inftrakstruktur modern nan megah justru dari keringat, darah dan air mata rakyat Nusantara. Mereka datang ke Nusantara mengisi kapal-kapal dengan batu bata tak berharga namun kembali ke Eropa dengan kapal-kapal yang penuh dengan harta karun rempah-rempah yang sangat berharga.

Dapat dibayangkan oleh kita bagaimana dari tahun 1602 hingga 1799 yaitu selama 197 tahun daerah Nusantara justru bukan dijajah oleh sebuah negara namun ternyata oleh sebuah kongsi dagang atau perusahaan, fakta tersebut sesungguhnya sangat menyakitkan dan menyesakan dada, namun hal tersebut sehatusnya membuat kita berfikir bahwa pengalaman pahit yang dirasakan oleh para pendahulu kita tidak lagi  dirasakan oleh generasi saat ini. Secara sadar atau tidak sistem Imperialisme modern justru lebih halus namun lebih menakutkan, sebagai contoh kecil adalah bagaimana kemudian secara tidak sadar kita terjajah secara ekonomi karena lebih mencintai produk import dibandingkan dengan produk dalam negeri, tugas kita bersama selain mencintai produk dalam negeri namun juga meningkatkan kualitas dan daya saing serta nilai jual produk tersebut agar negara kita bisa lebih berdikari (bediri dibawah kaki sendri) tidak tergantuh dibawah pengaruh ekonomi negara lain bahkan lebih baik lagi apabila produk Indonesia mampu dihargai dan bersaing di dunia dengan produk-produk negara lainnya.  

                                                                                                                                        

Wednesday, 12 August 2020

Segitiga Persahabatan dalam Lingkaran Kekuasaan : Soekarno, Kartosuwiryo dan Semaun

sumber : https://www.kompasiana.com/igoendonesia/5535a1c46ea834370fda42e1/simpang-jalan-tiga-sekawan-soekarno-semaun-sekarmadji

"Perjuanganku lebih mudah karena melawan Penjajah ... Tapi perjuangan kalian akan lebih berat, karena melawan saudara sendiri” (Ir.Soekarno)


Seorang pemuda dengan perawakan cungkring, hitam dan rambut keriting menertawakan Soekarno muda yang tengah berlatih berpidato di depan cermin dikamar kost-nya, pemuda itu mengatakan jika Soekarno seperti orang gila, kemudian Soekarno membalas : justru kamu yang kurus, hitam dan berambut keriting tidak mungkin jadi orang besar. Soekarno dan pemuda itu sangat dekat, hingga tak sungkan lagi untuk saling mengejek tak ada rasa tersinggung atau kesal justru akan dibalas lagi dengan ejekan yang lebih. Tak ada yang tahu apa yang terjadi dimasa depan nanti, Persahabatan yang begitu indah suatu saat akan membawa mereka berdua pada manisnya perjuangan dalam mengusir Penjajah dan mewujudkan cita-cita berdirinya Negara Indonesia namun suatu saat takdir pula akan membuat mereka saling berhadapan karena perbedaan padangan politik dan idealisme hingga pemuda itu akan mati karena “tanda tangan” yang dibubuhkan Soekarno diatas surat eksekusinya. Pemuda itu bernama Kartosuwiryo.

Soekarno, Semaun dan Kartosuwiryo bersama penah menghuni rumah Kost Milik seorang tokoh Nasional yaitu H. Said Omar Cokroaminoto (HOS Cokroaminoto) yang saat itu dijuluki  sebagai “Raja Jawa tanpa Mahkota” saking banyaknya tokoh Bangsa yang menjadi muridnya, ketiganya berguru pada sosok yang sama namun suatu saat justru masing-masing menganut idealisme yang bersebrangan, seperti Soekarno yang berfahamkan Nasionalis, Kartosuwiryo Islamis, dan Semaun yang rajin mengaji justru akan memilih haluan Komunis. Ketiganya sangat mengagumi sosok HOS. Cokroaminoto, bahkan Soekarno sebagai murid kesayangann dinikahkan dengan putri Cokro yaitu Siti Oetari, Kartosuwiryo dipercaya bekerja di koran milik Cokro yaitu Fadjar Asia sebagai sekretaris dan Semaun yang nge-fans berat kepada Cokro juga masuk ke Organisasi SI (Serikat Indonesia) bentukan Cokro walaupun harus berakhir dengan pemecatan Semaun karena telah menyusupkan ideologi komumis ke SI namun Semaun tetap menruh kagum dan hormat kepada Cokro.

