A.
Sumber foto : https://www.merdeka.com/
Latar Belakang :
1.
Peristiwa G30S/PKI
2.
Tritura (Tiga Tuntutan Rakyat)
3.
Supersemar (Surat Perintah Sebelas Maret)
4. Dualisme Kepemimpinan
G30S/PKI
Latar
belakang:
1.1
Ketidakstabilan politik pada masa demokrasi
terpimpin
1.2
Politik Luar Negeri condong ke Blok Timur
(Jakarta – Peking-Pyongyang)
1.3
Nasakom (Nasionalis Agama dan Komunis)
1.4
Konflik TNI AD dan PKI (pembunuhan 7 Perwira Tni
AD)
Dampak :
1.
Ketidakstabilan dan ketidakpercayaan masyarakat
kepada pemerintah
2.
Inflasi 600 % sehingga harga sembako melonjak
dan kelangkaan bahan makanan pokok
3. Pemerintah malah membuat proyek mercusuar
2. Tritura (Tiga Tuntutan Rakyat)
Dibentuknya Front Pancasila yang terdiri
dari
1.
Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI)
2.
Kesatuan Aksi Pemuda Indonesia (KAPPI)
3.
Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia (KAPI)
4.
Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia (KASI)
5.
Kesatuan Aksi Buruh Indonesia (KABI)
6.
Kesatuan Aksi Wanita Indonesia (KAWI)
7.
Kesatuan Aksi Guru Indonesia (KGI)
Mendatangi Gedung DPR-GR dan menuntut
TRITURA yaitu :
1.
Bubarkan PKI
2.
Bersihkan kabinet-kabinet dari unsur-unsur PKI
3.
Turunkan harga
Namun tuntutan tersebut tidak
dipenuhi oleh Soekarno, dimana Soekarno malah membubarkan kabinet Dwikora dan
menggantinya menajdi kabinet 100 menteri yang didalamnya masih terdapat
tokoh-tokoh PKI menjadi menteri akibatnya pada tanggal 24 Februari 1966 terjadi
bentrokan antara Front Pancasila dan Cakrabirawa (Pasukan Khusus Presiden)
sehingga jatuhnya korban yaitu mahasiswa UI yang bernama Arief Rahman Hakim, karena
bentrokan tersebut maka Soekarno membubarkan KAMI yang menimbulkan semakin
tingginya ketidakpercayaan masyarakat terhadap pemerintah.
Pada 11 Maret 1966 Soekarno
mengadakan sidang Kabinet namun diboikot oleh para Demonstrans dimana ketika
sedang berpidato, Brigjen Sabur sebagai komandan Cakrabirawa memberitahukan
Soekarno ada pasukan tanpa tanda pengenal masuk, oleh karena itu soekarno
kemudian menyelamatkan diri menggunakan helikopter ke istana Bogor, yang
disusul oleh 3 perwira TNI yaitu Brigjen M. Yusuf, Brigjen Amir Mahmud dan
Brigjen Basuki Rahmat dimana sebelumnya mereka meminta izin kepada Soeharto dan
soeharto kemudian menitipkan pesan untuk soekarno yaitu “Sampaikan saja, saya
masih tetap pada kesanggunpan saya, dan beliau (Soekarno) akan mengerti...”.
yang dimaksud pesan Soeharto kepada Soekrano tersebut adalah bahwa Soeharto
sanggup membubarkan PKI asal mendapat kebebasan bertindak.
Mempertimbangkan saran dari
soeharto yang sebelumnya kepada Soekarno, maka kemudian Soekarno menyetujui hal
saran tersebut sehingga dikeluarkanlah SUPERSEMAR atau Surat Perintah Sebelas
Maret.
3. SUPERSEMAR
Supersemar berisi mandat dari
presiden Soekarno kepada Soeharto yang isinya adalah tugas Soeharto untuk
memulihkan kondisi politik dan kewibaan pemerintah. Maka keesokan harinya pada
tanggal 13 Maret 1966 soeharto melakukan tindakan :
1.
Membubarkan dan melarang PKI serta
ormas-ormasnya
2.
Mengeluarkan Kepres no.5 18 maret tahun 1966
tentang penahanan 15 orang menteri yang diduga terkait dan memilikin itikad
tidak baik dalam penyelesaian kasus G30S/PKI
Langkah-langkah yang diambil oleh soeharto mendapatkan sambutan baik dari masyarakat karena sesuai dengan Tritura, namun kemudian hal ini menimbulkan dualisme kepemimpinan nasional dimana pamor soekarno menjadi turun sedangkan Soeharto semakin populer.
4. Dualisme Kepemimpinan
Sebagai bentuk pertanggungjawaban Soekarno sebagai presiden
kepada MPRS maka Soekarno berpidato “Nawaksara” yang isinya adalah
pertanggungjawaban Soekarno terkait peristiwa G30S/PKI namun ditolak oleh MPRS
dan hal ini membuat Soekarno geram, disisi lain pada awal Juli 1966 MPRS
menjadikan SUPERSEMAR sebagai Ketetapan MPRS sehingga soekarno tidak bisa
mencabutnya, akibatnya terjadi 2 kepemimpinan dimana Soekarno dan Soeharto
sama-sama merupakan Mandatris MPRS.
Setelah mendapatkan mandat MPRS, Soeharto kemudian membentuk
Kabinet AMPERA (Amanat Penderitaan Rakyat) pada 28 Juli 1966 dengan tugas utama
yaitu mencipkatan kestabilan politik dan ekonomi serta memperbaiki kehidupan
Sandang dan papan rakyat. Karena terjadi dualisme kepemimpinan Nasional maka
para penjabat TNI berusaha membujuk Soekarno untuk menyerahkan kekuasaan kepada
Soeharto demi mencegah terjadinya perpecahan dikalangan rakyat.
Pada tanggal 22 Februari 1967 secara resmi Soekarno
mengundurkan diri dari jabatannya sehingga dilaksanakanlah Sidang Istimewa MPRS
pada 7 Maret 1967 dimana “Menarik mandat dari Soekarno atas segala kekuasaan
dalam pemerintahan di Indonesia dan menganggkat Soeharto sebagai Presiden” (Tap
MPRS no.30 tahun 1967). Maka dimulailah masa Orde baru dan berakhirlah masa
Orde Lama dengan dilantiknya Presiden Soeharto pada tanggal 12 Maret 1967 oleh
Ketua MPRS yaitu AH. Nasution.
No comments:
Post a Comment