Sunday, 26 July 2020

"Mutiara Dari Timur" Untuk Dunia


Setelah Jatuhnya Konstantinopel pada tahun 1453 ketangan Turki Ustmani maka babak baru perjalanan sejarah dunia pun dimulai, orang-orang Barat (Eropa) mulai berburu dan bertaruh dengan melakukan Penjelajahan Samudera, melalui bentangan lautan dan samudra luas nan ganas demi menemukan tempat sumber penghasil “Buah dari Syurga” yaitu Rempah-rempah, yang suatu saat menjadi salah satu alasan penggerak sejarah dan mengubah peta dunia.

Peran penting Konstantinopel yang merupakan narahubung antara dunia Barat (Eropa) dan Timur (Asia) setelah jatuh ketangan Turki Ustmani membuat perdagangan antara Eropa dan Asia di Laut Tengah menjadi terhambat, komoditi-komoditi yang disukai dan sangat dibutuhkan orang-orang Eropa menjadi sangat sulit didapat yaitu seperti emas, sutera dan rempah-rempah. Harga yang melambung tinggi disertai dengan kelangkaan barang (read : Rempah-rempah) menjadi salah satu alasan dikemudian hari bagi orang-orang Eropa nekad mempertaruhkan demikian besar resiko demi menemukan daerah penghasil rempah-rempah yang mereka sebut dengan “Mutiara dari Timur”. 

Mengapa orang Eropa sangat menggemari dan membutuhkan rempah-rempah adalah karena sangat bermanfaat baik itu  untuk keperluan obat-obatan/pengobatan salah satunya seperti jahe dan kayu manis dapat membantu meredakan flu batuk, atau kunyit sebagai anti inflamasi dan banyak manfaat lainnya, selain itu juga manfaat dari rempah-rempah bagi orang Eropa adalah sebagai bumbu masakan karena seperti kita ketahui bersama rempah-rempah tidak dihasilkan di Eropa maka lihat saja makanan khas Barat seperti Pizza, Hamburger, Spagetti dan lain sebagainya yang miskin bumbu dibandingkan dengan makanan asli Indonesia yang sarat dan kaya dengan bumbu-bumbu/rempah. dan keberagaman manfaat rempah-rempah lainnya yaitu sebagai ramuan minuman penghangat tubuh dikala musim dingin datang.  Tahukah kamu dimana “Mutiara dari Timur” yang mereka maksud itu berada?...Negeri itu adalah Indonesia yang dulu dunia menyebutnya wilayah Nusantara atau Hindia. 

Bisa kita lihat bagaimana rempah – rempah yang menjadi sumber berkah dikemudian hari menjadi alasan yang mengawali terjadinya penderitaan karena penjajahan. Begitu berharganya rempah-rempah di dunia barat bahkan segenggam buah pala dikepalan tangan seharga dengan rumah mewah tingkat dua, ini menjadi simbol prestise atau simbol kekayaan orang orang kaya Eropa sehingga untuk menyebut benda-benda yang mahal mereka akan menggunakan istilah “semahal buah pala..”. alasan lain mengapa meskipun sudah ditemukannya daerah penghasil rempah – rempah namun harganya tetap sangat mahal adalah karena rempah-rempah ini dibawa dari pusatnya (Hindia atau Nusantara) dengan perjalanan yang sangat jauh dan beresiko tinggi, mulai dari modal pengadaan kapal beserta ABK (anak Buah Kapal), ditambah dengan resiko badai, cuaca ekstrem, kelaparan, penyakit belum lagi para Bajak Laut yang tak kalah berbahaya mengancam jiwa, namun Ini menjadi lebih baik karena meskipun mahal orang-orang Eropa masih dapat mendapatkan rempah-rempah dibanding dengan sebelumnya dimana harga jauh lebih mahal namun barang sangat langka. 

Portugis dan Spanyol adalah 2 negera besar di Eropa yang menjadi pelopor Penjelajahan Samudera disusul kemudian negara Inggris dan Belanda. Penjelajahan Samudera awalnya membuat Spanyol maupun Portugis berebut jalur, maka untuk mencegah perebutan semakin sengit Paus Yulius II dalam Perjanjian Tordesillas (7 Juni 1494) turun tangan dengan cara membagi dunia menjadi 2 bagian dengan garis meridian 1550 km dimana sebelah timur menjadi jalur penjelajahan bagi Portugis dan sebelah barat adalah jalur untuk Spanyol.  Mengapa perebutan ini hingga membuat Paus Yulius II turun tangan? Jawabannya adalah karena kedua negara ini (Spanyol dan Portugis) adalah 2 negara kesayangan “Gereja”. Adapun alasan mengapa dunia dibagi menjadi dua jalur adalah karena pada saat itu Gereja dan Eropa menyakini bahwa dunia ini berbentuk datar (tidak bulat) maka baik Spanyol maupun Portugis tidak akan bertemu atau berebut kekuasaan lagi karena masing-masing menuju arah yang berbeda. Suatu saat apa yang mereka yakini bahwa bumi ini datar akan terbukti salah  besar karena mereka akan bertemu dititik yang sama yaitu Maluku dan teori bahwa bumi ini datar-pun terbantahkan...

Penjelajahan Samudera diprakarsai oleh Columbus dari Spanyol atas dukungan Ratu Isabella yang memberikan fasilitas yang dibutukan dengan perjanjian dimana ketika Colombus berhasil menemukan tanah baru maka tanah itu merupakan bagian dari kekuasaan Spanyol. Seperti yang kita ketahui, Colombus kemudian mendarat disebuah daerah yang dia kira itu adalah tanah Hindia (Nusantara) sebagai pusat penghasil rempah-rempah padahal yang dia temukan itu adalah wilayah yang sekarang kita sebut dengan Amerika itulah sebabnya penduduk asli Amerika disebut dengan suku Indian, bahkan hingga Colombus menghembuskan nafas terakhir ia tetap menyakini bahwa ia telah menemukan Hindia. 