Kisah Tragis antara Soekarno dan Kartosuwiryo juga Indonesia dan NII dimulai pada tahun 1948 ketika perjanjian Renville berhasil disepakati dipandang sangat merugikan Indonesia salah satunya adalah Belanda hanya mengakui Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Sumatra sebagai bagian wilayah Republik Indonesia dan TNI harus ditarik mundur dari daerah-daerah kantongnya di wilayah pendudukan di Jawa Barat dan Jawa Timur. Otomatis hal ini membuat Ibu Kota Indonesia pindah dari Jakarta ke Jogjakarta dan hijrahnya Divisi Siliwangi beserta laskar-laskar perjuangan ke daerah Jogjakarta. Kartosuwirjo dengan Laskar pejuangannya yang bernama Hizbullah menolak menuruti Perjanjian Renville karena bagi mereka itu tandanya Indonesia kalah dari Belanda sekaligus berakhirnya eksistensi Negara Indonesia maka untuk mengisi kekosongan kekuasaan (menurut pandangan Kartosuwirjo) dideklarasikanlah Negara Islam Indonesia (NII) pada 7 Agustus 1949 yang berlandaskan syariat Islam dengan angkatan tentaranya bernama Tentara Islam Indonesia (TII).

Tidak lama setelah berhijrah ke Jogjakarta Divisi Siliwangi kembali lagi ke Jawa Barat, ternyata mereka harus dihadapkan pada kenyataan bahwa mereka dihadang oleh TII yang dulu merupakan teman seperjuangan dalam mengusir Belanda justru kini saling berhadapan sebagai musuh dan memaksa mereka tunduk dibawah Negara Islam Indonesia, karena menolak maka Divisi Siliwangi yang saat itu tengah mengahadapi Pasukan Belanda juga sekaligus harus berhadapan dengan pasukan TII. Akibat pembangkangan yang dilakukan oleh Kartosuwiryo Indonesia yang masih belia menghadapi pemberontakan DI/TII dan merupakan pemberontakan yang paling lama serta paling sulit ditumpas hingga baru berhasil dipadamkan pada tahun 1962 (13 tahun kemudian).

Dengan tertangkapnya Kartosuyiryo maka otomatis sebagai pemberontak dia dijatuhi hukuman mati, karena Soekarno yang merupakan seseorang yang pernah dekat dengan Kartosuwiryo sempat merasa galau, selama 3 bulan Soekarno enggan menandatangai surat eksekusi Kartosuwiryo yang merupakan sahabatnya sendiri. Dengan derai air mata dan berat hati maka Soekarno diposisikan  harus lebih mengedepankan tugasnya sebagai Pemimpin Negara dibanding dengan perasaannya. Dapat disayangkan sebenarnya sesaat sebelum Kartosuwiryo memproklamirkan NII, Wakil Presiden Hatta dan Menteri M.Natsir sudah berusaha mengirim surat kepada Kartosuwiryo dan menjelaskan keadaan yang sebenarnya agar Kartosuwiryo menguringkan niatnya memproklamirkan NII karena bagaimanapun bangsa Indoensia tidak mau berhadapan dengan saudara seperjuangannya sendiri namun karena sulitnya utusan Hatta dan Natsir bertemu dengan Kartosuwiryo sehingga surat tersebut baru diterima olehnya setelah dideklarasikannya NII.

Kisah antara Soekarno dan Semaun tidak se-Tragis seperti Soekarno-Kartosuwiryo, meski Semaun menganut faham Komunis, bahkan ketika Semaun diasingkan ke Belanda (oleh pemerintah Hindia Belanda) karena beberapa kali memotori pemogokan dan demontrasi buruh, Semaun kemudian lari dari pengasingannya dari Belanda ke Soviet, dan dengan jalan "kiri"nya dia aktif melancarkan gerakan-gerakan komunisnya untuk kemerdekaan Indonesia bahkan Lenin (Pemimpin Negara Komunis Soviet)  bisa dikatakan "dekat" dan "percaya" kepada Semaun dengan memberikannya beberapa jabatan penting. Bertahun-tahun Semaun hidup di Soviet, rasa rindunya terhadap Indonesia memanggilnya untuk kembali, apalagi ketika ia mengetahui Indonesia telah merdeka dibawah pimpinan Soekarno, temannya dulu ketika Indekos di rumah Cokro. namun karena dianggap sangat "mengetahui" Soviet", kepulangan Semaun dihalang-halangi Soviet, khawatir dia akan membocorkan rahasia penting mengenai Soviet jika pulang ke Indonesia, namun hal ini kemudian dapat diatasi ketika Soekarno melakukan kunjungan untuk pertama kalinya ke Moscow-Soviet dan Semaun meminta bantuan Soekarno agar ia dapat kembali pulang ke Indonesia. maka Soekarno kemudian meneruskannya  kepada Marsekal Barsilov (Pimpinan tertinggi Partai Komunis Uni Soviet) dan akhirnya Semaun bisa kembali ke Indonesia pada tahuh 1957. Setibanya di Indonesia Semaun berusaha merebut kembali pengaruhnya di SI namun karena gagal akhirnya Semaun mengisi kegiatannya sebagai tenaga pengajar di Universitas Padjajaran sebagai Dosen Ilmu Ekonomi hingga meninggal secara wajar tahun 1971. Terlepas dari pemahaman Kiri nya namun Semaun tidak menggunakan itu untuk melawan pemerintah Indonesia seperti tokoh Komunis lainnya, justru dia menggunakan faham komunisnya untuk membantu Indonesia lepas dari penjajah, maka dari itu kemudian Semaun dapat hidup aman hingga akhir hayat karena tak memilih jalan sebagai "pemberontak", meskipun seumur hidupnya dia tetap membawa "Cap" yang kurang baik akibat ideologi Komunis-nya.

