2005
Kisah nyata yang saya alami
sendiri beberapa belas tahun lalu, tepatnya ketika saya masih duduk dibangku
SMA, berbincang-bincang ringan dengan teman seangkatan yang seorang Juara Umum
disekolah (ketebak yah ini orang pasti Pinter! )
Saya : tau gak dewi sartika lahir
di Cicalengka lho...! (Ujarku bangga karena kebetulan kami lahir, tumbuh dan
bertempat tinggal di Cicalengka)
Temen : Dewi sartika? Siapa dia?
Saya : Melongo beberapa detik gak
tau harus berkata apa..., “kamu ga tau siapa Dewi Sartika?? Heloo..dia Pahlawan
Wanita lho..mana lahir di daerah kita lagi..Ci-ca-leng-ka !” Ujarku tegas
Temen : Gak tau...(geleng-geleng
kepala)
Saya : astagfirullah...kau tau
segala rumus matematika, kimia fisika dan tektekbengek,,,tapi kagak tau siapa Dewi
Sartika !” cerocos ku pada temen terpintar seantero sekolah.
Percakapan ringan itu kemudian
terus membekas hingga hari ini ketika saya ditakdirkan menjadi guru sejarah,
entah apa yang salah dengan kondisi saat itu sehingga teman dengan nilai paling
tinggi disekolahku tidak tahu siapa itu Dewi Sartika (ini bertambah miris
ketika Dewi Sartika adalah pahlawan wanita kelahiran daerah tempat kami
tinggal). Apa kurikulumnya? Tapi..saya ingat..saat itupun semua jurusan dan
jenjang (SD, SMP dan SMA) wajib belajar sejarah, baik itu IPA, IPS atau
Bahasa...atau kesalahan ada pada guru kami? Tapi..guru kami sama sedari SD
hingga SMA, tapi kenapa aku tahu tapi
dia tidak? Atau karena memang minat temanku itu tidak pada bidang sosial terutama
sejarah...tapi..plis temanku...dalam kacamataku kau tidak tahu siapa itu Dewi
Sartika rasanya hampir saja membuatku guling-guling nangis dijalanan.
2020
Wacana panas muncul ketika salah
satu draf kurikulum baru yang mencuat merencankan bahwa Mata pelajaran sejarah
bagi SMK akan dihapuskan, dan bagi jenjang SMA akan menjadi pelajaran pilihan
yang tidak wajib, dipelajari di kelas X tapi menjadi tidak wajib dipelajari
pada kelas XI dan XII.
Mudah mudahan draf yang satu ini
bukan draf yang kemudian dipilih untuk diterapkan pada kurikulum terbaru
nanti... jika takdir kemudian membawa draf ini dipilih dan disah kan maka..melayanglah
fikiran konyolku pada sebuah drama...
“Dok..anak saya kenapa
dok..setelah kecelakaan dan benturan di kepalanya dia tidak ingat apapun..dia
lupa dirinya..dia lupa keluarganya,,dia lupa masa lalunya...” histeris seorang
ibu di ruangan dokter
“Tenang bu...jadi begini,,,akibat
benturan di kepalanya yang cukup keras sehingga menyebabkan anak ibu mengalami
Gegar Otak..layaknya disebut dengan amnesia...” jelas sang dokter..
Si ibu menangis histeri disusul
dengan tangisan anggota keluarga lainnya...merasa terpukul dengan kondisi si
anak yang melupakan sesuatu yang sering kali dianggap sepele namun ternyata sangat
berharga yaitu masa lalu atau Kenangan.
Terbanglah pula ingatan konyol ku
pada adegan sinetron yang sedang digandrungi saat ini ketika seorang anak
memilih untuk melupakan orang tuanya...tidak mengingat hal-hal yang dianggap
kurang relevan dengan dunianya kini walau betapa besar jasa orang tuanya pada
si anak tersebut, ini ternyata tidak terlepas dari ajaran orang tuanya dahulu
ketika si anak mengatakan paling tidak suka dengan pelajaran sejarah
Orang tua : “pelajarilah hal-hal
yang kau sukai...hal –hal yang tidak kau sukai dan tidak kau anggap penting
maka singkirkan...tak usah kau pelajari itu, jika kau suka biologi pelajari dan
tekuni biologi...jika kau tak suka sejarah..maka jangan kau hiraukan...apalagi
masa lalu itu tak penting nak...yang penting itu adalah masa depan dan
pelajarilah pelajaran yang memiliki manfaat untuk menunjang cita-citamu itu
saja pesan kami agar kau sukses..”