Keberhasilan Colombus kemudian mengilhami para pelaut lainnya untuk menemukan wilayah baru, salah satunya adalah Vasco de Gama dari Potugis yang memilih jalur berbeda dngan Columbus yaitu mengikuti jalur yang pernah dilalui oleh pendahulunya yaitu Bartolomeus Diaz dimana kemudian Vasco de Gama tiba di India dan mendirikan Kantor dagang disana, namun Vasco de Gama menyadari bahwa tempat yeng mereka datangi bukanlah apa yang mereka cari, maka perjalanan dilanjutkan oleh Alfonso de Alburquerque ke pusat penghasil rempah-rempah, yang pada tahun 1511 Armada Portugis berhasil memasuki daerah Nusantara disusul kemudian dengan kedatangan Spayol yang tiba di Maluku pada tahun 1521. Lalu kapan Belanda datang ke Nusantara? Belanda datang ke Nusantara 1596 setelah Cornelis de Houtman berhasil mendarat di Banten. Mengapa Belanda datang sangat terlambat? Karena sebelum itu Belanda berada dibawah penjajahan Spanyol, hingga setelah Belanda berhasil melepaskan diri dari Spanyol maka Belanda kemudian mencoba peruntungan untuk menemukan daerah penghasil rempah-rempah, hal ini dikuatkan oleh alasan dan kenyataan bahwa orang-orang Belanda kesulitan berdagang di wilayah Lisabon (pusat perdagangan di Eropa) pasca merdeka dari Spanyol. Jadi dapat dibayangkan bagaimana kemudian daerah Nusantara akhirnya terjajah dibawah kekuasaan Belanda yang di Eropa sendiri justru Belanda baru saja merdeka namun justru Belanda malah melakukan hal serupa (penjajahan) terhadap bangsa lain.

Penjelajahan Samudra yang pada awalnya bertujuan untuk mendapatkan sumber penghasil komoditi perdagangan kemudian berkembang menjadi ambisi untuk menguasai daerah-daerah tersebut lalu berkembang lagi menjadi Imperialisme dan Kolonialisme atas wilayah wilayah yang dulunya merdeka dan terbiasa melakukan perdagangan berdasarkan asas Mutualisme (saling menguntungkan) namun setelah bangsa Eropa datang maka asaz ini digantikan dengan sistem monopoli yang hanya menguntungkan satu pihak dan merugikan pihak lain. Imperialisme dan kolonialisme memiliki tujuan besar yaitu : Gold (kekayaan/Emas), Glory (Kejayaan/kekuasaan) dan Gospel (Menyebarkan agama Kristen). diantara tujuan-tujuan tersebut, Gospel adalah tujuan paling utama, mengapa? Karena ketika agama kristen yang mereka bawa kemudian diterima dan dianut oleh wilayah-wilayah yang hendak mereka kuasai maka dengan mudah mereka dapat menjalin hubungan karena memiliki dasar kesamaan agama. Penjajahan yang menyakitkan disertai dengan perbudakan, kekerasan, diskriminasi dan pemerasan harus dilalui oleh bangsa-bangsa Asia-Afrika termasuk Indonesia, dikemudian hari memunculkan rasa Nasionalisme yang kelak melahirkan konsep Negara Bangsa (Nation state) seperti lahirnya bangsa dan Negara Indonesia yang tidak terlepas dari usaha Persatuan dan Kesatuan karena tujuan bersama yaitu merdeka dan melepaskan diri dari penjajajahan.

Bagaikan kawah Candradimuka tempat dimana Gatotkaca ditempa agar menjadi kuat, masa krisis, berat dan sulit yang dilalui oleh bangsa Indonesia akibat dari penjajahan selama berabad-abad lamanya memunculkan berbagai perlawanan diberbagai daerah yang dimotori oleh manusia-manusia luar biasa yang kita sebut dengan pahlawan, tanpa mengharapkan nama mereka kelak dapat tercatat dalam tinta emas sejarah para pahlawan itu hanya mengharapkan satu hal yaitu semoga apa yang mereka lakukan dapat diterima menjadi sebuah kebaikan oleh negeri ini dan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Karena dimasa-masa sulit bahkan dunia tidak pernah lupa untuk melahirkan sosok-sosok istimewa, seperti yang Anis Matta katakan para Pahlawan justru lahir dari rahim dimana masa krisis terjadi, dan dari para pahlawan ini kemudian lahir masa-masa baik dan dari masa yang baik justru melahirkan pemimpin yang lemah dan dari pemimpin yang lemah melahirkan masa yang sulit (krisis) dan dari masa yang sulit (krisis) justru melahirkan pemimpin yang kuat...begitu seterusnya siklus sejarah terjadi.

Penting ! Untuk Evaluasi Pembelajaran Klik Link berikut :

