Sunday 20 September 2020

Generasi Amnesia

 



2005

Kisah nyata yang saya alami sendiri beberapa belas tahun lalu, tepatnya ketika saya masih duduk dibangku SMA, berbincang-bincang ringan dengan teman seangkatan yang seorang Juara Umum disekolah (ketebak yah ini orang pasti Pinter! )

Saya : tau gak dewi sartika lahir di Cicalengka lho...! (Ujarku bangga karena kebetulan kami lahir, tumbuh dan bertempat tinggal di Cicalengka)

Temen : Dewi sartika? Siapa dia?

Saya : Melongo beberapa detik gak tau harus berkata apa..., “kamu ga tau siapa Dewi Sartika?? Heloo..dia Pahlawan Wanita lho..mana lahir di daerah kita lagi..Ci-ca-leng-ka !” Ujarku tegas

Temen : Gak tau...(geleng-geleng kepala)

Saya : astagfirullah...kau tau segala rumus matematika, kimia fisika dan tektekbengek,,,tapi kagak tau siapa Dewi Sartika !” cerocos ku pada temen terpintar seantero sekolah.

Percakapan ringan itu kemudian terus membekas hingga hari ini ketika saya ditakdirkan menjadi guru sejarah, entah apa yang salah dengan kondisi saat itu sehingga teman dengan nilai paling tinggi disekolahku tidak tahu siapa itu Dewi Sartika (ini bertambah miris ketika Dewi Sartika adalah pahlawan wanita kelahiran daerah tempat kami tinggal). Apa kurikulumnya? Tapi..saya ingat..saat itupun semua jurusan dan jenjang (SD, SMP dan SMA) wajib belajar sejarah, baik itu IPA, IPS atau Bahasa...atau kesalahan ada pada guru kami? Tapi..guru kami sama sedari SD hingga SMA, tapi  kenapa aku tahu tapi dia tidak? Atau karena memang minat temanku itu tidak pada bidang sosial terutama sejarah...tapi..plis temanku...dalam kacamataku kau tidak tahu siapa itu Dewi Sartika rasanya hampir saja membuatku guling-guling nangis dijalanan.

2020

Wacana panas muncul ketika salah satu draf kurikulum baru yang mencuat merencankan bahwa Mata pelajaran sejarah bagi SMK akan dihapuskan, dan bagi jenjang SMA akan menjadi pelajaran pilihan yang tidak wajib, dipelajari di kelas X tapi menjadi tidak wajib dipelajari pada kelas XI dan XII.

Mudah mudahan draf yang satu ini bukan draf yang kemudian dipilih untuk diterapkan pada kurikulum terbaru nanti... jika takdir kemudian membawa draf ini dipilih dan disah kan maka..melayanglah fikiran konyolku pada sebuah drama...

“Dok..anak saya kenapa dok..setelah kecelakaan dan benturan di kepalanya dia tidak ingat apapun..dia lupa dirinya..dia lupa keluarganya,,dia lupa masa lalunya...” histeris seorang ibu di ruangan dokter

“Tenang bu...jadi begini,,,akibat benturan di kepalanya yang cukup keras sehingga menyebabkan anak ibu mengalami Gegar Otak..layaknya disebut dengan amnesia...” jelas sang dokter..

Si ibu menangis histeri disusul dengan tangisan anggota keluarga lainnya...merasa terpukul dengan kondisi si anak yang melupakan sesuatu yang sering kali dianggap sepele namun ternyata sangat berharga yaitu masa lalu atau Kenangan.

Terbanglah pula ingatan konyol ku pada adegan sinetron yang sedang digandrungi saat ini ketika seorang anak memilih untuk melupakan orang tuanya...tidak mengingat hal-hal yang dianggap kurang relevan dengan dunianya kini walau betapa besar jasa orang tuanya pada si anak tersebut, ini ternyata tidak terlepas dari ajaran orang tuanya dahulu ketika si anak mengatakan paling tidak suka dengan pelajaran sejarah

Orang tua : “pelajarilah hal-hal yang kau sukai...hal –hal yang tidak kau sukai dan tidak kau anggap penting maka singkirkan...tak usah kau pelajari itu, jika kau suka biologi pelajari dan tekuni biologi...jika kau tak suka sejarah..maka jangan kau hiraukan...apalagi masa lalu itu tak penting nak...yang penting itu adalah masa depan dan pelajarilah pelajaran yang memiliki manfaat untuk menunjang cita-citamu itu saja pesan kami agar kau sukses..”