 

 

 

Tuesday, 11 August 2020

Dilema Mesir : Antara Palestina dan Indonesia

"Jika dia bukan saudaramu dalam Iman maka dia adalah saudara dalam kemanusiaan" (Ali Bin Abu Thalib)

Mesir merupakan negara yang pertama kali mengakui kemerdekaan Indonesia yaitu pada 22 Maret 1946  dengan cara mengirim utusan ke Yogyakarta (pada saat itu ibu kota Indonesia berpindah dari Jakarta ke Yogyakarta akibat dari Perjanjian Renville), utusan tersebut bernama Mohammad Abdul Mun’in yang ditemani oleh Muriel Pearson (nama samaran dari Ketut Tantri) seorang wanita berwarga kenegaraan Amerika Serikat yang memihak perjuangan Indonesia sejak zaman Revolusi, mereka berdua nekad menembus blokade Belanda demi memberikan langsung surat resmi pengakuan Mesir terhadap kedaulatan Indonesia kepada Presiden Soekarno, maka secara de jure Mesir resmi mengakui Indonesia pada 10 Juni 1947 dengan membuka Kedutaan Indonesia pertama di luar negeri.

Foto : Tokoh Pengakuan Mesir atas kemerdekaan Indonesia Mohamad Abdul Mun'in

sumber : https://en.wikipedia.org/wiki/Muhammad_Abdel_Moneim

Mesir yang pada saat itu dipimpin oleh Raja Faruq didorong untuk mengakui kemerdekaan Indonesia oleh partai Ikhwanul Muslimin dengan tokoh pendirinya yaitu Hassan AL-Banna, yang memiliki kedekatan dengan tokoh-tokoh Indonesia ditambah lagi banyaknya para pelajar Indonesia yang berkuliah di Kairo-Mesir. Tokoh-tokoh Indonesia yang dekat dengan tokoh Mesir adalah KH. Agus Salim, M. Natsir dan Sutan Syahrir, hal ini diperkuat dengan adanya kesamaan agama antara Indonesia dan Mesir sehingga membuat ikatan emosional kedua Negara ini menjadi lebih kuat yang dipandang sebagai ikatan persaudaraan Islam yang tidak akan pernah terputus.

Namun ada kisah menarik dibalik pengakuan Mesir terhadap kemerdekaan Indonesia dimana pada saat itu Mesir tengah berjuang pula membantu Palestina lepas dari Cengkaram Zionisme Yahudi, perlu kita ketahui bahwa Mesir merupakan negara tetangga terdekat Palestina, dalam perjuangan tersebut Mesir mengajukan permasalahan Palestina pada PBB dan mendapat dukungan dari berbagai negara salah satunya dari Belanda. Kisah Dilematis terjadi ketika tepat sebelum penandatangan hubungan diplomatis persahabatan antara Indonesia dan Mesir (10 Juni 1946) hendak dilaksanakan datanglah Duta Besar Belanda kepada Perdana Menteri Mesir, Nokrashi Pasha dan mengancam bahwa apabila Mesir meneruskan pengakuannya terhadap Indonesia maka Belanda akan menarik dukungan dari Mesir atas masalah Palestina di PBB. Tentu saja hal ini  merupakan pilihan yang sangat sulit, secara langsung Mesir harus memilih antara Kemerdekaan Palestina atau Kemerdekaan Indonesia, namun ternyata  ada pertimbangan lain dari Mesir hingga tidak menuruti keinginan Belanda, dimana Mesir tidak mau mengorbankan salah satu saudara negara muslimnya, maka pengakuan kemerdekaan Indonesia tidak berhenti sekaligus perjuangan Palestina di PBB pun tetap diteruskan terlepas dari adanya dukungan dari Belanda atau tidak. Pasca pengakuan Mesir terhadap kemerdekaan Indonesia diserukanlah kepada Liga Arab agar seluruh anggotanya ikut menyusul mengahui kedaulatan Indonesia.