https://forms.gle/UEsb8XRCUKrx9A14A



Sunday, 19 July 2020

Berdamai Dengan Sejarah


Tentu kita masih ingat bagaimana ketika masih duduk dibangku sekolah,  dan mempelajari mata pelajaran Sejarah, terutama perjalanan bangsa Indonesia maka disadari atau tidak, seakan-akan disuguhkan pada perjalanan bangsa yang terus menerus saling membenci dan menghapuskan kebaikan (kelebihan) satu rezim ke rezim setelahnya. Sebagai contoh guru-guru kita pasti akan menerangkan bahwa bagaimana sengsara dan menderitanya rakyat kita akibat kejamnya penjajahan yang dilakukan pemerintah Kolonial Belanda, memang hal itu benar dan tak dapat dipungkiri, namun seringkali para pendidik lupa menyampaikan point yang tak kalah penting lainnya yaitu hal-hal yang patut diteruskan dan dicontoh bangsa kita pada masa tersebut, seperti bagaimana pencatatan arsip-arsip dilakukan secara lengkap, apik dan terperinci, bagaimana budaya literasi (membaca dan menulis) sangat digiatkan, para pelajar saat itu diwajibkan membaca minimal 25 buku dalam setahun, bagaimana kemudian bangunan-bangunan peninggalan Belanda masih mampu kokoh berdiri hingga kini padahal telah berusia ratusan tahun, itu karena Belanda berpikir untuk tinggal selama-lamanya di bumi Nusantara, sedangkan para pemimpin kita sekarang apabila membangun infrastruktur hanya berpikir untuk generasinya saja, tidak berfikir untuk kepentingan anak cucu sehingga dapat kita bandingkan bagaimana kualitas dan kekokohan hasil kerja dari keduanya dan juga kebaikan lainnya yang tentu tak bisa diuraikan satu persatu disini tanpa menjadikannya sebagai sebuah legitimasi pembenaran atas penjajahan yang mereka lakukan. Pembelajaran seperti itu saya pandang sangat penting agar para anak didik kita menyadari tentang urgensi hikmah dan unsur-unsur baik yang perlu diteruskan, seperti dari pencatatan arsip-arsip negara yang lengkap, jujur, terperinci dan juga tersimpan (dikelola) dengan apik, tentang betapa pentingnya pembangungan infrastruktur yang berkualitas, tanpa ada penyelewengan dana  dan juga berjangka panjang juga tentang budaya Literasi bangsa Indonesia yang memprihatinkan (menurut data UNESCO hanya 1: 1000 orang bangsa Indonesia yang gemar membaca)

 Kebencian dan penghapusan segala sesuatu yang berbau Belanda mulai dilakukan ketika masuknya pemerintahan kependudukan Jepang, yang selanjutnya diteruskan oleh pemerintahan Presiden Soekarno (Orde Lama) yang menerapkan pelarangan penggunaan bahasa Belanda baik dalam dunia formal maupun informal dan menggantinya dengan bahasa persatuan kita, bahasa Indonesia, sebagai sebuah kebijakan untuk menjauhkan rakyat kita dari segala sesuatu yang berbau kolonialisme Belanda. Memandang bijak atau penting tidaknya kebijakan para pemimpin ini bukanlah tugas kita untuk menghakimi atau menilai, namun kemudian rasanya tak ada salahnya apabila bahasa Belanda tetap dipelajari tanpa menggeser pentingnya bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan (nasional), bahasa Inggris sebagai bahasa Internasional dan melestarikan bahasa daerah sebagai bahasa ibu. Karena mungkin saja kita akan mendapat banyak manfaatnya, seperti kemudahan-kemudahan masyarakat kita untuk belajar di Belanda (tanpa ada kendala kesulitan dalam berbahasa) meningat justru arsip-arsip kita terkait zaman penjajahan justru saat ini tersimpan baik di Universitas Leiden-Belanda, sehingga ada kesulitan tertentu bagi para sejarawan kita saat ini ketika ingin memperdalam atau mengangkat sejarah mengenai kolonialisme Belanda atau mungkin mempelajari segala sesuatu yang mungkin saja bisa kita ambil sebagai sebuah kebaikan untuk kemajuan bangsa saat ini. Kita jangan terkejut ketika diantara jutaan rakyat Indonesia hanya sedikit saja mereka yang dapat berbahasa Belanda dan menjadi ahli sejarah kolonialisme di Indonesia, karena ternyata justru sejarawan-sejarawan asing (Belanda) lebih banyak menjadi ahli Kolonialisme di Indonesia mengingat banyaknya arsip-arsip masa kolonial yang berbahasa Belanda dan hingga sekarang masih apik tersimpan di negeri Kincir angin itu.

Seperti halnya rezim orde lama yang membenci rezim penjajahan Belanda, maka begitu pula dengan rezim Orde Baru yang memandang buruk rezim orde lama, atau masa reformasi yang memandang bobrok rezim orde baru, dan begitu seterusnya. Sehingga setiap pergantian satu pemimpin ke pemimpin selanjutnya (apalagi berasal dari ideologi yang berbeda) maka kita akan melihat kebijakan akan diputar 180 derajat dan akan terdengar isu-isu mengenai pencemaran rezim sebelumnya, seakan-akan semua harus terhapus dari unsur objektifitas sejarah. Hal ini tidak menjadi masalah apabila menjadikan bangsa kita terbukti semakin maju dan menjadi selalu yang terdepan, namun karena pemimpin selanjutnya selalu menerapkan kebijakan yang  berbeda sehingga kita selalu saja mulai dari nol dan selalu berjalan ditempat, kita tetap dikenal dengan bangsa penghasil tenaga kerja murah. Sedikit perbandingan, Negara tetangga kita Malaysia yang terjajah oleh Inggris, terlepas dari penderitaan masa lalu namun setelah Malaysia merdeka, mereka tetap menjadikan bahasa Inggris sebagai bahasa Nasional kedua mereka setelah bahasa Melayu. Setidaknya hal itu membuat mereka tidak terlalu mengalami kesulitan dalam melakukan pergaulan di dunia Internasional dimulai dari rakyat biasa hingga para pejabat tinggi negara karena fasih berbahasa asing membuat mereka lebih percaya diri dalam berkomunikasi di tataran forum Internasional.