Tak lama setelah anaknya sukses dan orang tuanya sangat berbangga dengan didikan mereka yang dianggap berhasil tiba-tiba si anak hanya sibuk bekerja dan mengurus keluarga kecilnya, hingga ketika orang tuanya bersedih dan bertanya mengapa anaknya tidak pernah mengunjungi mereka? Si anak kemudian berkata “jangan hubungkan masa lalu dan masa sekarang ..itu sudah tidak relevan...itu yang saya pelajari dari kalian dulu..masa lalu adalah masa lalu, anak saya juga tidak perlu tahu tentang kalian”

Alamakkkkk kebayang perasaan kedua orang tua itu yang tiba-tiba serasa disambar Gledeg disiang Bolong.

Maaf sejatinya saya bukanlah pecinta sinetron termehek-mehek seperti itu, saya adalah pecinta Drama Kolosal Korea dimana sejarah bangsa yang berharga sejak zaman Kerajaan Silla, Joseon dan Goryeo mampu diangkat didunia perfilman yang dibungkus secara menarik, brilian namun tanpa menghapus fakta-fakta sejarah yang sebanarnya, akh..andai Indonesia bisa menyuguhkan acara seperti itu...

Muncul kemudian asumsi picik dan sarkasme ketika Mata Pelajaran Sejarah ini hendak disederahanakan (dihapus sih tidak, tapi tidak wajib dipelajari) bahwa apa yang disuarakan dan perjuangkan oleh guru-guru sejarah, sejarawan dan lembaga-lembaga sejarah dan pendidikan sejarah adalah terkait jam pelajaran yang otomatis memotong penghasilan, Oh My God! Ini serasa mendengar jawaban dari teman juara umumku belasan tahun lalu...gak tau deh harus jawab apa. Padahal jika masalah Jam pelajaran, kita para pendidik di sekolah sudah terbiasa dengan pergantian kurikulum, sudah terbiasa dengan berjaya atau terpinggirkannya sebuah mata pelajaran, hal itu biasa di dunia kami, dan alhamdulilah selama ini kami mampu hidup dengan cukup (meski mungkin profesi guru apalagi honorer dianggap sebagai profesi receh) tapi seperti dalam teori sejarah baik yang dikemukakan oleh Ibn Khaldun bahwa sejarah itu bersifat dinamis atau teori Arnold Toynbee tentang Respons and Challange (Tantangan dan Jawaban) kami terbiasa dengan perubahan, namun apabila menjadikan sejarah sebagai mata pelajaran yang tidak wajib dipelajari apalagi dijenjang SMA (mengingat jenjang SMP pun sejarah disatukan dengan disiplin ilmu lain dalam Mata pelajaran IPS) ini rasanya membuat saya ingin menagis guling-guling, jangan – jangan nanti ada banyak anak yang mirip seperti temen SMA ku...jago IT, Jago Sains tapi gak tau siapa Dewi sartika, atau mungkin nanti akan ada generasi ketika mereka tidak tahu kapan indonesia merdeka, dan siapa itu Soekarno-Hatta? .

Usulan terkait keterlibatan siswa dalam proses pembentukan kurikulum baru mengingat siswa adalah subjek utama dalam pendidikan nampaknya memang hal yang dapat dipertimbangkan, walaupun tetap pada akhirnya keputusan ada ditangan para pemangku kebijakan yang merupakan “orang dewasa” jadi jangan begitu mudah mengatakan bahwa kurikulum seakan dipaksakan bagitu saja pada siswa hanya karena kepentingan “orang dewasa”. Apalagi terkait filosofi mengenai Merdeka belajar dan Belajar adalah hak anak yang tidak bisa dipaksa, adapun keterlibatan siswa adalah sebuah bentuk referensi untuk memperkaya point-point pertimbangan yang akan membentuk kurikulum baru nantinya, bukan menjadikan hal yang utama, karena jika kemudian ini dijadikan aspek utama, kebayang deh nanti game-game online mungkin akan dijadikan mata pelajaran wajib  (walau sebenarnya bisa saja mengingat saat ini di dunia internasional terselenggara pertandingan Game online sebagai cabang olah raga terbaru) sementara sejarah, matematika dan mata pelajaran-pelajaran lainnya bisa dipilih atau tidak karena dianggap tidak penting dan relevan.

