Sunday, 25 October 2020

Revolusi Amerika : Kemerdekaan Amerika, resolusi HAM dan awal keruntuhan kerajaan-kerajaan Eropa

Kalian pernah  film Titanic yang tersohor dan menyabet banyak kategori penghargaan Oscar? Jika kalian pernah menontonnya maka kalian akan mendapati cerita bahwa kapal Titanic yang diramalkan tidak akan bisa tenggelam adalah kapal yang berisikan orang-orang inggris yang hendak mencari “peruntungan” menuju negeri Amerika pada tahun 1912. Bisa dikatakan bahwa “negeri Amerika” adalah tempat dimana orang-orang Eropa terutama orang-orang Inggris yang menginginkan kebebasan memilih “berhijrah’ itulah mengapa Amerika bisa dikatakan menjadi negeri yang lebih maju dibanding dengan Eropa padahal orang-orang Amerika (yang notabene berkulit putih) merupakan keturunan yang sama yaitu Eropa.

Penemuan Benua Amerika

Benua Amerika ditemukan Oleh Colombus pada tahun 1492 yang mengira itu adalah tanah India (itulah mengapa penduduk asli Amerika diberi nama suku Indian), baru pada tahun 1503 seorang penjelajah bernama Amerigo Vespuci meluruskan dan membuktikan bahwa yang ditemukan oleh Colombus bukanlah India tapi sebuah benua baru, sebagai bentuk penghargaan maka benua tersebut diberi nama Amerika.

Koloni di Amerika

Pada abad ke 17 Amerika menjadi rebutan antara Inggris dan Prancis, sehingga terjadi perang yang dinamakan perang Tujuh Tahun (1756-1763), masyarakat kulit putih di Amerika yang notabene kebanyakan adalah orang inggris tentu saja lebih memihak kepada inggris dari pada Prancis, sehingga perang tujuh tahun ini berhasil dimenangkan oleh pihak inggris. 

Pertentangan dengan Inggris

Setelah kemenangan Inggris atas Perancis di Perang Tujuh Tahun, maka status Amerika saat itu menjadi salah satu daerah koloni inggris dan untuk banyak hal harus bersia mengikuti peraturan dan keinginan inggris sebagai Negara induk. Pertentangan kemudian terjadi ketika setelah Perang Tujuh Tahun berakhir Kas keuangan Inggris menjadi terkuras dan tentu saja Inggris membutuhkan pemasukan, maka kemudian Inggris memberlakukan beberapa kebijakan terkait Amerika seperti :

1.       SugarAct atau Undang Ungdang Gula (1768) dimana gula yang masuk ke daerah koloni dikenai pajak

2.       Stamp Act atau Undnag-Undnag Materai (1765) yaitu pajak materai pada dokumen resmi maupun barang cetak di daerah koloni

3.       Townshed Act atau Undang-undang Twonshed yaitu pajak yang dikenakan pada Timah, Cat kertas (tinta), gelas dan Teh Import

4.       Tea Act atau Undang-Undang The (1773) yaitu memberikan kewenangan lebih (monopoli) pada EIC (kongsi dagang milik Inggris) dalam perdagangan Teh sehingga mematikan usaha pedagang setempat.

Selain dari penolakan atas berbagai pajak yang dibebankan kepada koloni, penolakan juga dilakukan karena dalam pengambilan keputusan, pihak parlemen Inggris tidak menyertakan/melibatkan perwakilan dari pihak koloni sehingga muncullah slogan “No Taxation without Represantation” yang artinya Tolak Pajak Tanpa Perwakilan.