Menyimpan dan mewariskan dendam seakan menjadi sebuah perkara besar dan sangat dilarang apabila dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, namun ternyata nilai-nilai ini pula yang kemudian mengiringi perjalanan bangsa Indonesia, menyimpan dan mewariskan dendam sejarah seakan telah menjadi sebuah kewajaran. Disadari atau tidak ketika terjadinya pergantian satu rezim ke rezim setelahnya maka rezim masa lalu sekan dipandang sebagai sebuah perjalanan penuh noda, cela dan tanpa ada kebaikan sedikitpun didalamnya, sebaliknya ketika pemimpin rezim yang menggantikan rezim sebelumnya itu akan dipandang bahwa pada masa kepemimpinnya adalah masa paling baik dan cemerlang, dan yang paling dikhawatirkan, perlahan-lahan hal ini akan menimbulkan pengkultusan terhadap seseorang, sehingga kesadaran politik masyarakat kita tetap tidak akan berkembang yaitu berdasarkan figuritas semata. Yang diharapkan kemudian disini adalah apa yang kita dapat sebagai Tesa-Antitesa-sintesa hasil dari rekonsiliasi pada masa lalu dan masa sekarang untuk masa depan yang lebih baik. Sebagai contoh apa yang ada diingatan kita mendengar kata orde lama” adalah salah satunya adalah sistem demokrasi liberal, keberhasilan pemilu 1955 yang dikenal paling bersih, jujur dan adil, namun kesejahteraan rakyat yang kurang terperhatikan dan keamanan yang masih kurang stabil, sedangkan apa yang kita fikirkan ketika mendengar kata orde baru adalah kesejahteraan rakyat, stabilitas nasional dan pesatnya pembangunan juga keamanan yang terjaga tentu saja dengan konsekuensi kebebasan umum dan pers yang dibungkam, merajalelanya KKN dan menumpuknya hutang negara. Mengapa kemudian di era setelah Reformasi seharusnya tidak menghapus smeua kebaikan yang ada pada zaman sebelumnya yaitu membuat antitesa dari orde lama dan orde baru menjadi sebuah sintesa bahwa negara kita harus mengambil kebaikan dari kedua zaman itu yaitu kebebasan Demokrasi pada zaman Orde lama dan kesejahteraan, keamanan juga pembangunan pada zaman orde baru.

Meskipun bangsa kita terkenal pula sebagai bangsa yang mudah “melupakan dan memafkan” namun, pendidikan mengenai berdamai dengan masa lalu (sejarah) tanpa mewariskan dendam harus mulai dipelajari oleh para pemimipin kita, kemudian ditransformasikan oleh kita sebgai pendidik di sekolah-sekolah, berlakunya hukum Antitesa tidak perlu dipandang secara membabi buta dan mengesampingkan objektifitas-objektifitas lainnya sehingga seharusnya melahirkan sintesa baru yang mengambil hikmah dan kebaikan dari Antitesa sebelumnya. Maka sedari saat ini, para pendidik mulai menyisipkan dan menyampaikan mengenai kebaikan dan objektifitas sejarah kepada para murid kita, agar kedepannya kita dapat menciptakan generasi yang selain “mudah melupakan dan Memaafkan” namun pula menjadi generasi yang gemar mencari hikmah dan memilah kebaikan-kebaikan yang patut diambil, diteruskan dan merelevansi sesuai dengan zamannya.



https://kaisarfibuh.wordpress.com/2014/05/22/filsafat-dan-arkeologi-part-1/


Link Pengumpulan Tugas  

Kisah Romantis, Tragis dan Heroik dibalik sejarah Kerajaan-kerajaan Hindu – Buddha di Indonesia (sesion III)

1.    Sesion III : Perang Bubat : Kasih Tak Sampai  Antara Hayam Wuruk (Raja Majapahit) dan Puteri Dyah Pitaloka Citra resmi (Puteri Kerajaan Pajajaran)

Masa Kejayaan Kerajaan Majapahit di Jawa Timur terjadi dibawah kepemimpinan Hayam Wuruk dengan Maha Patih Gajah Mada pada tahun 1350, berawal dari Sumpah Palapa yang diikrarkan oleh Gajah Mada yaitu berbunyi “ Sira Gajah Mada pepatih amagkabhumi tan ayun amukti palapa, sira Gajah Mada : Lamun huwus kalah Nusantara Ingsun amukti palapa, lamun kalah ring gurun, ring seram, Tanjungpura, ring Haru, ring Pahang, Dompu, ring Bali, Sunda, Pelembang, Tumasik, samana ingsun amukti palapa” yang artinya “Bahwa Gajah Mada sebagai patih amangkabhumi tidak ingin melepaskan puasa, Gajah mada berkata Bahwa bila telah mengalahkan (mengasai Nusantara), saya (baru akan) melepaskan puasa, bila telah mengalahkan gurun, seram, Tanjungpura, Haru, Pahang, Dompu, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, dan demikianlah saya (baru akan) melepaskan puasa”. Ikrar ini diucapkan sebagai bentuk kecintaannya terhadap Majapahit yang suatu saat akan mewujudkan bersatunya wilayah nusantara bahkan hingga ke menguasai wilayah Malaysia dan Thailand. Dikatakan sumpah Palapa karena Palapa adalah nama sebuah buah yang rasanya tidak enak dan ini menunjukkan bahwa Gajah Mada tidak akan mengecap kesenangan dunia sebelum berhasil menyatukan Nusantara dibawah panji Majapahit.

Kisah Heroik dan Nasionalisme Gajah Mada harus ternoda oleh sebuah ambisi ketika hampir semua wilayah nusantara berhasil ditaklukan kecuali 1 wilayah yaitu kerajaan Pajajaran (Sunda) yang justru merupakan daerah terdekat dengan kerajaan Majapahit dan sebuah kerajaan kecil dibandingkan dengan besarnya kekuasaan Majapahit namun belum kunjung dapat ditaklukan oleh Gajah Mada. Kisah Cinta tak Sampai terjadi antara Raja Hayam Wuruk dan Puteri Dyah Pitaloka berawal ketika Hayam Wuruk seorang Raja berusia muda, Gagah dan cerdas yang mencari seorang calon isteri, maka disebarlah sayembara keseluruh daerah kekuasaan Majapahit termasuk disebarnya para pelukis ulung untuk melukis para putri dari berbagai kerajaan.

Setelah melihat lukisan para putri dari berbagai kerajaan namun tak ada satupun yang dapat memikat hati Raja Hayam Wuruk, sebaliknya Hayam Wuruk justru penasaran dengan kemasyuran kecantikan dari putri Pajajaran yaitu Puteri Dyah Pitaloka Citra Resmi yang sering ia dengar (konon ini diketahui karena diam diam beredar lukisan sang Putri Pajajaran di Majapahit), maka diutuslah pelukis untuk memindahkan kecantikan sang putri diatas sebuah lukisan. Begitu melihat lukisan Putri Dyah Pitaloka maka tertariklah hati Hayam Wuruk dan berniat meminangnya menjadi isteri dan Ratu Majapahit.