Tak lama setelah anaknya sukses
dan orang tuanya sangat berbangga dengan didikan mereka yang dianggap berhasil
tiba-tiba si anak hanya sibuk bekerja dan mengurus keluarga kecilnya, hingga
ketika orang tuanya bersedih dan bertanya mengapa anaknya tidak pernah
mengunjungi mereka? Si anak kemudian berkata “jangan hubungkan masa lalu dan
masa sekarang ..itu sudah tidak relevan...itu yang saya pelajari dari kalian
dulu..masa lalu adalah masa lalu, anak saya juga tidak perlu tahu tentang
kalian”
Alamakkkkk kebayang perasaan
kedua orang tua itu yang tiba-tiba serasa disambar Gledeg disiang Bolong.
Maaf sejatinya saya bukanlah
pecinta sinetron termehek-mehek seperti itu, saya adalah pecinta Drama Kolosal
Korea dimana sejarah bangsa yang berharga sejak zaman Kerajaan Silla, Joseon
dan Goryeo mampu diangkat didunia perfilman yang dibungkus secara menarik,
brilian namun tanpa menghapus fakta-fakta sejarah yang sebanarnya, akh..andai Indonesia
bisa menyuguhkan acara seperti itu...
Muncul kemudian asumsi picik dan
sarkasme ketika Mata Pelajaran Sejarah ini hendak disederahanakan (dihapus sih
tidak, tapi tidak wajib dipelajari) bahwa apa yang disuarakan dan perjuangkan
oleh guru-guru sejarah, sejarawan dan lembaga-lembaga sejarah dan pendidikan
sejarah adalah terkait jam pelajaran yang otomatis memotong penghasilan, Oh My
God! Ini serasa mendengar jawaban dari teman juara umumku belasan tahun lalu...gak
tau deh harus jawab apa. Padahal jika masalah Jam pelajaran, kita para pendidik
di sekolah sudah terbiasa dengan pergantian kurikulum, sudah terbiasa dengan
berjaya atau terpinggirkannya sebuah mata pelajaran, hal itu biasa di dunia
kami, dan alhamdulilah selama ini kami mampu hidup dengan cukup (meski mungkin
profesi guru apalagi honorer dianggap sebagai profesi receh) tapi seperti dalam
teori sejarah baik yang dikemukakan oleh Ibn Khaldun bahwa sejarah itu bersifat
dinamis atau teori Arnold Toynbee tentang Respons and Challange (Tantangan dan
Jawaban) kami terbiasa dengan perubahan, namun apabila menjadikan sejarah
sebagai mata pelajaran yang tidak wajib dipelajari apalagi dijenjang SMA
(mengingat jenjang SMP pun sejarah disatukan dengan disiplin ilmu lain dalam
Mata pelajaran IPS) ini rasanya membuat saya ingin menagis guling-guling,
jangan – jangan nanti ada banyak anak yang mirip seperti temen SMA ku...jago
IT, Jago Sains tapi gak tau siapa Dewi sartika, atau mungkin nanti akan ada
generasi ketika mereka tidak tahu kapan indonesia merdeka, dan siapa itu
Soekarno-Hatta? .
Usulan terkait keterlibatan siswa
dalam proses pembentukan kurikulum baru mengingat siswa adalah subjek utama
dalam pendidikan nampaknya memang hal yang dapat dipertimbangkan, walaupun
tetap pada akhirnya keputusan ada ditangan para pemangku kebijakan yang
merupakan “orang dewasa” jadi jangan begitu mudah mengatakan bahwa kurikulum
seakan dipaksakan bagitu saja pada siswa hanya karena kepentingan “orang dewasa”.
Apalagi terkait filosofi mengenai Merdeka belajar dan Belajar adalah hak anak
yang tidak bisa dipaksa, adapun keterlibatan siswa adalah sebuah bentuk
referensi untuk memperkaya point-point pertimbangan yang akan membentuk
kurikulum baru nantinya, bukan menjadikan hal yang utama, karena jika kemudian
ini dijadikan aspek utama, kebayang deh nanti game-game online mungkin akan
dijadikan mata pelajaran wajib (walau
sebenarnya bisa saja mengingat saat ini di dunia internasional terselenggara
pertandingan Game online sebagai cabang olah raga terbaru) sementara sejarah,
matematika dan mata pelajaran-pelajaran lainnya bisa dipilih atau tidak karena
dianggap tidak penting dan relevan.