Peristiwa The Boston Tea Party


Gambaran Peristiwa The Boston Tea Party 
sumber : https://chapinus.fandom.com/wiki/Boston_Tea_Party_(Final_Draft)



Puncak dari penolakan dan perlawanan kepada Inggris adalah terjadinya peristiwa The Boston Tea Party atau Pesta The Boston yaitu ketika para pedagang yang berpura-pura menjadi orang Indian dan  membajak Inggris (EIC) dan melemparkan seluruh  teh-teh tersebut ke laut

Dibentuknya The Continental Congress

Perlawanan-perlawanan yang dilakukan oleh koloni sama sekali tidak membuat Inggris goyah, sehingga sebagai bentuk perlawanan secara diplomasi dan persatuan Nasional dari berbagai daerah bagian Koloni maka dibentuklah The Continental Congress  yang terdiri dari 13 koloni bertemu di Philaderphia pada Oktober 1774 yang menghasilkan 2 keputusan yaitu :

1.       Menghentikan hubungan dagang dengan Inggris jika pemerintah inggris tidak menghapuskan aturan pajak yang membelenggu koloni

2.       Menyerukan setiap koloni untuk menyiapkan warganya berlatih perang.

Dalam hasil kongres tersebut belum ada tuntutan untuk merdeka kepada pihak inggris, namun karena Inggris masih tetap bergeming maka munculah seruan-seruan agar Amerika merdeka dan terlepas dari inggris. Pada 4 Juli 1776 dideklarasikanlah kemerdekaan Amerika serikat dengan Presiden pertamanya yaitu George Washington, sedangkan 4 anggota kongres yang terkenal vocal dalam menyuarakan kemerdekaaan adalah Thomas Jefferson, John Adam, James Wilson, dan Alexander Hamilton. Namun dalam upaya kemerdekaannya Amerika dibantu oleh pihak Perancis yang sebelumnya pernah dikalahkan oleh Inggris dalam Perang Tujuh tahun dalam memperebutkan Amerika (tapi sekarang agar bisa merdeka dari inggris justru amerika dibantu oleh Perancis) sehingga Inggris baru mengakui kemerdekaan Amerika pada tahun 1783 dalam perjanjian yang diselenggarakan di Paris.

Perjuangan Hak Asasi Manusia

Yang menjadi keunikan dari kemerdekaan Amerika adalah dengan dideklarasikannya kemerdekaan maka dideklarasikan pula mengenai Hak Asasi Manusia seperti yang tertuang dalam dokumen Deklarasi bahwa “semua manusia sama-sama memiliki hak yang tidak dapat diganggu gugat, yaitu hak hidup, bebas dan mengejar kebahagiaan. Pemerintah dibentuk dan berwenang untuk melindungi hak asasi itu atas persetujuan rakyat (pihak yang diperintah)”

Pengaruh Revolusi Amerika

Ada beberapa alasan penting mengapa Revolusi Amerika merupakan Revolusi yang berpengaruh terhadap masa depan dunia adalah bahwa dengan terjadinya revolusi Amerika selain sebuah bentuk perjuangan terhadap penjajahan juga merupakan perjuangan atas Hak Asasi Manusia yang pada dasarnya lahir sebagai manusia yang merdeka, dan Pemerintah berkewajiban untuk melindungi hak hak warga negaranya dan menjamin kedaulatan serta demokratisme. Selain itu pengaruh dari Revolusi Amerika adalah meluasnya faham Demokrasi dan Liberalisme ke wilayah Eropa mengingat saat itu Eropa masih kuasai oleh system Monarki (Kerajaan) yang lebih banyak menguntungkan para golongan kelas atas (keluarga kerajaan, Bangsawan dan kaum rohaniawan) dan revolusi yang lahir sebgaai pengaruh dari adanya Revolusi Amerika adalah terjadinya Revolusi Perancis (1789-1799) yang berhasil manjatuhkan Raja Perancis saat itu yaitu Louis XVI yang dianggap lemah, tidak becus dan korup.