Diutusnya seorang pejabat bernama Madhu ke Pajajaran untuk melamar Putri Dyah Pitaloka disambut baik oleh raja Lingga Buana dan alangkah senangnya Raja ketika mengetahui lamaran yang diajukan oleh Raja Majapahit atas putrinya. Menjelang pernikahan berangkatlah rombongan Kerajaan Pajajaran  berlayar selama 10 hari menuju Majapahit dengan total 2.000 kapal disertai dengan rombongan dan iring-iringan dari para keluarga kerajaan sunda, pejabat dan para bangsawan dan kecuali Putra Mahkota yaitu Pangeran Niskala Wastu Kencana yang tetap di istana Kawali (dikarenakan istana yang ditinggalkan oleh Raja tidak boleh kosong maka sebagai putra mahkota, Pangeran Niskala Wastu kencana harus tetap menjaga tahta istana), sebenarnya sebelum rombongan berangkat timbul beberapa perdebatan mengenai pihak pengantin perempuan yang harus berangkat ke Majapahit karena menurut tradisi ini dianggap tidak lazim, namun karena demi menjaga hubungan baik (termasuk bahwa pendiri Majapahit yaitu Raden Wijaya merupakan keturunan Sunda) maka pihak kerajaan Pajajaran bersedia berangkat kepada pihak pengantin laki-laki.

Setibanya di Majapahit maka rombongan Pajajaran diterima dan beristirahat di sebuah lapangan di desa Bubat, Raja Hayam Wuruk yang hendak menyambut rombongan Pajajaran dihalangi oleh Gajah Mada dengan mengatakan bahwa sebagai Raja Besar sebaiknya Hayam Wuruk tidak langsung menyambut Kerajaan Pajajaran mengingat dikhawatirkan terjadi sesuatu diperjalanan dalam menyambut kerajaan Pajajaran. Mendengar perkembangan yang terjadi di Majapahit dan tidak ada utusan yang kunjung datang untuk menyambut rombongan Pajajaran hingga beberapa lama maka diutuslah utusan Pajajaran kepada Gajah Mada.

Kedatangan utusan Raja Pajajaran disambut langsung oleh Gajah Mada dikediamannya, namun setelah obrolan berlangsung maka diketahuilah niat Gajah Mada bukanlah menyelenggaran pernikahan antara Hayam Wuruk dan Putri Dyah Pitaloka namun justru menyatakan bahwa Putri adalah sebagai Upeti atau tanda bakti Pajajaran sebagai kerajaan bawahan (Vasal)  Majapahit. Jelas ini kemudian ditolak mentah mentah oleh pihak Kerajaan Pajajaran, dan Raja Lingga Buana menyatakan bahwa lebih baik perperang daripada menyatakan takluk kepada Majapahit dan menyerahkan sang Putri. Kaum perempuan yang menyertai iring-iringan diperintahkan untuk pulang kembali ke Pajajaran namun mereka menolak termasuk Isteri Raja Lingga Buana dan Putri Dyah Pitaloka, mereka ingin mendampingi Raja dan rombongan Pajajaran apapun yang terjadi nantinya.

Kedatangan Pasukan Majapahit yang dipimpin langsung oleh Gajah Mada ke Palagan Bubat (Lapangan Bubat) disambbut oleh prajurit rombongan Pajajaran yang tidak banyak jumlah nya dan tidak memiliki persenjataan lengkap mengingat mereka datang ke Majapahit adalah untuk melangsungkan upacara pernikahan bukan untuk berperang. Karena ketidakseimbangan kekuatan, pertempurann yang berlangsung sengit berakhir dengan kekalahan telak dipihak Pajajaran, semua orang Pajajaran tewas termasuk raja Lingga Buana, mendengar berita ini maka kaum perempuan termasuk isteri raja dan Putri Dyah Pitaloka juga para abdi melakukan bunuh diri hal ini bertujuan untuk menghindarkan mereka dijadikan budak atau hadiah bagi Majapahit, konon dikisahkan bahwa Putri Dyah Pitaloka bunuh diri menggunakan susuk sanggul yang juga bisa dijadikan senjata.

Dengan hati terluka mendengar berita yang terjadi di Palagan Bubat, maka segeralah datang Raja Hayam Wuruk ke desa Bubat namun sayang ketika ia tiba semua sudah terlambat dan ia menyaksikan semua orang Pajajara tewas termasuk kekasih hatinya Putri Dyah Pitaloka, seperti kepiluan yang digambarkan dalam Kidung sunda (Karya sastra kuno yang berbentuk syair dan tembang yang mengisahkan peristiwa Bubat) “Maka ditanyalah Dayang-dayang dimanakah gerangan Tuan Putri. Diberitahulah dimana ia berada, tidur. Datanglah Sri Baginda (Hayam Wuruk) dan melihatnya tertutup kain berwarna hijau keemasan diatas tanah. Setelah dibuka, terkejutlah sang Raja karena ia sudah menjadi mayat. Pucat mukanya mempesona, matanya sedikit membuka, bibirnya terlihat indah, gigi-giginya yang tak tertutup terlihat manis, seakan menyaingi keindahan sri gading. Seakan-akan ia menyapa “ Sri Paduka, datanglah kemari, lihatlah kekakih mu, berbakti, Sri Baginda, datang ke tanah Jawa. Yang senantiasa berada difikiran ayah dan ibu (ratu dan raja Pajajran) yang sangat mendambakannya. Itulah alasannya mereka ikut datang. Skarang jadinya seperti ini. Jika datang kemari dahulu, eahai rajaku, mungkin hamba masih hidup dan sekarang dinikahkan. Aduh ! sungguh kejam kuasa Tuhan”.