Peta Mesir (Egypt) dan Palestina

sumber : http://www.satuharapan.com/read-detail/read/gaza-kehabisan-bahan-bakar-dan-obat-obatan

Eksistensi Negara Indonesia tidak akan ada dalam peta dunia saat ini apabila tidak mendapat dukungan dari negara lain, dan Mesir sebagai Negara yang pertama kali mengakui kemerdekaan Indonesia memberikan “sumbangan” sangat besar yang tak ternilai dengan apapun. Ini merupakan pembelajaran bahwa keberanian untuk peduli terhadap nasib sesama manusia tidak bisa tersekat oleh masalah ruang (jauhnya jarak) atau perbedaan negara, karena peduli atau tidak adalah pilihan, namun pilihan untuk peduli adalah pilihan yang terbaik meskipun pasti selalu ada resiko atau konsekuensi dari keberanian atas pilihan kita untuk memilih peduli. Mungkin saja saat ini negara lain yang tengah kesulitan, kita bisa saja berpura-pura acuh tak acuh dengan alasan bahwa masih banyak permasalahan di Indonesia yang harus diselesaikan namun apabila suatu saat Indonesia tengah menghadapi kesulitan tentu kita akan lebih mudah keluar dari krisis apabila ada bantuan dan kepedulian dari bangsa-bangsa lain.

Penandatanganan Perjanjian persahabatan Indonesia - Mesir (pembukaan Kedutaan) di Kairo, Mesir pada 10 Juni 1947 oleh KH. Agus Salim dan Nokrasi Pasha

sumber :https://republika.co.id/berita/po33e9385/h-agus-salim-kisah-awal-pengakuan-kedaulatan-ri-oleh-mesir


"Dilahirkan sebagai manusia sudah ketentuan dari-Nya, tetapi menjaga rasa kemanusiaan kita adalah PILIHAN. Tetaplah berbuat baik, Tetaplah menjadi manusia!" (an Know/No Name)

Sunday, 9 August 2020

Kabut Hitam di Benua Eropa Sesion 1

 


 

وَتِلْكَ الْأَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِ

”Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia…” (QS Ali Imran ayat 140)

 

Dikala dunia Islam terang benderang dengan kemilau pengetahuan da peradaban maka...dibelahan bumi yang lain...justru kabut gelap tengah menyelimbuti bangsa Romawi  (Eropa)...

Sejak berdiri pada Abad 27 SM (sebelum Masehi) Kekaisaran Romawi mencapai masa kejayaan dibawah kepemimpinan Octaviannus Augustus, luasnya kekuasaan bahkan dari Eropa hingga ke Afrika, mercusuar peradaban menjulang digdaya dengan segala kehebatan Romawi yang terdepan dalam sistem politik, pemerintahan, militer, hukum dan bangunan-bangunan megah yang hingga saat ini masih diadopsi dan dinikmati oleh dunia modern sekalipun, namun tak ada kejayaan yang berlangsung secara abadi, Romawi kemudian terbagi menjadi 2 yaitu Romawi Barat dan Romawi Timur (Byzantium).


Peta Wilayah Romawi Barat dan Romawi Timur 

Sumber Gambar : https://id.wikipedia.org/wiki/Kekaisaran_Romawi_Timur

Karena penyerangan yang dilakukan oleh bangsa Germania dimana orang-orang Romawi menyebutnya dengan bangsa Bar-bar artinya bangsa tanpa etika, liar dan tanpa peradaban (saat ini istilah Bar-bar sering kali justru merujuk pada umat Islam yang melekat dengan image Terorist) maka Runtuhlah kekaisaran Romawi Barat yang terpecah-pecah menjadi beberapa kerajaan kecil yang lemah, dan untuk mengjaga kekuasaan kerajaan-kerajaan kecil itu dibuatlah kastil-kastil megah yang didiami oleh para bangsawan kaya raya yang dikelilingi oleh benteng-benteng tinggi sekaligus tempat  para pekerja hidup menggarap tanah-tanah milik tuan tanah (bangsawan) dan para pekerja ini diawasi oleh Para Prajurit,  sistem tersebut disebut dengan sistem Feodal atau sistem feodalisme. Sedangkan disisi lain Romawi Timur (Byzantium) masih berdiri digdaya tak tertaklukan berkat benteng Kokoh Konstantinopel (yang pada tahun 1453 justru akan jatuh ke tangan Umat Islam dibawah kekuatan Sultan Muhammad Al-Fatih).