 

Sunday, 18 October 2020

Indonesia : “SEBUAH NAMA YANG TAK DAPAT LAGI DITUKAR ATAU DIGANTI”




sumber gambar : https://en.wikipedia.org/wiki/Geography_of_Indonesia

Seringkali kita dibuat penasaran sebenarnya dari mana nama Indonesia berasal? Nama yang sejak kehadirannya hingga saat ini menjadi sumber kekuuatan dan perjuangan hingga tertumpahnya nyawa dan darah para pahlawan yang tak dapat terhitung banyaknya. Ternyata nama Indonesia mulanya dikembangkan oleh Adolf Bastians (seorang Sarjana Jerman) yang mengambil istilah dari Logan (seorang sarjana Inggris). Namun yang dimaksud Bastians dengan Konsep Indonesia adalah Indonesia secara Etnografi, Bukan konsep Indonesia seperti saat ini. ( AM. Sardiman dan Lestariningsih, Amurwani Dwi (2017) : 195).

Etnografi adalah sebuah cabang dari ilmu sosial yang mempelajari pola hidup dan interaksi kelompok berdasarkan sistem Sosio-Kultural. Jadi awalnya nama Indonesia bukanlah nama sebuah bangsa dan negara seperti saat ini, nama indonesia awalnya hanya digunakan untuk menyebut suatu masyarakat yang memiliki pola sosial-kultural yang sama, namun kemudian dari inspirasi nama inilah para pendiri bangsa menggunakannya bukan hanya sebatas identitas namun juga cita-cita.

Dipelopori oleh M. Hatta sebgai pengurus aktif dari Perhimpunan Indonesia/ PI (1925) di Belanda (saat itu beliau dan beberapa pemuda tengan mengenyam pendidikan di negeri Belanda) dengan secara aktif dan rutin mengeluarkan majalah sebagai corong perjuangan propaganda kemerdekaan. Awalnya majalah tersebut bernama : “Hindia Putra” kemudian diganti menjadi “Indonesia Merdeka”. Digantinya nama majalah tersebut memiliki maksud atau tujuan besar yaitu agar kemudian orang-orang tidak lagi memakai nama “Indes Nerderlandises/Hindia Belanda” yang cendrung merendahkan namun menggantinya dengan membiasakan menyebut nama “Indonesia” maka dimuali-lah masa itu...masa dimana dalam diskusi-diskusi, perdebatan-perdebatan, pidato-pidato, kongres-kongres bahkan media massa kompak tak lagi menyebut dan menulis “Indes Nerderlandises/Hindia Belanda” namun “INDONESIA”, Seperti yang M, Hatta katakan ...”SEBUAH NAMA YANG TAK DAPAT LAGI DITUKAR ATAU DIGANTI”




Sumpah Pemuda : Langkah nyata dalam mewujudkan Cita Cita “Indonesia”


Pemerintah Belanda mendapat banyak keuntungan selama menjadikan Hindia Belanda (indonesia) sebagai tanah jajahan, keuntungan yang besar-besaran ini kemudian mampu membangun negeri belanda nun jauh dibenua Eropa sana menjadi salah satu negara yang kaya raya, tentu ini berbanding terbalik dengan Hindia Belanda (indonesia) yang sudah dikeruk habis-habisan baik sumber daya alama maupun tenaga dan nyawa rakyatnya terutama setelah diterapkannya program Tanam Paksa. Berangkat dari kondisi mengerikan inilah kemudian muncul kritikan dari beberapa golongan “tercerahkan” di Belanda bahwa apa yang dilakukan oleh negaranya sangatlah tidak adil dan tidak manusiawi (karena masyarakat Belanda sebenarnya tidak mengetahui jika selama ini Hindia Belanda hidup dengan sengsara dibawah pemerintahan negara Belanda, yang mereka ketahui bahwa justru dibawah kekuasaan mereka, Hindia Belanda menjadi sejahtera ini dikarenakan berita-berita yang disampaikan hanya berita-berita baik yang dimanipulasi demi kelanggengan kekuasaan Belanda ditanah jajahan).  Beberapa contoh sastrawan yang mengungkapkan “kebobrokan” Pemerintah kerajaan Belanda adalah Douwes Dekker dengan nama pena Maltatuli menulis buku yang berjudul  Max Havelaar” yang berhasil membuat Perlemen Belanda “gaduh” dan membuka mata masyarakat Belanda, selain itu buku karya Van Deventer yang berjudul “Een Eereschlud” (utang Kehormatan)  dimana dengan diungkapnya kebenaran mengenai kondisi sesungguhnya masyarakat Hindia Belanda yang sengsara maka lahirlah sistem Politik Etis atau Politik Balas Budi (1901) yang Artinya Pemerintah Belanda mengeluarkan kebijakan yang dipandnag dapat lebih menguntungkan dan mensejahterakan rakyat Hindia Belanda seperti Edukasi, Irigasi dan transmigrasi sebagai bentuk “balas budi” terhadap masyarakat Hindia Belanda, nah dari politik Etis inilah (terutama Edukasi) lahirlah golongan terpelajar yang kemudian “tercerahkan” dan berhasil melahirkan cita-cita nyata tentang  sebuah negara merdeka bernama “Indonesia”.