Itulah pertemuan pertama dan terakhir antara Hayam Wuruk dan Dyah Pitaloka, nyawa yang terlepas dari raga sang Putri membuat kepiluan dan kesedihan yang mendalam bagi Raja Hayam Wuruk, Cinta yang tak sampai ini menjadikan hubungan antara Hayam Wuruk dan Gajah Mada kemudian merenggang dan saat itu mulai pudarlah pengaruh Maha Patih Gajah Mada di Majapahit yang kemudian memilih untuk pensiun.

Ribuan hikmah yang bisa kita dapatkan dari kisah yang begitu mengharu biru ini, terlepas dari kisah mengenai perang Bubat yang masih Kontroversial namun sosok Gajah Mada yang saat ini dikatakan sebagai pelopor pemersatu Nusantara dengan visi dan misinya yang cemerlang dan melompat jauh kedepan adalah juga seorang manusia, karena seorang pemimpin itu bisa benar bisa juga salah. terlepas bahwa dia sebagai pahlawan yang namanya harum bersinar hingga ribuan tahun kedepan namun sebagai manusia Gajah mana pun memiliki cela, ketidaksempurnaan dan kekurangan yang juga dimiliki seperti manusia-manusia yang lainnya.

                                                                         

                                                                               Hayam Wuruk (Wikipedia)

                                                                Gajah Mada (Wikipedia)

Kisah Romantis, Tragis dan Heroik dibalik sejarah Kerajaan-kerajaan Hindu – Buddha di Indonesia (Sesion II)

1.    Sesion II, Pasukan Mongol yang Tak terkalahkan takluk di bumi Nusantara; Kisah Heroik antara Raja Kertanegara (Singosari) dan menantunya Raja Raden Wijaya (Pendiri Kerajaan Majapahit)


Kaisar Kubilai khan Penguasa Dinasti Mongol

Setiap derap langkah pasukan tentara Mongol niscaya membuat setiap raja dari berbagai belahan dunia menjadi gemetar ketakutan, saking terkenal kejam, ekspansif dan egresif Kaisar Kubilai Khan dari Dinasti Mongol memecahkan rekor sebagai penguasa dengan kekuasaan yang paling luas pada abad ke 13, melebihi kekhalifahan Islam dan Alexander the Great . hal ini dikarenakan kemampuan berperang para prajurit Mongol sangat tangguh mengingat mereka berasal dari bangsa pengembara padang rumput yang terkenal bebas dan liar. 1 hal yang unik dari para penakluk Mongol ini adalah bahwa ketika mereka berhasil menanklukan sebuah daerah maka mereka akan membumihanguskan daerah tersebut dan kemudian mereka bisa begitu saja pergi meninggalkan daerah yang berhasil ditaklukan tanpa kemudian mengambil alih kekuasaa, itulah mengapa mereka dikenal sebagai bangsa Penakluk.

Bisa dikatakan mungkin hanya raja Kertanegara dari Singosari satu satunya Raja di dunia yang berani menantang Kaisar Kubilai khan dari Mongol. Ini terjadi ketika utusan Mongol yang bernama Meng Ki datang menghadap Kertanegara dan menyerukan agar kerajaan Singosari tunduk dibawah kekuasaan Kaisar Kubalai Khan, namun Kertanegara menolak dan memotong telinga Meng Ki kemudian mengusirnya.

Mengetahui hal ini alangkah murkanya kaisar Mongol hingga ia bermaksud melakukan balas dendam dengan menyerang Singasari. Resiko besar dengan menantang Mongol sudah dipertimbangkan oleh Kertanegra makanya ia kemudian melakukan sebuah misi yang bernama Ekspedisi Pamalayu pada tahun 1275 dengan menaklukan Sriwijaya dan kerajaan Melayu juga menjalin hungungan baik dengan kerajaan Champa dengan menikahkan putrinya dengan Raja Champa dimaksudnkan agar menahan serangan serta pengaruh Mongol bila suatu saat mereka datang.

Namun takdir siapa yang tahu apa yang terjadi dimasa depan, ternyata Singasari runtuh dan Kertanegara tewas justru bukan karena serangan Mongol namun karena dibunuh  Jayakatwang (raja Kediri) hingga Jawakatwang mengambil alih pula wilayah Singasari. Mengetahui terbunuhnya Kertanegara oleh Jayakatwang, membuat menantu Kertanegara murka, yaitu Raden Wijaya.

Jayakatwang lupa bahwa selain mewarisi kekuasaan Kertanegara iapun mewarisi musuh-musuhnya, termasuk dendam Kaisar Mongol atas penghinaan yang dilakukan oleh Kertanegara kepada utusannya. Maka ketika Prajurit Mongol tiba di Jawa dan hendak menghancurkan Singasari, Raden Wijaya menjadikan ini sebagai senjata untuk menghancurkan Jayakatwang dan membalas dendam atas kematian ayah mertuanya. Raden Wijaya membantu pasukan Mongol hingga pasukan Mongol berhasil membunuh Jayakatwang, dan malam ketika keberhasilan penyerangan mereka, prajurit Mongol melakukan persta pora hingga mereka sangat mabuk karena minum-minum dan kesempatan ini digunakan Raden Wijaya untuk menyerang dan menghancurkan Prajurit Mongol dan mengusirnya dari tanah Jawa dan setelah itu Mongol tidak pernah kembali lagi menyerang Jawa.

Setelah berhasil mengelabui Jayakatwang dan mengusir prajurit Mongol dengan strategi cerdasnya maka Raden Wijaya mendirikan Kerajaan Majapahit pada tahun 1293 dan menjadikan Majapahit sebagai Kerajaan terbesar yang pernah ada di Indonesia bahkan Asia Tenggara.