Terlalu picik rasanya jika mengaitkan pengurangan jam pelajaran dengan masalah finansial atau materi (walaupun mungkin untuk beberapa hal aspek ini tidak dapat dipungkiri) namun ada kepentingan yang jauh lebih besar dari sekedar materi yang diperjuangkan oleh guru-guru sejarah yaitu Jati diri bangsa dan memori kolektif bangsa yang tetap harus diwariskan pada generasi berikutnya agar nilai-nilai pejuangan yang dapat diambil manfaatnya pada masa kini dapat menginspirasi generasi muda sehingga menjadikan bangsa indoensia sebagai bangsa yang terdepan dalam kancah dunia sebagai negara yang modern namun mencintai warisan berharga para pendahulunya. Ingat ! 75 % kitab suci Al-Quran berisikan tentang sejarah ! apakah semata-mata tuhan menjadikannya begitu saja tanpa tujuan? Tentunya ada tujuan luar biasa mengapa kitab suci sebagian besar berisi Sejarah adalah agar kita bisa megambil pelajaran dari kaum terdahulu dan menjadikan kita porang-orang yang berfikir (ingat bukan pintar sejarah atau jadi ahli sejarah) bahwa hal yang baik dimasa lalu harus kita teruskan dan yang buruk jangan dilakukan dan itu terjadi tidak mungkin jika tanpa kita pelajari!.

Selentingan bahwa sejarah adalah mata pelajaran yang membosankan, karena hanya terkait tanggal tokoh dan tempat, aduh ! bukan itu maslahnya. Jangan sejarahnya yang dipinggirkan tapi kompetensi guru yang harus ditingkatkan, tapi saya berani mengatakan bahwa masih banyak guru-guru sejarah yang menyenangkan, Inspiratif dan Visioner, saya saja tergila-gila pada salah satu guru sejarah sewaktu dibangku sekolah dulu (sehinga mendorong saya untuk menjadi guru sejarah seperti dirinya) dan dosen sejarah saya yang tanpa harus repot-repot mengunakan media ini itu justru dia menjadikan dirinya (guru) sebagai media pembelajaran utama, alhasil ketika beliau memaparkan peristiwa sejarah kami semua terdiam dengan mata tak berkedip dan mulut melongo...kagum!. apakah hanya sejarah yang dianggap membosankan? Yakin? Bukankan jika beratanya pada murid akan keluar juga mata pelajaran lain yang dianggap membosankan...bahkan nampaknya semua mata pelajaran akan masuk list karen bukan mata pelajarannya tapi seringkali cara dan pembawaan guru yang harus ditingkatkan.

Umar Bin Khattab berkata “Ajarilah anak-anakmu sastra (sejarah) agar anak yang pengecut menjadi  Pemberani!” dan Seorang rekan sejawat berkata “Merdeka Belajar jangan sampai membuat kita lupa bagaimana dulu kita dapat merdeka dari mata pelajaran sejarah”. Kita juga jangan lupa bahwa Jerman yang hancur terpuruk akibat kekalahan di PD 1 dapat bangkit kembali di PD II dengan apa? Dengan semangat Sejarah-nya! lantas kita mau bangkit dengan semangat apa jika kita kemudian enggan mempelajari dan menganggap masa lalu perjalanan bangsa adalah hal yang tidak relevan dan tidak penting? Bukankah bangsa ini adalah bangsa yang besar? Indonesia Salah satu negara Asia yang pertama kali merdeka sehingga mampu menyelenggarakan KAA 1955 dan mengilhami serta menjadi jalan Raya bagi negara Asia-Afrika lainnya untuk memperjuangkan kemerdekaan. tahukah kita bahwa Raden Wijaya pendiri kerajaan Majapahit mampu memperdaya tentara Mongol , kitalah satu-satunya bangsa yang mampu memperdayai Kaisar Kubilai Khan dari Mongol yang saat itu adalah kekuatan yang paling ditakuti dan tak terkalahkan didunia, dimana tak ada satupun bangsa yang selamat dan menang atas serangan dari bangsa padang rumput ini. Kita ini sesungguhnya adalah negara besar! Jangan matikan kebanggan semangat sejarah dengan menciptakan genarasi Amnesia.

Semoga tulisan yang ala kadarnya ini mampu sedikit menggerakan hati dan juga rasionalisme para pemangku kebijakan kita dalam merumuskan kurikulum terbaru, semoga tidak ada generasi Amnesia karena sejarah yang tidak dipelajari disekolah-sekolah dan kemudian generasi itu mengatakan “jangan salahkan kami karena kalian yang tidak mengenalkan mereka pada kami sehingga kami tidak tahu dan kami lupa”. _JAS MERAH “Jangan sekali-kali melupakan Sejarah “_ Ir. Soekarno.

No comments:

Post a Comment

Berakhirnya masa Pemerintahan Orde Baru

Soeharto mengundurkan diri pada tanggal 21 Mei 1998 Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Soeharto#/media/Berkas:Jenderal_TNI_Soeharto.png ...