Perlawanan bangsa Indonesia sebelum lahirnya sistem Politik etis adalah sistem perlawanan bersenjata dan bersifat kedaerahan, dan diakui atau tidak gerakan perlawanan ini selalu berhasil dipatahkan oleh Belanda  (walau kita tidak boleh memungkiri peranan pentingnya) hal ini kemudian berubah dengan dibentuknya beberapa organisasi yang menghimpun/mempersatukan pergerakan “perlawanan” menjadi lebih cerdas dan berstrategi. Organisasi pertama yang didirikan oleh para pemuda adalah Boedi Oetomo pada 2 Mei 1908 (dibentuk oleh para mahasiswa Stovia atau Sekolah dokter Jawa dan disusul kemudian didirikannya berbagai organisasi seperti SI, Indische Partij (IP), NU, Muhammadiyah, Perhimpunan Indonesia dan masih banyak organisasi-organisasi lainnya yang tumbuh dan berkembang di Hindia belanda sebagai bentuk “perlawanan” nyata terhadap penjajahan.

Puncaknya adalah ketikan dibentuknya PPPI (perhimpunan Pelajar-Pelajar di Indonesia) pada tahun 1926 yang beranggotakan banyak para pelajar seperti Muh. Yamin, Amir Syafruddin, dan lain-lain yang mempersatukan berbagai organisasi-organisasi kepemudan dan melakukan Kongres Pemuda sebanyak 3 kali yaitu :

Kongres Pertama : dilakukan pada sabtu, 27 Ontober 1928 diama dibacakan pula amanat tertulis dari ir. Soekarno sebagai pengurus Perhimpunan yang ada di Belanda,, dlaam sidang ini dibahas mengenai pentingnya persatuan dan kesatuan agar mewujudkan kemerdekaan Indonesia.

Kongres Kedua : dilakukan pada minggu 28 Oktober 1928 pada pukul 08.00-12.00 yang membahas tentang pentingnya pendidikan namun Ki Hajar Dewantoro sebagai pembicara berhalangan hadir

Kongres : dilakukan pada hari minggu, 28 oktober 1928 pada 17.30-20.00 dimana ralam rapat kali ini dikumandnagkanlah lagu Indonesia Raya karya W.R. Supratman dan bendera Merah Putih sbagai bendera kebangsan, selain itu pula diikrarkannya sebuah sumpah yang sat ini kita kenal dengan nama Sumpah Pemuda.

Pertama : Kami Putra-putri Indonesia, mengaku bertumpah darah satu, Tanah Indonesia

Kedua : Kami Putra-putri  Indonesia mengaku berbangsa satu, Bangsa Indonesia.

Ketiga : kami Putra-putri  Indonesia, menjunjung tinggi bahasa persatuan, Bahasa Indonesia.

 

Berakhirnya masa Pemerintahan Orde Baru

Soeharto mengundurkan diri pada tanggal 21 Mei 1998 Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Soeharto#/media/Berkas:Jenderal_TNI_Soeharto.png ...