Kisah Romantis, Tragis dan Heroik dibalik sejarah Kerajaan-kerajaan Hindu – Buddha di Indonesia (sesion I)

Kisah Romantis, Tragis dan Heroik dibalik sejarah Kerajaan-kerajaan Hindu – Buddha di Indonesia

Mungkin alangkah baiknya apabila insan perfilm-an kita ada yang mampu mengangkat kisah menarik yang berasal dari khasanah sejarah bangsa Indonesia seperti kisah pada zaman kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha, sebutlah saya iri dengan drama-drama korea yang mampu menyajikan Drama Kolosal dengan menarik tanpa mengaburkan Fakta-fakta sejarah yang ada,  kita ambil contoh saja adalah Drama Moon Lovers yang berkisah tentang kehidupan 7 pangeran pada zaman kerajaan Goryeo atau The Faith Doctor yang berkisah tentang Bapak bangsa Korea pada zaman Raja Gong Min yaitu Jendral Cho Young (mungkin kalau kita bisa dikatakan seperti Bapak bangsa Indonesia yaitu dengan Jendral Soedirman) atau kisah tentang Budak Korea yang berhasil menjadi Ratu kerajaan Yuan China yaitu Empress Ki yang saat itu kerajaan Goryeo berada dibawah kepemimpinan kerajaan Yuan-China atau Kisah Ratu Seon-Deok dari kerajaan Silla yang berhasil menyatukan 3 kerajaan kuno di Korea. Coba juga saksikan Movie Red Cliff yang diproduksi oleh negara China yang mengangkat tentang sejarah yang terjadi pada zaman Dinasti Han. Sungguh saya sebagai seseorang yang memiliki hoby menonton dan juga sebagai guru Sejarah rasanya ingin menangis jika melihat perkembangan drama Indonesia (sebut saja Sinetron-sineteron yang rutin ditayangkan disalah satu stasiun televisi) yang jauh dari realita “ke langit tidak sampai, ke bumi tidak menapak”, artinya mengawang ngawang, mengada ngada.

Padahal jika mau kita bandingkan, ada banyak kisah-kisah tentang kerajaan di Indonesia yang tak  kalah romantis, heroik atau bahkan tragis. Itu bukan sembarang kisah yang dikhayalkan dalam buku dongeng, tapi sejarah yang benar-benar terjadi dan ada begitu banyak hikmah yang bisa kita ambil dari kisah sejarah tersebut. Bahkan mungkin bisa dijadikan sebagai media pembelajaran oleh siswa-siswi kita yang tengah mempelajari tentang materi Kerajaan Hindu-Buddha Di Indonesia, karena seperti itu pula pola yang saya terapkan ketika saya tertarik dan mulai memperdalam sejarah Korea justru berangkat dari Film-Film kolosal yang saya tonton, terbayang oleh saya bagaimana antusias dan semangatnya generasi muda Indonesia dengan khasanah sejarah bangsanya sendiri apabila kita mampu menganggkatnya menjadi media hiburan yang menarik dan mendidik sehingga tidak ada lagi kata bahwa sejarah itu membosankan dan hanya hafalan.

Baiklah sudah panjang lebar bagaimana saya curhat maka saya akan mulai memaparkan beberapa kisah Romantis-Tragis dan heroik yang berasal dari Sejarah Kerajaan-kerajaan Hindu Buddha di Indonesia.

 

1.    Sesion ! : Kisah Cinta segitiga di Singasari : Ken Arok, Ken Dedes dan Tunggul Ametung.

Kerajaan Singosari berdiri pada tahun 1222 M oleh Ken Arok di daerah Tumapel –Jawa Timur. Ada kisah Romantis nan Tragis dibalik berdirinya kerajaan Singasari oleh Ken Arok. Berawal dari bekerjanya Ken Arok seorang pemuda yang tampan dan gagah pada seorang penguasa daerah Tumapel (saat itu dibawah kerajaan Kediri) Yaitu Tunggul Ametung. Ken Arok yang merupakan rakyat bisasa dan bukan merupakan keturunan bangsawan diam-diam memiliki hati kepada isteri Tunggul Ametung yang bernama Ken Dedes seorang wanita yang cantik jelita tak terkirakan. Konon Ken Arok Jatuh Cinta kepada Ken Dedes ketika dia hendak menaiki kereta Kuda secara tidak sengaja betis Ken Dedes tersingkap dan memancarkan cahaya amat berkilau dan terang, Ken Arok yang terpesona tahu bahwa ciri-ciri wannita seperti itu hanya ada 1000 tahun sekali dan barang siapa yang memiliki wanita tersebut akan menjadi penguasa. Sebuah kisah mengutarakan bahwa pernikahan antara Tunggul Ametung dan Ken Dedes hasil perjodohan dan bukan berdasarkan cinta, adalah karena ayahanda Ken Dedes memiliki banyak hutang kepada Tunggul Ametung dan dia jatuh cinta kepada Ken Dedes, Hutang Ayah Ken Dedes dapat dianggap lunas andai kata Ken Dedes mau menerima pinangan Tunggul Ametung.

Untuk dapat mewujudkan mimpinya mendapatkan Ken Dedes dan mengambil alih kekuasaan di Tumapel, Ken Arok mendatangi seorang ahli pembuat Keris Sakti yaitu Mpu Gandring. Keris yang dibuat Mpu Gandring sudah tersohor memiliki kesaktian namun untuk mendapatkan hasil yang diinginkan oleh si pemesan maka Mpu Gantring harus melalui proses cukup lama karena membuat keris yang bagus dia terlebih dahulu harus bertapa dan perpuasa. Malapetaka dimulai ketika Ken arok kemudian kembali mendatangi  Mpu Gandring untuk mengambil keris pesanannya, namun ternyata Keris yang selesai dibuat belum dapat Mpu Gandring berikan kepada Ken Arok karena masa bertapa dan Puasanya belum selesai, sebuah mitos mengatakan bahwa Keris benar-benar bisa digunakan apabila kesaktian yang diperoleh dari bertapa dan puasanya si pembuat sudah selesai, jika tidak maka keris tersebut akan menjadi keris yang haus darah dan tidka bisa dikendalikan oleh si pemilik dengan cara mempengaruhi emosi.