gambar tentang Feodalisme diambil dari : https://www.kompasiana.com/ilhamarsandi8339/5f22bafa097f363a2c066802/apa-itu-feodalisme

Karena Romawi Barat yang kemudian terpecah-pecah menjadi kerajaan-kerajaan kecil yang lemah maka segala sistem berada dibawah komando Vatican Roma dengan pemimpin tertinggi adalah Paus. Tidak adanya persatuan diantara kerajaan-kerajaan di Romawi Barat membuat segala sesuatu berada dibawah  kendali dan pengaruh keputusan Gereja, bahkan Gereja bisa mengambil tindakan apapun apabila mendapati hal-hal yang bertentangan dengan ajaran mereka, ini membuat kemajuan ilmu pengetahuan di Eropa menjadi stagnan, bahkan bisa dikatakan Eropa pada saat itu (abad 5-15) mengalami zaman kegelapan (Dark ages). Sebagai contoh adalah bagaimana Galileo Galiley dihukum mati karena menyebarkan teori baru mengenai Bentuk bumi adalah Bulat yang bertentangan dengan keyakinan Gereja yang sangat meyakini bahwa bentuk bumi Ini adalah datar.

“Titah Gereja adalah Titah Tuhan “ benar-benar diyakini oleh bangsa Eropa saat itu, bahkan ketika Paus Urbanus II yang menyerukan perang Salib dalam upaya merebut kembali Yarussalem (Palestina) dari tangan Umat Islam (Kekhalifahan Abbasiyah),  maka berbondong-bondonglah orang-orang Eropa mendaftarkan diri menjadi Prajurit perang Salib dengan jaminan Penghapusan dosa dan juga Syurga bagi mereka yang ikut serta dalam perang ini. Awal mula terjadinya perang salib ini adalah karena umat kristen Eropa yang dibatasi untuk melakukan ziarah ke Yarusallem (kota suci 3 agama yaitu Yahudi, Kristen dan Islam), namun sayang pasukan salib yang dikirim oleh bangsa Eropa kebanyakan adalah bukan prajurit terlatih, kebanyakan diantara mereka justru adalah parampok dan penjahat yang ingin lepas dari dosa-dosa maka tak ayal kemudian hal ini menyebabkan dari panjangnya perang Salib (dimulai dr tahun 1096-1291) umat islam memenangi 6 kali pertempuran sedangkan pasukan Salib hanya 1 kali kemenangan. Kekalahan demi kekalahan yang menimpa pasukan salib membuat kondisi Eropa semakin terpuruk, selain banyaknya korban jiwa yang melayang  mengakibatkan perekonomian Eropa semakin merosot hingga Eropa semakin tenggelam dalam Kabut Hitam kebodohan, Doktrinasi otoritas Gereja dan kemiskinan, masa ini disebut dengan Zaman Kegelapan (Dark Ages).


Gambaran Eropa pada zaman kegelapan / Dark Ages

sumber : https://wawasansejarah.com/abad-pertengahan-eropa/

Disisi lain...Romawi  Timur atau yang disebut dengan Byzantium dapat dikatakan stabil dan aman selama berabad-abad kemudian,  hal ini tidak terlepas dari peran Benteng Kokoh Konstantinopel yang tak terkalahkan, namun tahun 1453 dibawah Sultan Muhammad al-Fatih , Kota Konstantinopel sebagai pusat Peradaban Dunia sekaligus  ibukota Byzantium akhirnya takluk dibawah bendera Islam. Maka runtuhnya Romawi Timur (Byzantium) yang menandai berakhirnya seluruh kejayaan Kekaisaran Romawi (baik Timur atau Barat) dari peta perpolitikan dunia, membuat kepedihan-kepedihan dan kesulitan-kesulitan yang menimpa bangsa Eropa sekaligus menjadi awal mula dari cikal bakal kebangkitan Eropa dikemudian hari menggantikan Kekuasaan Dunia Islam.

 

Berakhirnya masa Pemerintahan Orde Baru

Soeharto mengundurkan diri pada tanggal 21 Mei 1998 Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Soeharto#/media/Berkas:Jenderal_TNI_Soeharto.png ...