Terlalu picik rasanya jika
mengaitkan pengurangan jam pelajaran dengan masalah finansial atau materi
(walaupun mungkin untuk beberapa hal aspek ini tidak dapat dipungkiri) namun
ada kepentingan yang jauh lebih besar dari sekedar materi yang diperjuangkan
oleh guru-guru sejarah yaitu Jati diri bangsa dan memori kolektif bangsa yang tetap
harus diwariskan pada generasi berikutnya agar nilai-nilai pejuangan yang dapat
diambil manfaatnya pada masa kini dapat menginspirasi generasi muda sehingga
menjadikan bangsa indoensia sebagai bangsa yang terdepan dalam kancah dunia
sebagai negara yang modern namun mencintai warisan berharga para pendahulunya.
Ingat ! 75 % kitab suci Al-Quran berisikan tentang sejarah ! apakah semata-mata
tuhan menjadikannya begitu saja tanpa tujuan? Tentunya ada tujuan luar biasa
mengapa kitab suci sebagian besar berisi Sejarah adalah agar kita bisa megambil
pelajaran dari kaum terdahulu dan menjadikan kita porang-orang yang berfikir
(ingat bukan pintar sejarah atau jadi ahli sejarah) bahwa hal yang baik dimasa
lalu harus kita teruskan dan yang buruk jangan dilakukan dan itu terjadi tidak
mungkin jika tanpa kita pelajari!.
Selentingan bahwa sejarah adalah
mata pelajaran yang membosankan, karena hanya terkait tanggal tokoh dan tempat,
aduh ! bukan itu maslahnya. Jangan sejarahnya yang dipinggirkan tapi kompetensi
guru yang harus ditingkatkan, tapi saya berani mengatakan bahwa masih banyak
guru-guru sejarah yang menyenangkan, Inspiratif dan Visioner, saya saja
tergila-gila pada salah satu guru sejarah sewaktu dibangku sekolah dulu (sehinga
mendorong saya untuk menjadi guru sejarah seperti dirinya) dan dosen sejarah
saya yang tanpa harus repot-repot mengunakan media ini itu justru dia
menjadikan dirinya (guru) sebagai media pembelajaran utama, alhasil ketika
beliau memaparkan peristiwa sejarah kami semua terdiam dengan mata tak berkedip
dan mulut melongo...kagum!. apakah hanya sejarah yang dianggap membosankan?
Yakin? Bukankan jika beratanya pada murid akan keluar juga mata pelajaran lain
yang dianggap membosankan...bahkan nampaknya semua mata pelajaran akan masuk
list karen bukan mata pelajarannya tapi seringkali cara dan pembawaan guru
yang harus ditingkatkan.
Umar Bin Khattab berkata “Ajarilah
anak-anakmu sastra (sejarah) agar anak yang pengecut menjadi Pemberani!” dan Seorang rekan sejawat berkata “Merdeka
Belajar jangan sampai membuat kita lupa bagaimana dulu kita dapat merdeka dari
mata pelajaran sejarah”. Kita juga jangan lupa bahwa Jerman yang hancur
terpuruk akibat kekalahan di PD 1 dapat bangkit kembali di PD II dengan apa? Dengan
semangat Sejarah-nya! lantas kita mau bangkit dengan semangat apa jika kita
kemudian enggan mempelajari dan menganggap masa lalu perjalanan bangsa adalah
hal yang tidak relevan dan tidak penting? Bukankah bangsa ini adalah bangsa
yang besar? Indonesia Salah satu negara Asia yang pertama kali merdeka sehingga
mampu menyelenggarakan KAA 1955 dan mengilhami serta menjadi jalan Raya bagi
negara Asia-Afrika lainnya untuk memperjuangkan kemerdekaan. tahukah kita bahwa Raden Wijaya pendiri kerajaan Majapahit mampu memperdaya tentara Mongol , kitalah satu-satunya
bangsa yang mampu memperdayai Kaisar Kubilai Khan dari Mongol yang saat itu
adalah kekuatan yang paling ditakuti dan tak terkalahkan didunia, dimana tak
ada satupun bangsa yang selamat dan menang atas serangan dari bangsa padang
rumput ini. Kita ini sesungguhnya adalah negara besar! Jangan matikan kebanggan
semangat sejarah dengan menciptakan genarasi Amnesia.
Semoga tulisan yang ala kadarnya
ini mampu sedikit menggerakan hati dan juga rasionalisme para pemangku
kebijakan kita dalam merumuskan kurikulum terbaru, semoga tidak ada generasi
Amnesia karena sejarah yang tidak dipelajari disekolah-sekolah dan kemudian
generasi itu mengatakan “jangan salahkan kami karena kalian yang tidak
mengenalkan mereka pada kami sehingga kami tidak tahu dan kami lupa”. _JAS
MERAH “Jangan sekali-kali melupakan Sejarah “_ Ir. Soekarno.