Karena terus memaksa untuk mengambil keris tersebut akhirnya pertarungan terjadi anatar Ken Arok dan Mpu Gandring dimana Ken Arok akhhirnya berhasil membunuh Mpu Gandring dengan Keris buatannya sendiri, tepat sebelum meregang nyawa Mpu Gandring mengatakan bahwa “Anak keturunan Ken Arok akan mati ditangan Keris tersebut dan keris tersebut akan terus meminta darah”, ternyata ucapan (entah Kutukan) dari Mpu Gandring suatu saat akan benar-benar terjadi. Kisah lain menyatakan bahwa Ken Arok sengaja membunuh Mpu Gandring agar dia tidak lagi bisa membuat keris yang sama saktinya dengan keris yang dibuatkan untuk Ken Arok. Setelah berhasil membunuh Mpu Gandring dan mendapatkan Keris tersebut maka Ken Arok menjalanan rencana yang sedari dulu dibuat yaitu membunuh Tunggul Ametung, terlepas dari apakah ini terjadi atas sepengtahuan dan persetujuan Ken Dedes atau tidak namun kemudian setelah kematiann Tunggul Ametung Ken Arok berhasil memiliki Ken Dedes (ternyata saat itu ia tengah hamil muda, anak dari suaminya terdahulu yaitu Tunggul Ametung) dan Ken Arok berhasil menjadi penguasa Tumapel.

Sedikit demi sedikit kerajaan Kediri mengalami kemunduran yang diakibatkan oleh pertentangan antara kaum brahmana dan Raja Kertajaya (Raja Kertajaya memaksa kaum Brahmana untuk menyembahkan dirinya) sehingga banyak brahmana yang lari dan meminta bantuan kepada Tumapel yang saat itu diperintah oleh Ken Arok. Pertempuran antara Kediri – Tumapel terjadi di desa Ganter pada tahun 1222 dan dalam pertempuran tersebut dimenangkan oleh Ken Arok dari pihak Tumapel. dan menandai berakhirnya masa kekuasaan Kerajaan Kediri dan kemudian Ken Arok mendirikan Kerajaan Singasari.

setelah menjadi Raja Singasari Ken Arok memiliki gelar Sri Rangga Rajasa Sang Amurwabhumi dan mendirikan Dinasti Girindrawangsa (Tujuan didirikannya Dinasti ini adalah untuk membersihkan nama Ken Arok mengingat dia bukanlah keturunan raja atau bangsawan yang mampu menguatkan  legitimasi posisinya sebagai penguasa kerajaan). Masa kepemimpinan Ken Arok berakhir tragis yaitu dia tewas dibunuh oleh Anusapati yang merupakan anak tirinya dengan menggunakan Keris buatan Mpu Gandring yang digunakan oleh Ken Arok untuk membunuh ayah Anusapati (Tunggul Ametung).

Berhasil menjadi penguasa Singasari menggantikan ayah tirinya yaitu Ken arok, Anusapati memerintah cukup lama namun tidak ada kemajuan yang signifikan dimasa pemerintahannya, karena Anusapati lebih tertarik pada hobinya itu menyabung Ayam. Anusapati tewas dengan cara yang tragis pula yaitu dibunuh oleh Tohjaya, yang merupakan adik tirinya yaitu anak kandung dari Ken arok menggunakan keris Mpu Gandring yang ia gunakan untuk membunuh Ken Arok.

Balas dendam atas kematian ayahnya kepada Anusapati menjadikan Tohjaya penguasa kerajaan Singasari selanjutnya, namun akibat perebutan kekuasan membuat stabilitas kerajaan menjadi terganggu, termasuk pemberontakan dari anak Anusapati yaitu Ranggawuni yang menuntut hak tahta yang direbut oleh pamannya (Tohjaya). Ranggawengi yang dibantu oleh Mahesa Campaka, cucu dari Ken Arok berhasil  membunuh Tohjaya yang juga menggunakan keris Mpu Gandring. Maka jadilah Ranggawuni sebagai raja Singasari yang bergelar Wisnuwardhana dan Mahesa Campaka sebagai perdana Menteri. Gabungan dua kekuatan antara keturunan Tunggul Ametung (Ranggaweni) dan Ken Arok (Mahesa Campaka) berhasil membawa Singasari pada kedamaian dan Kesejahteraan. Bisa dikatakan Wisnuwardhana adalah satu-satunya raja Singasari yang meninggal dengan wajar (tidak dibunuh) dan secara tidak langsung berakhir pula kutukan atas Keris Mpu Gandring pada keturunan Ken Arok.. Setelah Wishuwardhana kepemimpinan Singasari akan dilanjutkan oleh Kertanegara yang merupakan Raja terbesar sekaligus raja Terakhir Singasari yang mampu membawa Singasari pada masa kejayaan.

Kisah Panjang yang dilalui oleh para raja Singasari tidak terlepas dari bagaimana pendirinya yaitu Raja Ken Arok memulai. Kisah Romantis cinta segitiga antara Ken Arok-Ken dedes dan Tunggul Ametung harus diwarnai oleh pertumpahan darah membuat coretan tragis dalam perjalanan sejarah Singasari, hal ini memberi kita hikmah bahwa niat baik harus pula dilakukan oleh hal-hal yang baik, jangan sampai kita memulai sesuatu dengan hal-hal buruk yang akan menjadikan segala sesuatunya berakhir dengan tidak baik pula sehingga mencoreng perjalanan kesuksesan yang hendak kita raih.


 
 Arca atau Patung Gambaran Ken Arok (wikipedia)



                                                    Arca atau Patung Ken Dede (Wikipedia)


Berakhirnya masa Pemerintahan Orde Baru

Soeharto mengundurkan diri pada tanggal 21 Mei 1998 Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Soeharto#/media/Berkas:Jenderal_TNI_Soeharto.png ...